Part 10

17 0 0
                                    

Selepas kepergian Nia dan Evo, aku kembali menatap Aru yang duduk di kursi rodanya. Parsel buah yang tadi berada di pangkuannya sudah tidak ada di sana. Mungkin sudah dibawa pelayannya ke dapur.

Dengan gugup aku berjalan mendekat ke arahnya dan mengulurkan tanganku ke arahnya. "Hai, Arcturus Haneda." sapaku berusaha terlihat santai untuk menutupi kegugupanku.

Ia membalas uluran tanganku. "Hai, Athena Marielle." ujarnya perlahan. Tangannya terasa dingin dan begitu lemah di dalam genggamanku. "Apakah janjiku yang membawamu sampai kemari?" tanyanya mengejutkanku. Perlahan, kutarik tanganku dari dalam genggamannya.

"Iya. Tentu aku ingin menagih janjimu itu. Kau menghilang begitu saja setelah menantang anak orang seenaknya." jawabku ingin menumpahkan kekesalanku tapi malah terkesan seperti anak kecil yang ngambek karena tidak diberikan permen.

Tiba-tiba aku mendengar Aru tertawa cukup keras dan membuatku cukup terkejut. Ia masih bisa tertawa sekeras itu dengan kondisi badan seperti ini? "Hei, kau bisa pingsan jika tertawa sekeras itu." tegurku khawatir. Ia pun menghentikan tawanya setelah beberapa saat dan tersenyum lembut menatapku.

"Kau mengejekku, Athena. Aku tidak selemah itu." katanya pura-pura tersinggung. Namun senyumnya tak lepas dari wajahnya. Aku hanya bisa tersipu malu mendengar Aru menyebut namaku secara lengkap dan itu membuatnya kembali tertawa.

Kemudian ia pun mengajakku ke arah taman di bagian belakang rumahnya yang menghadap ke sebuah kolam renang besar terbuat dari batu-batu alam seperti kolam pemandian ari panas yang ada di komik-komik Jepang. Lagi-lagi aku dibuat terperangah melihat pemandangan indah di depanku. Kolam renang itu dilengkapi dengan air terjun buatan yang membuat suasana di taman itu menjadi sejuk dan asri. Seperti benar-benar berada di tepi danau.

"Ayahmu memang sangat berbakat, Aru." pujiku sambil terus mengagumi pemandangan di depanku.

"Iya. Pendapatmu tepat sekali. Ia memang yang paling ahli di bidang seperti ini. Namun masih banyak designer yang lebih hebat dari beliau." tuturnya berusaha tidak terlihat sangat bangga dengan sang ayah. "Duduklah, Ta." Aru menunjuk pada sebuah bangku kayu berlapis bantal pada bagian atasnya di bawah sebuah payung raksasa yang meneduhkan.

Dari pancaran kasih di mata Aru saat membicarakan ayahnya, aku dapat memastikan bahwa ayahnya adalah seorang pria yang sangat hebat. Meski menderita kehilangan istrinya, ia sepertinya tidak begitu saja menelantarkan anaknya dan menyibukkan diri dengan karirnya. Ayah Aru sepertinya membagi waktunya antara pekerjaannya dan anaknya dengan seimbang sehingga seperti yang dapat kulihat di wajah Aru, betapa ia sangat mengagumi dan mencintai ayahnya.

Aru kemudian memalingkan wajahnya ke arahku. Sekarang posisi duduk kami bisa dibilang bersebelahan. Jantungku berdetak kencang tak karuan seakan ingin melompat keluar. Aku berdoa dalam hati semoga bunyi detak jantungku tidak sampai terdengar oleh Aru.

"Sebelumnya, aku harus meminta maaf kepadamu karena telah menantangmu dan kemudian meninggalkanmu tanpa jejak. Aku sungguh-sungguh minta maaf. Aku tidak memperkirakan kondisi tubuhku akan memburuk secepat ini." ujarnya dengan perasaan bersalah yang sangat dalam.

"Harusnya waktu itu, kau memberitahuku mengenai penyakitmu dan kau bisa 'drop' setiap saat. Jadinya, aku tidak perlu menunggumu dengan sia-sia setiap hari di hall seperti orang bodoh."

Tiba-tiba suara Aru menjadi lebih bersemangat dan wajahnya entah mengapa terlihat senang ketika bertanya, "Kau mencariku di hall setiap hari?"

Aku terkejut mendengar pertanyaannya itu yang spontan membuat pipiku memanas seperti berada di bawah terik sinar matahari. Pasti sekarang warnanya sudah seperti kepiting rebus. "Tentu saja aku menunggumu. Kau menantangku namun tiba-tiba menghilang begitu saja, tentu membuatku menduga kau takut aku dapat memaparkan dengan baik arti namamu dan kau ternyata belum mempersiapkan lagu yang kau janjikan itu." jawabku cepat-cepat untuk membela diri.

A Piece of Chocolate for My ValentineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang