4

310 21 2
                                    

              

               Terlihat seorang lelaki sedang menunduk menatap senar gitarnya. Dia terlihat tampan saat memegang gitar, dia seperti bintang yang bersinar.

Aku sengaja berdeham keras, supaya dia menyadari kehadiran ku. Sekarang orang itu menengadah dan menatap lurus ke arahku, tapi dia melanjutkan membenarkan senar gitar nya seolah tak ada apapun. Dia berbeda, biasanya Axel langsung bercanda atau menggoda ku dan membuatku sebal.

"Lo kenapa si?" Tanyaku heran.

Aku berjalan mendekatinya, dan duduk di sampingnya. Dia bahkan tak menjawab pertanyaanku.

"Xel?" tanya gue lagi. Ada apa dengannya?

Dia benar benar tak menghiraukanku. Aku menelan ludah. Ada yang tak beres dengan nya.

"Xel, gue minta maaf kalo gue ada salah" ujar gue. "Tapi setau gue, gue nggak punya salah sama lo deh" sambung ku. Dia menatapku dengan tatapan tak suka, seakan menyuruhku untuk pergi dari sana.

"Gue nggak mau diganggu" katanya.

"Anjir ini anak kenapa sih? Apa dia berkepribadian ganda ya? (Plakk)"

"Gue nggak akan ganggu lo, tenang aja. Btw lo nggak masuk kelas?" Aku membuat topik baru. Dia tak menjawab, lagi.

"Gue minta lo keluar" pintanya. Aku bersikukuh untuk tinggal, memangnya apa salahku disini?

Aku mendekatinya dan mengamati sekitar, seolah menghiraukan permintaannya barusan, sambil tersenyum kecil. Tanpa aba-aba Axel berdiri dan menghampiriku, saat ia tepat didepanku, satu kata itu rkluar dari mulutnya.

"Keluar!" bentaknya keras.

Deg. Axel, aku kira dia seorang lelaki yang dapat kujadikan teman. Apa dia selalu sekasar ini?  Tanpa aba aba aku menuruti permintaannya, keluar lab. Aku masih mengolah apa yang barusan terjadi, bagaimana bisa dia membentakku? Aku pun menuju toilet, sendirian.

Aku tak membiarkan air mata itu keluar, tapi tanpa komando air mata itu keluar begitu saja. Tak pernah sekalipun ada yang membentakku, bahkan Kak Alan sekalipun. Axel kasar.

Memangnya apa salah gue? Kenapa dia ngebentak gue kaya gitu?

Tiba tiba ada yang masuk toilet dengan langkah cepat. Dan saat aku membalikkan badan ku, dia dengan cepat memeluk ku. Tentu aku kaget. Aku berusaha melepaskan pelukan nya, entah siapa. Tapi tubuh nya benar benar memelukku dengan erat, dan ... nyaman (?).

"Gue minta maaf" pintannya. Suara ini, Axel. Aku masih terisak. Aku berusaha memukul nya agar ia menjauh, tapi sia sia, ia terlalu kokoh.

"Maafin gue sar, gue lepas kendali barusan" sambung nya.

"Sar, please jawab gue" pinta Axel kemudian mengusap air mata di pipiku, jarak kami sangat dekat.

"Gue maafin" jawab ku langsung,
Kulihat senyuman hinggap di bibir nya. Ia pun kembali memeluk ku.

Axel melepaskan pelukan nya dan mengacak rambutku sebelum ia pergi meninggalkan ku seorang diri di toilet siswi.

"Dasar" gumamku tersenyum.

Kenapa gue maafin dia langsung? Anjir tatapannya tadi :3

Aku mengusap wajahku dan meninggalkan toilet.

Aku telat, mana Bu Dian lagi yang ngajar. Seperti adegan slowmotion, ada yang menarik tangan ku sebelum aku  masuk ke kelas. Axel. Dia langsung menarik tangan ku dan membawaku ke taman belakang  yang suasananya sedang sepi.

There is Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang