Tanpa gue sadari kita uda ada dikantin sekolah, karna daritadi gue cuma nunduk sambil berusaha menyamakan langkah dengan Kevin.
"Gue mau balik ke kelas ajadeh" ucap gue sambil melihat keadaan kantin yang sepi. Hmm, uda bel masuk.
"Mendingan kita makan dulu, lagian nanggung kalo masuk. Bentar lagi juga pulang" kata Kevin sambil melihat jam ditangannya.
"Emh, oke terserah" Entah kenapa gue gak bisa nolak, walaupun sebenernya gue berencana ingin menghindar dari ni cowok.
"Mau makan apa?" Tanya Kevin, mungkin dia bingung ngeliat gue cuma diem, melamun.
"Terserah deh" Jawab gue.
"Oke, gue yang pesenin." Kata Kevin sambil menuju salah satu stand kantin.
Aduu kenapa gue jadi pasif gini sih? Gue juga bingung, tapi hmm apa yang gue bingungin ya? Goblok banget! Kata gue sambil menggaruk-garuk kepala yang tidak terasa gatal.
"Ngelamun mulu daritadi" Kata Kevin sambil duduk kembali di kursi depan gue.
Kita sangat dekat, hanya dibatasi dengan meja berbentuk bulat.
Tampan.
Itu yang ada pertama terbesit di otak gue. Dengan jarak kurang dari 1 meter gue bisa ngeliat dia dengan jelas.
Matanya yang berwarna kebiru-biruan, alisnya yang tebal, bibirnya yang berwarna merah muda, dan badannya yang tegap berisi.
Rambutnya yang lebat mulai sedikit berantakan karna di BK tadi, dia beberapa kali mengacaknya, mungkin dia gugup. Tapi itu sama sekali gak ngebuat ketampanannya hilang.
Dia tidak jauh berbeda dari waktu SMP dulu.
Wajahnya yang tampan dan senyum di bibirnya, sangat menggemaskan dan membuat siapapun ingin mencubit pipinya.
Sekarangpun masih demikian, namun dia terlihat lebih dewasa.
Enggak LUCIA! Dari mana lo yakin kalo ini Kelvin? Enggak, lo gak boleh suka ke ni cowok. Lo baru kenal sama dia beberapa jam yang lalu.
Inget Lucia, inget yang dulu Kelvin lakuin, inget gimana cinta pertama lo ngebuat lo sakit hati dan tersiksa sampai sekarang!
"Tuh kan ngelamun lagi." Kata Kevin sambil tertawa.
Gue tersadar dari lamunan.
"Lo deg-degan tentang pawai? Gue tau, cewe tomboy kayak lo pasti gasuka di make-up. Iyakan?" Tanya Kevin, masih tetap dengan senyumnya.
Di make-up? Iya gue deg-deg an tentang itu.
Tapi kenyataan nanti saat pawai gue bakal berpasangan sama lo seharian, ngebuat gue lebih deg-deg an."Enggk si, biasa aja. Gue cuma gatau aja, gimana muka gue jadinya nanti. Pasti nyeremin" Kata gue bohong, sambil memaksakan tawa.
"Lo pasti tetep cantik kok" Puji Kevin.
Deg.. Jangan muji gue lagi Vin, plis. Mungkin itu kata-kata yang sering lo ucapin ke cewe-cewe lain, mungkin itu biasa buat lo. Tapi itu gak biasa buat gue.
Udah lama gak ada yang bilang gue cantik, udah lama gue cuma dipandang menyeramkan sama cowok-cowok, udah lama gue gak mikirin penampilan gue. Dan tiba-tiba lo bilang gue cantik.
Banyak cewek cantik diluar sana yang suka ke lo, bahkan dengan sekali kedipan lo bisa milikin cewe-cewe itu. Tapi kenapa lo malah deketin gue? Cewek yang jelas-jelas rusak dan tomboy?
Plis Lucia, lo jangan kepedean, lo gak boleh terbang lebih tinggi. Karna semakin lo terbang tinggi, semakin lo akan merasakan sakit saat jatuh. Tetep jadi Lucia yang dulu, yang dingin kesetiap cowok!
"Lo kok kayak deket gitu sama kepala sekolah?" Kata gue mencoba melawan semua pikiran, dan mengalihkan pembicaraan.
"Bu Siska?" Tanya Kevin yang hanya gue jawab dengan anggukan.
"Ohh, Bu Siska temen Bokap gue. Setelah pulang dari Amerika, Bokap bingung nyekolahin gue dimana.
"Akhirnya Bu Siska yang lagi main ke rumah, ngerekomendasiin-in sekolah ini. Dan perlu lo tau, Bu Siska tuh mantan bokap gue.
Mungkin dia gagal move on, dan berusaha ngedeketin Bokap gue." Kata Kevin sambil ketawa, tanpa ada nada sombong sedikitpun. Walaupun dia ternyata pernah bersekolah di negeri tetangga.
"Hmm, nyokap lo gak cemburu Bu Siska main ke rumah?" Tanya gue asal.
"Nyokap gue udah meninggal" jawab Kevin mencoba tersenyum datar.
"Sorry" jawab gue singkat, yang hanya di jawab gelengan kepala Kevin.
Kalo ini Kelvin?
No, gue tau banget Bundanya Kelvin belum meninggal.Ya Lucia, mungkin ini saatnya lo percaya ke dia.
Dan mungkinn...
Ini juga saatnya lo membuka hati buat cowok lain. Gue menggeleng cepatUdah ah, ngomong apa si lo?
KAMU SEDANG MEMBACA
First Boyfriend
RomanceMencintaimu adalah sebuah kebodohan yang selalu aku lakukan. Mencintaimu sama saja membunuh diriku secara perlahan. Akankah cinta ini berujung kepada kebahagian ? Ataukah malah berujung kepada tangis penyesalan ? -Dhila