Warning! Part ini mengandung kekerasan. Yang tidak suka, left saja. Terima kasih.
---
El dan Nessa bergandengan tangan menuju tempat dimana mobil El di parkir. Senyum bahagia terpahat di wajah mereka.
"Langkah pertama, kita menemui Hazel dulu. Setelah itu, kita ke rumah mama, ya, untuk bertemu Gio. Kita akan memberikan penjelasan yang mudah dimengerti untuk anak seumuran Gio," ujar El.
Nessa mengangguk pelan. Dia merasa bahagia dan tidak sabar untuk menemui anak sulungnya itu. Dia merasakan kerinduan yang sangat besar. Di samping itu, dia juga merasa sedih karna tidak bisa melihat tumbuh kembang anaknya. Mungkin El juga merasakan perasaan yang sama terhadap Hazel sebagaimana dirinya terhadap Gio.
Sesampainya disana, Syna menjatuhkan sendok es krimnya dan menatap aneh orang dihadapannya.
"Kalian rujuk?"
Nessa terkekeh dan kemudian mengangguk.
"Wah, selamat, Ness," ujarnya sambil memeluk Nessa.
"Thank you."
El hanya tersenyum tipis melihat interaksi keduanya.
"Gue mau pergi ke rumah El, Syn. Gue izin keluar bentar ya. Mau fix everything."
Syna mengangguk,"gue ngerti. Take your time. Gue jaga flat."
El memperhatikan flat kecil yang dihuni Nessa dan anaknya dan kemudian mendesah pelan. Nessa yang menyadarinya hanya mengusap lengan El pelan dan tersenyum sambil mengucapkan tidak apa-apa.
Mereka berjalan memasuki kamar. Seketika bau bedak bayi dan minyak telon menusuk indra penciuman El. Hatinya bergetar ketika melihat anak perempuan bermata bulat berada diatas ranjang.
Nessa menggendong Hazel dan kemudian membawanya ke hadapan El.
"Pa-pa," ajar Nessa kepada Hazel sambil terkekeh.
Raut wajah El menegang. Dia mendekat dan mencium kedua pipi anaknya.
"Lo tau, gue selama beberapa tahun belakangan ini, tidak menaruh perhatian gue ke Gio. Dia full diasuh sama mama gue," ujar El sedih.
Nessa terpaku dan terdiam. Gio hanyalah korban dari keegoisan serta kesalah pahaman mereka.
"Ka-kamu siapin aja dulu perlengkapan Hazel. Biar aku yang jaga."
Nessa terkekeh melihat tingkah canggung El ketika ia merubah panggilan mereka. El mengambil alih Hazel dan kemudian Nessa menyiapkan semua kebutuhan Hazel nantinya.
"Mama akan memperbaiki semuanya, Gio. Tunggu mama," tekad Nessa dalam hati.
Sementara itu, keadaan rumah sedang panik karna ketika supir yang menjemput Gio datang dan melaporkan segalanya kepada mamanya El.
"Kamu kerja aja tidak becus! Dia cucu saya!" Bentak mama El.
"Maaf, nyonya. Tadi saya terjebak macet. Jadi-"
"Banyak alasan kamu! Kamu sekarang cari! Saya tidak mau tau! Kalau tidak ketemu, habis kamu."
"Baik, nyonya," ujar supir tadi ketakutan.
Setelah itu mama El menghembuskan nafasnya lelah. Dia menghubungi orang suruhan keluarganya untuk menemukan Gio. Setelah itu, dia bergegas menuju sekolah Gio untuk melihat jejak terakhir kali Gio berada.
Sementara itu, Citra hanya menyesap sampanye di gelasnya sambil menikmati setiap jeritan yang terdengar dari kamar itu.
Jeritan anak yang barusan ia, ck, Citra tersenyum sinis.
"Jangan, om. Gio mohon," Teriak anak itu sambil menangis.
"Ayolah, kita bersenang-senang."
Kedua pria dewasa itu terkekeh ketika melihat anak kecil dihadapannya yang menangis. Gio berlari menuju pintu tetapi pintu itu dikunci dari luar.
Jeritan Gio melolong hingga ke telinga Citra yang membuat dia terkekeh dan berjalan meninggalkan ruangan itu.
"Apa yang kamu lakukan Citra?" Tanya mamanya panik.
Citra menatap datar mamanya, "aku melakukan apa yang harus ku lakukan."
"Bukan seperti itu, Citra. Mama tau kita harus mendapatkan apa yang kita inginkan. Tetapi, jangan. Jangan anak itu," ujar mamanya sambil menangis.
Mamanya sontak berlari menuju ruangan itu tetapi Citra menahannya.
"Jangan berani mendekati ruangan itu! Atau aku akan membuat mama menyesal seumur hidup!" mata Citra melotot menatap mamanya.
Tamparan mendarat keras di pipi Citra yang sontak membuat Citra berang. Citra menerjang mamanya dan menarik rambutnya brutal.
Mamanya menendang Citra agar anaknya menjauh dan mengambil pot bunga kecil yang menghiasi meja kecil di samping televisi.
"Aku tidak boleh terlambat," bisik mama Citra dalam hati.
Sedangkan mama El yang melihat rekaman terakhir cctv menangkap jejak Gio bersama Citra. Sontak ia menghembuskan nafas lega.
"Dasar anak nakal. Selalu saja membuat aku khawatir," gumam mama El pelan.
Dia menghubungi orang suruhannya untuk menghentikan pencarian mereka.
"Terima kasih, pak. Maaf atas ketidaknyamanan anda."
Setelah mengucapkan hal itu, mama El menjalankan mobilnya menuju rumah Citra untuk menjemput cucu yang sebenarnya sangat ia sayangi itu.
TBC.
Note: sumpah berat banget nulis part nya Gio. Huhu😭. Berasa sadis banget saya.