Bagian 21

22 0 0
                                    


Sudah dua minggu ini Flo lebih banyak melakukan aktivitasnya di luar unit namun tidak pergi ke kantor seperti biasanya. Kesehariannya hanya diisi dengan berjalan-jalan keliling New York, mencari udara segar sekadar hanya duduk di bangku central park memandangi orang-orang yang tengah berbahagia bermain salju atau bercanda tawa satu sama lain. Tak jarang pula Flo sering bergabung dengan sekumpulan penyanyi jalanan yang ia temukan di pinggiran manhattan, ikut bernyanyi bersama mereka dan membantu mengumpulkan beberapa lembar uang kertas untuk mereka. Perasaannya bahagia melihat orang-orang yang lewat singgah sebentar untuk berdiri menonton dan menyisikan uang koin yang mereka masukkan di dalam kotak yang tersedia. Flo tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Bahagia. Satu kata itu cukup untuk mewakili kesehariannya selama seminggu ini. Jauh berbeda saat ia berkutik dengan tulisan-tulisan panjang di dalam macbooknya, lagipula jari-jari di tangannya butuh istirahat.

Sementara Flo sibuk dengan kegiatannya sendiri, Max dan Ethan akhir-akhir ini lebih sering memburu berbagai macam objek di New York untuk di foto lalu mengirimkannya ke sebuah tabloid majalah sekadar iseng berharap mereka menyukai gambar yang Ethan dan Max ambil. Terkadang pula, Flo bergabung dengan mereka, dan sedikit tajub melihat ada beberapa tempat yang berlum pernah ia kunjungi di New York dan bergumam 'ternyata ada tempat seindah ini di sudut kota New York yang tak terduga'. Ia merasa jauh lebih bebas tanpa terikat dengan suatu hal. Maka, untuk hari ini ia memutuskan untuk pergi mengelilingi tempat di kawasan Manhattan sekadar berjalan-jalan ria sambil mendengarkan dentuman lagu yang diperdengarkan lewat headset di telinganya dengan salah satu tangan yang memegang segelas kopi hangat yang sesekali ia teguk perlahan. Tiba-tiba, ponselnya berdering, membuat Flo merogoh benda itu dari dalam kantung mantelnya. Sebuah pesan masuk dari Ethan.

Hei, kau pasti akan suka tempat ini. Cepat susul kami. Aku akan mengirimkan alamatnya.

Sesaat kemudian sebuah gambar photo dikirim Ethan. Photo yang menggambarkan tempat bersalju yang nampak asing di matanya. Laki-laki itu selalu saja mengirimkan photo sebuah tempat yang menarik kepadanya saat mereka sedang berpetualang seakan ingin membaginya dengan dirinya.

Flo tersenyum lembut. Saat Ethan berhasil mengirimkan alamatnya, Flo berniat bergegas menyusul mereka. Ia pun memasukkan kembali ponselnya ke dalam kantung mantel, mengangkat kepala hendak melanjutkan langkahnya untuk mencari taksi, namun seketika ia terpaku diam di tempat. Mamatung. Tiba-tiba membisu saat sosok Josh berdiri tak jauh di hadapannya tengah menatap ke arahnya. Sejak kapan laki-laki itu berada disana? Kenapa pula dia ada disana?

Sudah seminggu ini Flo berusaha untuk tidak memikirkan Josh sama sekali. Membuang semua bayangan wajah laki-laki itu dari benaknya. Mencoba untuk membiasakan dirinya tanpa laki-laki itu dengan melakukan banyak aktivitas di luar yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya, perlahan Flo bisa melakukan itu walau ia tidak bisa menolak saat tiba-tiba sesuatu yang ia lakukan justru mengingatkannya dengan Josh sampai sekarang ini. Sampai kembali ia bertatap muka dengan sosok itu yang kini mulai berjalan mendekat.

" hai, Flo," sapa Josh.

Flo tidak pernah meminta untuk bertemu dengannya lagi bahkan di hati kecilnya berharap bahwa akan lebih baik jika ia tidak berhubungan dengan laki-laki ini selamanya. Bukan karena Brianna, bukan karena perasaan Josh pada dirinya yang sudah ia ketahui tapi ini karena dirinya, dirinya yang selalu merasa takut bahwa akan tumbuh perasaan terhadap Josh yang justru tidak ia inginkan sama sekali.

Alhasil, Flo mengiringi langkah Josh, berjalan di sebelahnya tanpa sama sekali mengucapkan satu patah katapun. Suara bising jalan raya dan suara samar-samar orang yang berbicara di sekeliling mereka menjadi pengisi keheningan ini. " apa pekerjaanmu sekarang menyenangkan?" hingga akhirnya Josh yang membuka pembicaraan. Setidaknya Josh memecahan kecanggungan yang sangat tidak nyaman ini.

You're the right oneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang