Part 1

2.7K 41 0
                                    

Pagi ini aku bangun terlambat. Sialnya, hari ini aku ada ujian. Ujian dan aku terlambat. Kombinasi yang sangat bagus.

Aku langsung bangkit dari tempat tidur dan berlari ke kamar mandi. Mandi dan menggosok gigi secepat yang aku bisa. Tidak ada waktu lagi untuk sarapan. Dengan secepat kilat aku berlari menuruni apartement menuju ke kampus. Inilah akibat dari hidup sendiri. Semua harus kau atur sendiri. Sebenarnya mom tidak memaksaku untuk tinggal sendiri di apartement, itu semua aku yang meminta, karena aku merasa sudah saatnya aku memulai hidupku sendiri, tidak ingin lagi merepotkan mom.

Aku berlari mengejar bis ketika tubuhku menabrak bahu seseorang, mengakibatkan kami terjatuh dan tas beserta isinya jatuh berhamburan. Aku mengumpulkan barang-barangku secepat mungkin, begitu juga orang dihadapanku, kami tidak sempat memaki ataupun saling memarahi. Orang di depanku sudah membereskan barang-barangnya lebih cepat dariku, lalu berjalan meninggalkanku yang masih sibuk di bawah. Ketika aku menyampirkan tasku di bahu, ada sebuah dompet yang asing di mataku. Ini bukan dompetku. Apakah ini dompet milik orang itu? Aku mengambilnya dan berlari mengejar orang itu. Aku masih ingat ciri-ciri orang itu. Orang itu mengenakan mantel berwarna coklat dan menenteng tas berwarna hitam. Aku harus mencari orang itu di antara kerumunan orang.

“Sir!” teriakku ketika aku menemukan orang itu. Aku menahan lengannya agar berhenti berjalan. Orang itu memutar tubuhnya dan menghadap kepadaku. Matanya mengernyit dan ia mengamatiku dengan sedemikian rupa. “Dompetmu sir?” tanyaku masih terengah-engah.

Orang itu langsung meraba-raba saku mantelnya. Ia lalu menatapku dengan matanya yang disipitkan.

“Kau mencurinya ya?”

Aku tergelak. Apa? Apa yang barusan laki-laki ini katakan? Aku mencuri?

“Dompetmu terjatuh sir, ketika tadi kita tidak snegaja bertabrakan.” Ujarku mencoba menjelaskan.

“Tidak. Kau mencurinya. Bukankah itu modusmu nona muda? Pura-pura bertabrakan denganku lalu mengambil dompetku?” ucap laki-laki itu dengan sinis. Oohhh… aku mulai muak dengan ucapannya.

“Dengarkan baik-baik sir. Pertama, aku tidak mencuri dompetmu. Kedua, tidak mungkin seorang yang mencuri dompet akan datang dan mengembalikan dompet itu kepada pemiliknya, dan Ketiga, aku masih terhormat untuk mencuri sebuah dompet yang tidak berharga seperti ini.”  Aku langsung melemparkan dompet itu kepadanya dan berjalan pergi.

Aku cukup menyesal karena mau menghabiskan waktuku untuk mengembalikan dompet laki-laki itu. Seharusnya aku biarkan saja terjatuh tadi. Aku melirik jam tanganku. Argh! Aku sudah benar-benar terlambat sekarang.

####

Aku memandangi dompetku di dalam ruanganku. Aku baru sampai di kantor pukul 8, tidak biasanya aku dtaang terlambat. Itu semua gara-gara tadi malam aku terlalu lelah bersama wanita itu sehingga aku bangun terlambat.

Gadis itu. Aku masih mengingat wajahnya yang merah padam menahan marah ketika aku menyebutnya sebagai seorang pencuri. Mata coklatnya yang indah begitu menghipnotisku, membuatku tidak bisa berkata apa-apa dan hanya mampu menatap matanya. Seakan-akan matanya begitu mmenenggelamkanku.

Sebenarnya aku tidak ada niat untuk menyebutnya sebagai seorang pencuri. Tapi karena tadi aku terburu-buru ke kantor dan mobilku rusak –yang membuatku harus memanggil taksi- membuatku tidak mampu berpikir dengan baik. Dan gadis itu, walau aku tahu ia berniat baik, tapi entah mengapa aku merasa ada modus di balik itu. Dan sepertinya kata-kataku tadi telah melukai harga dirinya.

“Sorry, Sir?”

Angela, sekretarisku masuk ke dalam ruanganku setelah mengetuk pintu tiga kali. Aku mendongakan wajahku.

Always Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang