Part 3 - Awal Mula Rencana

207K 12.1K 472
                                    

Vote and comment yaa :D

----------------------------------------------


Sesuai kesepakatan, tiga hari setelah keluarga Fani datang berkunjung ke rumah Rei, hari ini kembali keluarga Rei yang datang berkunjung ke rumah Fani. Hari ini adalah keputusan apakah pertunangan antara Rei dan Fani akan dilaksanakan atau tidak, dan hari ini pun Fani bersikap cukup bersahabat pada Rei yang membuat cowok itu meminta maaf berulang-ulang dalam hatinya. Karena cowok itu tahu, keramahan cewek itu sekarang disebabkan pemikiran bahwa cowok itu akan menolak pertunangan mereka.

"Lo nggak jatuh cinta sama gue kan? Senyum-senyum mulu daritadi."

Ucapan Rei sontak membuat mood Fani turun drastis. Tapi ketika diingatnya kalau hari ini adalah hari terakhirnya berurusan dengan cowok itu, Fani hanya membalas singkat, "Kepedean banget, deh."

Rei hanya tersenyum simpul mendengar jawaban cewek itu. Dirinya dilanda rasa bersalah lagi sekarang. Keduanya pun terdiam, sampai kemudian bunda Fani mengajak mereka untuk segera berkumpul bersama di ruang makan.

"Seneng deh lihat kalau kalian berdua akur begitu," ucap papa Rei saat melihat Rei dan Fani menarik kursi makan.

Fani hanya tersenyum kikuk mendengar ucapan papa Rei tersebut. Sedangkan Rei terlihat biasa-biasa saja mendengar ucapan Papanya barusan. Setelah melihat semuanya sudah berkumpul mereka pun memutuskan untuk makan terlebih dahulu baru membicarakan tentang pertunangan antara Rei dan Fani.

"Jadi, kira-kira kapan kalian mau pertunangannya dilaksanakan?" tanya papa Rei saat mereka semua sudah selesai makan.

Fani melongo sesaat saat mendengar pertanyaan papa Rei itu. Tapi sedetik kemudian, dirinya memberanikan diri untuk bicara. "Emm... sebenernya, Om, aku sama Rei udah sepakat nggak mau jalanin pertunangan ini."

Semua orang di meja makan itu menatap Fani terkejut. Kalau kedua orangtua Rei menatapnya tidak percaya karena ucapan yang disampaikan olehnya, kedua orang tuanya justru menatap dirinya tidak percaya karena sudah berani mengungkapkan isi hatinya di depan orang lain. Hanya Rei yang terlihat biasa saja sambil memandang gelas yang daritadi dia putar-putar.

"Soalnya kami ngerasa nggak cocok sih. Cocoknya cuma sebagai temen aja," Fani memberanikan diri untuk berbicara lagi.

"Oh, gitu. Rei udah setuju?" tanya ayah Fani akhirnya.

Rei yang mendengar pertanyaan itu ditujukan padanya langsung saja mendongak untuk menatap ayah Fani. Kemudian dirinya berdehem kecil sebelum menjawab pertanyaan tersebut.

"Tadinya sih emang mau nolak, Om. Tapi setelah aku pikir-pikir, kayaknya Papa sama Mama tahu deh yang terbaik buat aku. Jadi aku rasa nggak masalah kalo harus jalanin pertunangan ini."

Maaf.

Semua yang mendengar jawaban bijak Rei itu langsung tersenyum lebar. Hanya Fani yang melongo maksimal mendengar penuturan dari cowok di sebelahnya ini.

"Loh, loh, loh. Kemaren lo bilang mau batalin pertunangan ini? Kok sekarang jadi beda sih? Pokoknya gue tetep nggak mau. Titik," tanpa sadar Fani mulai panik sendiri.

"Jadi Fani yang nggak mau sama anak Tante ya? Padahal Tante udah seneng banget mau punya calon menantu kayak Fani," ucap mama Rei sambil memasang wajah sesedih mungkin.

Rei mendengus geli melihat akting Mamanya tersebut. Sedangkan bunda Fani mulai menahan tawanya saat melihat pemandangan di depan matanya. Bunda Fani sangat tahu kalau putrinya itu mempunyai hati yang sangat tidak tegaan.

Lo, Tunangan Gue !!! [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang