Aku bersiap pergi ke kampus. Bertekad hari ini tidak akan terlambat. Setelah mengingat-ingat apa saja yang harus aku bawa dan mengeceknya kembali, aku siap berangkat. Tak lupa aku mengenakan earphone dan menyalakan musik kesukaanku. Ketika aku keluar dari depan apartement udara dingin langsung menerpaku, membuatku harus mengetatkan jaketku.
Ketika aku baru berjalan beberapa langkah. Suara klakson mobil menghentikan langkahku. Aku lepaskan earphone ku dan melihat sebuah sedan mewah berhenti tepat di sampingku. Kaca mobil bagian belakang mobil itu di turunkan.
“Hai, Claura. Mau pergi ke kampus?” tanya Mr. Andreas dengan senyumnya yang bersahabat.
“Ya. Aku ingin mengejar bus sebelum terlambat.”
“Mengapa tidak naik mobilku saja? Lebih cepat dan tentu lebih murah.”
Aku menggeleng. “Tidak terima kasih Mr. Andreas tapi aku bisa sendiri.” Aku mulai berjalan lagi. Dan lagi-lagi mobil itu mengikutiku.
“Aku memaksa, Claura. Dan tolong panggil aku Andreas, tanpa sir atau Mr.”
“Apakah kalau aku masuk ke dalam mobilmu kau akan berhenti menggangguku?” ujarku sambil menaikkan alis mata.
Andreas terkekeh. “Bisa saja.”
Aku pun mendengus. Dan memutuskan untuk masuk ke dalam mobilnya. Setelah menutup pintu, mobil pun pergi melaju. Aku kembali mengenakan earphone-ku dan mencoba menikmati lagu yang sedang di putar.
“Claura… claura.”
Aku yang merasa namaku di panggil langsung menoleh ke samping dan menemukan Andreas sedang mengamatiku. Aku melepaskan earphoneku kembali.
“Kau memanggilku?”
“Aku sudah memanggilmu berkali-kali. Kau sedang mendengarkan apa?”
“Bukan apa-apa. Kau bicara apa tadi?”
“Aku bertanya sudah berapa lama kau bekerja di Solitaire restaurant itu?”
Aku terdiam. Sudah berapa lama? Aku tidak menghitungnya. “Aku tidak tahu. Aku bekerja disitu sejak pertama kali aku kuliah.”
“Kau menikmati pekerjaanmu?”
“Tentu saja. Orang-orang disana sudah seperti keluargaku. Aku mencintai mereka.”
“Kalau kau bekerja di tempatku saja bagaimana?”
Mataku melebar. Bekerja di perusahannya? Orang ini punya perusahaan? Wow… “Kau… punya perusahaan?” tanyaku dengan suara mencicit.
Dia mengangguk dan sepertinya ia tidak menghiraukan perubahan pada raut wajahku karena ia kembali menatapku dengan intens.
KAMU SEDANG MEMBACA
Always Love You
RomanceBagaimanakah rasanya ketika kau mencintai seseorang yang seharusnya tidak engkau cintai? tanyakan sendiri kepada mereka.