Mengusik

391 6 0
                                    

"A memory is what is left when something happen and not completely unhappen"- Flavio

Anna pov

Sepulang dari pesta aku masih membisu dan membatu. Aku melihat flavio yang terus mengemudikan mobilnya. Ada perasaan rindu saat aku melihatnya lekat lekat. Namun , akal sehatku mengatakan bahwa ini tidak benar. Aku masih mecintai dan membutuhkan louise.

"Kamu banyak berubah Anna, semakin terlihat dewasa sejak kali pertama kita bertemu dan kau meninggalkanku beberapa tahun lalu".

Dia mengangkat sudut bibir kananya,mengulas senyum anehnya yang terkesan angkuh.
"Aku masih punya harapan Anna"

"Untuk?" Suaraku rasanya tersumbat dikerongkongan.

"Kita mulai dari awal" tegasnya.

Pikiranku mendadak penat. Dia mengatakan setegas dan sejelas itu  kemana saja saat aku membutuhkanmu?Kau tidak pernah benar benar berusaha untuk mendapatkan aku kembali. Bahkan setelah aku beri kesempatan untukmu berulang kali? Lalu sekarang setelah ada louise dia datang begitu saja. Menawarkan diri untuk memasuki hatiku lagi.

"Kamu berani memintaku setelah aku hidup tenang dengan kekasihku?" Desisku pahit .

Flavio menatapku dengan pandamgan menusuk. Dan memberhentikan mobilnya tiba tiba

"Kekasih?"

"Iya"

"Selama belum ada cincin di jari kalian,tidak ada yang tak mungkin" Flavio menarik nafas mengatur emosinya dan memberi senyum penuh arti .

"Jangan berani bicara seperti itu" suaraku bergetar. Apa yang ada diotaknya? Kamu sudah enggak waras flav!"

"Gara-gara kamu" flavio menyela dengan ekspresi datar. Dia berusaha menutupi perasaanya. "Kamu yang meninggalkanku Anna... Kamu....aku berusaha melupakanmu dengan aku berangkat kuliah kejerman. Tapi aku tetap tidak bisa Anna...aku tidak bisa melupakanmu meskipun aku mencoba srpenuh hati untuk itu"

Laki laki disamping kananku ini membuatku frustasi. Apa yang diinginkanya dengan mengungkit masa lalu?

Kenapa? Suaraku lirih. "Kenapa kamu menyiayikan kesempatan yang aku beri dulu flavio...kamu tidak pernah ada disampingku...saat aku membutuhkan bahu seseorang untuk bersandar...saat aku membutuhkan pelukan orang yang aku percaya...kamu hanya bisa memberikan itu dengan semu...bukan nyata yang seperti aku inginkan flav..."

Jemari flavio menggenggam tanganku membangkitkan rasa nyaman. Aku benci mengakui ini bahwa aku memang masih menyukai cara flavio memperhatikanku. Dan kali ini secara nyata. Bukan hanya kata kata lewat ruang chat seperti dulu yang ia lakukan.

----------to be continue--

COME BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang