Terang bergelombang

89 2 0
                                    


"Apakah ini garis lurus yang benar? "

     Arin dan Jodi akhir akhir ini sudah menjadi cukup dekat bahkan sangat dekat dan Jodi juga sudah mengenal kan nya pada ibu dan adik nya juga mengenalkan nya pada si mbok pembantu mereka . Terlihat dari raut wajah mereka senang dan bahagia, karna mereka mungkin berpikir Jodi sudah mempunyai keberanian untuk hidup di hari yang baru dan cerita baru. Namun seiring berjalannya waktu Larrisa juga sudah mulai sering menghubungi nya walaupun tidak terlalu di gubris dan terkadang Jodi berfikir untuk menghapus total semua kenangan bersamanya, walaupun itu terasa begitu berat, dan begitu rumit untuk dilakukan.

" Jod temenin aku yuk hari sabtu aku mau jalan jalan ke pantai aku pengen refreshing, aku cape banget sama kerjaan aku, lagian kan akhir pekan kamu pasti bisa kan? Ayolah temenin aku"

   Arin seperti anak kecil yang menginginkan sebuah mainan baru yang merengek manja kepada jodi.

" Yasudah nanti aku temenin, kemana kamu mau juga aku temenin, keliling dunia juga aku ikutin "
      Dan lewat percakapan singkat di telfon itu Jodi merasa sangat senang saat Arin mengajaknya untuk  pergi entah menjadi salah satu obat penawar rasa lelah nya entah sekedar ajakan kosong belakang. Ini berarti Arin sudah mulai percaya padanya dan barangkali aja Arin merasa nyaman pada Jodi sama seperti perasaan Jodi pada Arin. Walaupun mereka belum punya yang namanya status, Jodi tidak tau apalagi yang harus dia tunggu. Jodi rasa kalau dia menyatakanya perasaan nya sekarang pasti Arin bakal menerima nya cintanya . Jodi bukan terlalu percaya diri,  tapi dari cara cara Arin mungkin dia juga mulai merasa tidak nyaman dengan ketidak jelasan status mereka yang sudah hampir 3 bulan dekat ini.

" Kadang juga engga butuh waktu lama buat nyatain perasaan kita ke seseorang, kalau kita udah ngerasa cocok, yaudah kenapa engga jalanin aja, dan kadang kita juga engga perlu terburu buru buat nyatain perasaan kita ke seseorang terkadang kelihatan nya kita gampangan"

   Dan Jodi mungkin adalah tipikal orang yang labil, mudah sekali untuk menaruh hatinya kepada orang lain atau punya perasaan lebih ke orang lain. Jodi memang sudah merasa cocok dengan Arin. Bagaimana tidak, dia lucu, cantik, baik, dan dia juga dari keluarga baik baik, adik nya dan adik Jodi juga sudah jalan bareng sebagai sahabat, mereka jadi sahabat dekat malah .
   Dan mulai banyak  kesaamaan antara mereka berdua, mulai dari minuman sampai ke tempat tempat yang sering mereka kunjungi. Arin itu orang nya sangat ramah sejauh ini, dia suka senyum, dan menurut Jodi kita ga boleh ngeremehin sesuatu perbuatan baik, walaupun itu sekedar senyuman. Dalam berkata kata dia juga bijak dia selalu berkata kata hal hal yang bisa membahagiakan orang di sekitar nya bukan malah menghancurkan orang lain dengan kata kata nya.

     Jodi masih binggung dengan perasaanya pada Arin , Jodi menyayangi nya, Jodi tidak bisa memungkiri nya, walaupun di depan teman teman nya atau bahkan di depan Arin sendiri Jodi masih sering berbohong ketika obrolan mereka mengarah kepada perasaan. Mulut bisa saja berbohong, namun hati tidak akan pernah berkata dusta, dengan perasaan yang sedang kacau balau itu Jodi selalu meminta pendapat sahabatnya .

" Rik menurut kamu aku mesti gimana sama Arin? Aku binggung"

  Suasana malam itu tampak seperti biasanya dua orang sahabat yang duduk di depan teras rumah , Erik yang masih asik dengan gitar nya tiba tiba berhenti memainkan lagunya dan menjawab pertanyaan Jodi dengan kening yang sedikit berkerut.

" Yang kamu bingungkan itu apa sih jod? Arin kurang apa coba? Dia udah pas banget sama kamu, dengan ku baru dia ga cocok, aku terlalu ganteng buat dia"

  Kini Erik kembali menyeduh kopinya yang sudah dingin akibat didiamkan karna terlalu asik memainkan gitarnya dan mendengarkan curhatan sahabatnya . Kali ini jodi kembali beralasan bahwa dia masih di bayang bayangi oleh Larrisa dia seakan masih susah lupa walauhanya untuk sehari saja, Larrisa seperti begitu dalam masuk kedalam relung hatinya sehingga lupa kemana jalan untuk keluar sehingga bisa melupakanya.

Dua Sisi Harapan (sudah terbit)Where stories live. Discover now