Am i still into you ?

334 3 0
                                    

"Kenapa menolak seseorang berat dan susah untuk dilakukan? Karena menolak juga sama menyakitkan seperti ditolak. Kecuali bagi mereka yang tak punya nurani."

Flavio pulang dari tempat kerjanya .  Ia duduk di sofa mengelus rambutnya yang mulai memanjang seperti tidak terurus. Diikuti bulu halus yang mulai tumbuh diatas bibir dan janggutnya. Wajah oriental dan jawanya tidak tertutup. Kejadian beberapa hari setelah ia mengajak Anna kepesta membuatnya sempat tak mengurus diri dan hanya meratapi kebodohanya pada masalalu.

Tujuanya kembali adalah untuk menemui gadis itu, meminta...kalau perlu memohon. Agar gadis itu mau berada disisinya lagi. Dia menemui gadis itu setelah semua dirasanya cukup siap. Tak menyangka dia bisa bertemu dengan Anna lebih cepat dari waktu yang dibayangkan. Bertemu gadis itu dalam waktu yang sangat tidak tepat, saat gadis itu sudah berada dipelukan laki-laki lain.

Anna berdiri didepanya. Melihat dirinya yang sedang melamun. Ekspresi di wajah polosnya yang tenang susah terbaca. Rambutnya diikat ke atas begitu saja. Beberapa helai anak rambut menjuntai kesamping. Dia hanya menggunakan daster bewarna biru muda.

"Flavio baru pulang? Mau aku buatkan minuman?" Anna beranjak kedapur.

Flavio mengulas senyum samar.Kenangan pahit itu berputar lagi dengan sendirinya. Layaknya pita kaset yang memelunculkan rekaman buruk. Saat ia melihat Anna

"Maaf...maafkan aku Anna...untuk hal yang pernah aku lakukan bertahun tahun lalu..." flavio merasa cluless
Banyak babak yang tertinggal dan tak terkejar. Mungkin inilah pelajaram yang harus diterimanya karena berusaha melarikan diri dari masalah. Ternyata, Tuhan cukup adil memberikan hasil sebijak mungkin terhadap hal kecil yang pernah ditanam sebelumnya. Akan tetapi bukan itu yang flavio mau. Dia tak mau kehilangan Anna.

"Kalau maaf saja cukup, manusia tak perlu menerbitjan peraturan dan hukuman flav..."

Flavio terbungkam. Anna menunjukan ekspresi yang susah terbaca.

"Aku merasa kehilangan Anna" flavio memelankan suaranya.

Anna sudah muak dengan kata kata flavio untuk meminta maaf dan menghancurkan hidupnya dengan datang tiba tiba. Kalaupun meneriaki flavio dan menggertaknya bisa membuat ia lega, mungkin anna akan lakukan. Sayangnya, bahkan berkata kasar pada flavio pun tidak sanggup dilakukanya. Walaupun flavio sudah berlaku kejam kepadanya. Meninggalkan dalam ketidak pastian dan kekosongan. Perasaan kepada flavio belum mati seluruhnya  menyakiti perasaan flavio sama saja menyakiti perasaan sendiri. Karena rasa sayang itu masih ada. Mengakar dihatinya.

"Aku baik baik saja selama ini..." anna tersenyum lemah. Ini penyangkalan terhebat yang pernah diutarakan. "Louise membuatku baik baik saja"

Nama itu membuat perasaan flavio tergores.

"Dia mendapingiku saat kau tak pernah sekalipun muncul dihadapanku flavio... dia laki laki yang selalu membuatku tersenyum..dia selalu disampingku saat kau terus menjadi seorang pengecut"

Itu pasti penyakitkan. Flavio mendadak kosong. Mengharapkan seseorang yang disayangi ada pada saat dibutuhkan. Namun fakta berkata sebaliknya. Dia malah bersembunyi.

"Aku..." flavio terbata bata. Bingung. "Sungguh, tidak ada niatan untuk meninggalkanmu atau apapun"

"Aku tidak menyalahkanmu flav...tidak menyalahkan perpisahan kita..tidak ada yang salah pada apa yang terjadi...semua sudah diatur takdir"

Hening sesaat. Semua berkutat pada pikiran masing masing yang berantakan. Semua terkunci pada babak hilang karena kesalahan masa lalu. Semua terasa sulit.

"Anna..." lidah flavio rerasa kelu.
"Saat aku akhirnya memutuskan untuk ke luar negri, bukan inginku berpisah denganmu."

Jantung Anna berdetak kencang. Hal yang ditakutkan saat bertemu flavio adalah perasaan yang belum sepenuhnya pudar kepada laki laki itu. Dia takut kalau rasa itu membesar lagi, padahal ia sudah berada disamping laki laki lain.

"Kepergianku justru karena aku tidak bisa melupakanmu. Karena aku terlalu mencintaimu.Saat disana aku semakin yakin. Karena dengan tidak ada berada disisimu, aku semakin yakin bahawa aku tidak bisa berpaling darimu, tidak bisa berhenti memikirkanmu"

Bukan ini yang diinginkan Anna saat ini. Pengakuan apa pun tidak akan bisa mengubah keadaan. Tidak bisa mengembalikan waktu.

"Pergi tak selamanya 'selamat tinggal' karena yang ada dipikiranku saat itu adalah datang kembali kepadamu. Kamu ingat saat dulu kita bercanda akan masa depan? Aku menepati itu sekarang..aku bukan flavio yang pengecut seperti dulu an..."

Anna tersenyum getir. Selama bertahun tahun, sebelum louise menutupi luka hatinya, dia terus berharap bahwa hilangnya flavio dari sisinya adalah bayangan semu yang suatu saat akan memudar menjadinkenyataan yang akan mengembalikan flavio kesisinya. Namun, selama nyaris 3 tahun dia menantikan itu, tidak ada tanda tanda flavio kembali kepadanya. Louise melengkapinya.

"Sejak dulu aku benci kata terlambat karena hanya membuatku hilang harapan." Anna tersenyum pedih senyum klise yang semu. Yang hanya membuat mata anna semakin panas dan akhirmya basah sebelum disadari.

Flavio melesat dari tempatnya berdiri. Percuma menahan, perasaanya pada anna masih meletup dengan egois.

"Aku datang lagi. Kamu harus percaya itu" flavio mendekap anna dengan paksa. Gerakan tegas. Tidak ada penolakan. Dan menyurukan kepala gadis itu ke dada bidangnya. Melingkarkan lengan kokohnya menyelimuti tubuh anna. Pelukan sepihak tetapi flavio menikmati saat tidak ada jarak antara dia dan anna.

Rasa nyaman... kehangatan mendebarkan dalam momen yang salah. Hanya menguatkan emosi yang menumpulkan logika flavio. Bahwa dia harus memiliki gadis itu lagi. Dia tak ingin kehilangan gadis itu yntuk kedua kalinya.

COME BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang