Untuk sesaat aku terkejut dengan perkataannya. Namun kemudian aku dapat menguasai diriku.
"Oke, deal. aku akan mencari tahu arti namamu. kalau aku menemukannya, kau harus menepati janjimu ya!" ujarku akhirnya dengan bersemangat sambil mengulurkan tanganku.
"Deal!" balasnya sambil menyambut uluran tanganku dan kami pun tertawa bersama.
Keesokan harinya, setelah berselancar di internet selama semalaman, akhirnya aku menemukan arti dari namanya. Yaitu 'penjaga beruang' membacanya membuatku spontan tertawa. Orang tua mana yang menamai anaknya sebagai penjaga beruang?
Namun karena masih penasaran, akhirnya aku kembali berselancar di dunia maya mencari-cari arti kata 'Arcturus' lebih lama. Akhirnya aku menemukan sesuatu yang cukup mengesankan. Arcturus adalah salah satu bintang paling terang dari rasi bintang Bootes setelah Sirius, Canopus dan Alpha Centauri. Ukuran Arcrurus 24 kali lebih besar dari matahari dengan pancaran cahaya 115 kali lebih terang dari matahari. Warna jingga terangnya dahulu kala dapat terlihat dengan mata telanjang tepat sebelum matahari terbenam dan beberapa orang menyebutnya sebagai bintang penolong untuk penunjuk arah. Setelah selesai membaca dengan penuh kekaguman, aku mengcopy beberapa bagian penting yang akan kupaparkan kepada Aru esok ketika bertemu dengannya.
Ketika bel istitahat berbunyi, dengan segera aku berdiri dari kursiku, tak lupa membawa kertas printan hasil temuanku semalam dan segera berjalan dengan cepat menuju hall. Aku sudah tak sabar ingin bertemu dengannya. Kepalaku tidak bisa berhenti memikirkan tentangnya sejak pertama kali kami bertemu dan setiap membayangkan wajahnya serta mengingat petikan gitarnya yang indah selalu membuatku tersenyum sendiri seperti orang gila. Saat itu, aku belum menyadari kalau aku sudah diserang oleh sebuah virus mematikan bernama 'Cinta'.
Tetapi, sesampainya aku di sana, ia tak ada di tangga panggung seperti biasanya. Ataupun di kursi di belakang sebelah kiri pintu masuk. Rasa sedih menyerangku dengan tiba-tiba. Tanpa sadar, kulangkahkan tubuhku ke sekeliling hall besar itu mencari tanda-tanda keberadaan Aru yang mungkin bersembunyi entah dimana. Otakku berputar cepat mencari jawaban rasional yang dapat menenangkan diriku sendiri. Tapi bukan pikiran-pikiran positif yang muncul melainkan pikiran-pikiran negatif yang malah muncul dengan santainya ke dalam kepalaku membuatku semakin frustasi.
Apakah Aru mengerjaiku kemarin? Tetapi, kemarin tidak ada tanda-tanda ia tidak suka dengan kehadiranku. Apakah ia ingin memberi pelajaran padaku yang telah mengganggunya dengan memberikan janji palsu? Memberi kesan seakan-akan menerima kehadiranku tapi kemudian menjauh menghindariku? Berbagai spekulasi datang silih berganti memenuhi otakku. Meski sebenarnya ini hanya hal sepele, namun entah mengapa jantungku seperti diremas dan meninggalkan rasa sakit yang cukup membuatku sangat ingin menangis. Dengan sedih, kuremas kertas hasil pencarianku semalam mengenai arti nama Arcturus dan melangkah gontai menuju kembali ke kelasku.
Selama beberapa hari kemudian, dengan harapan akan kembali bertemu dengan Aru, aku berkali-kali kembali ke hall. Tetapi aku tidak pernah lagi melihat kehadiran Aru disana. Tidak ada lagi petikan-petikan gitar yang bergema di dalam hall besar dan kosong itu. Tak ada lagi sosok pria berambut hitam dengan mata kelabunya yang sekelam langit mendung yang akan menatap mataku sesaat sebelum akhirnya pergi meninggalkanku. Bahkan setelah pesta dansa yang akhirnya dengan terpaksa kuikuti demi mencari kehadiran Aru di sana. Namun aku juga tidak menemukannya di sana.
Tanpa dapat kutahan lagi, air mata yang selama ini kutahan bergulir turun membasahi wajahku. Semakin lama semakin deras dan kemudian aku pun jatuh terduduk sambil terisak di depan tangga menuju panggung tempat dimana Aru biasa duduk dan memetik gitarnya. Mengapa ia meninggalkanku begitu saja. Jika ia tidak senang dengan kehadiranku, waktu itu ia seharusnya marah padaku dan memintaku tak pernah datang lagi kemari bukannya mengajakku berkenalan dan menumbuhkan benih cinta yang anehnya bisa tumbuh di hatiku. Aku belum pernah merasa seperti ini sebelumnya dengan siapapun dengan pria manapun dan rasanya begitu sakit. Aku bahkan baru sekali berbicara dengannya. Tapi mengapa rasanya seperti separuh hatiku dibawa pergi dengan paksa dari tempat seharusnya dan meninggalkan kekosongan yang menyakitkan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Piece of Chocolate for My Valentine
RomanceValentine. Apa itu Valentine? Hanya satu hari penuh dengan kebisingan Apa sih kerennya hari bernama Valentine itu? Hanya mengingatkan pada luka.