Part 11 - Sebuah Kebenaran

426 52 0
                                    

"Penggemar rahasia? Tapi siapa?" Jaemi terlihat bingung, "Kupikir tak ada orang yang menyukaiku di sini." Lanjutnya sambil membuka kotak makan itu.

Isinya hanya makanan sederhana. Namun entah mengapa membuat Jaemi tersanjung, sesekali gadis itu melihat surat kecil yang terus ia pegang.

"Aku... tidak asing dengan bentuk tulisan ini." Harin bersuara. Jaemi menoleh padanya dengan tatapan heran, "Aku pernah melihatnya. Tapi... aku lupa." Lanjut Harin.

Jaemi tersenyum, "Ini hanya kotak makan biasa. Tapi bagiku sangat istimewa, siapapun yang memberikannya padaku... terima kasih banyak." Ujar Jaemi terharu. Ia bahkan hampir meneteskan airmatanya.

"Ini adalah bukti jika kau pantas dicintai, Jaemi-ya.." ucap Harin sambil merangkul Jaemi.

"Ya..."

"Ah, Jaemi-ya ! Kenapa kau memanggil oppadeul dengan 'hyung'?" Tanya Harin mengubah topik pembicaraan.

"Aku terbiasa mendengar mereka memanggil 'hyung', jadi kupikir akan lebih baik dan lebih nyaman aku juga memanggil mereka begitu. Tapi... tidak untuk Jungkook dan Seokjin."

"Eo? Seokjin oppa? Wae?"

Jaemi mengendikan bahunya dan mulai menyuap makanan dari kotak makan itu, "Mollayo. Aku tidak nyaman memanggilnya 'hyung'. Kami tidak begitu dekat, jarang juga bertegur sapa. Itu sebabnya aku tidak terbiasa memanggilnya 'hyung' seperti memanggil yang lain." Jelas Jaemi. Harin mengangguk paham dan tersenyum karena masa-masa sulit Jaemi terlewati. Sebagai sahabat baru Jaemi, ia pun senang karena ia lebih sering melihat Jaemi tersenyum.

Tanpa mereka sadari, sepasang mata memperhatikan mereka dari luar kelas. Senyum penuh rasa lega terpancar di bibir orang itu ketika melihat Jaemi lahap memakan isi makanan itu.

"Aku harap kau menyukainya, Jaemi-ya..." gumam orang itu sambil berlalu meninggalkan ruang kelas yang hanya diisi Jaemi dan Harin.

Jelas, ini memang masih terlalu pagi. Sekolah populer itu masih terlampau sepi, membuat orang bertopi itu nampak lenggang melewati setiap koridor sekolah.

***

"Aku pulaaaang !!!!!" Jaemi bersorak memasuki rumahnya. Ia berjalan lenggang menuju kamar, karena ia tahu ayahnya tak akan ada.

Jaemi dan ayahnya memang hanya hidup berdua di rumah itu. Dibantu oleh Bibi Han dan suaminya yang sangat setia bekerja di rumah keluarga Bang. Istri Bang Sihyuk, sudah meninggal sejak 18 tahun yang lalu. Dan beliau tidak pernah berniat mencari pengganti.

"Jaemi-ya, apa kau akan ke kantor?" Itu suara Bibi Han dari arah dapur. Membuat Jaemi yang sedang melangkah menaiki anak tangga segera berhenti.

"Ya, Bibi Han ! Aku akan ke kantor untuk latihan. Waeyo?"

"Jangan lupa makan siang dulu ! Aku sudah memasak makanan kesukaanmu !"

"Kalau sempat aku akan makan, Bibi Han !" Seru Jaemi sambil kembali melangkah menuju kamarnya.

Setelah menyiapkan perlengkapan latihannya, Jaemi pun turun ke lantai dasar untuk memakan masakan Bibi Han.

Kriiing~

"Jaemi-ya, bisakah kau angkat teleponnya? Aku sedang menghangatkan lauk." Pinta Bibi Han tanpa memandang Jaemi.

Melihat Bibi Han yang sibuk Jaemi pun segera berlari menuju telepon rumah yang berbunyi.

"Yeoboseyo !" Sapa Jaemi dengan ramah.

".........."

Jaemi mengernyit, ia memandang gagang telepon itu dengan heran kemudian kembali menempelkannya di telinga, "Yeoboseyo?"

We Are Family [BTS FANFICTION]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang