12 - Sick

1.3K 69 4
                                    

Lucia's POV

Gue kira sehabis mandi, rasa sakit di kepala gue akan menghilang atau paling enggak sedikit berkurang, tapi nyatanya enggak.

Malah rasa sakit ini semakin menjadi-jadi.

Gue pun meringkuk dikasur.

Lemas, dan tak berdaya.

Malangnya. Keadaan rumah saat ini sedang kosong, semalam gue mendengar Ayah mengetuk pintu dan mengatakan akan pergi dengan Tante Elly pagi-pagi sekali, untuk urusan kantor di luar kota selama beberapa hari.

Gue sebenernya ngedenger sih, tapi karna gue lagi males ngomong sama Ayah yang saat ini lebih sering ngedengerin Nenek sihir itu, daripada anaknya sendiri. Jadi ya.. Gue pura-pura tidur.

Mbak Inah yang biasa bantu-bantu dirumah lagi minta cuti, gara-gara anaknya dirumah sakit.

Dan Pak Bon yang adalah suaminya Mbak Inah, tentunya minta cuti juga untuk meluangkan waktu bagi anaknya yang lagi sakit.

Gue gak bisa kayak gini terus.
Bisa mati muda gue.

Gue harus turun kebawah dan makan sesuatu. Pikir gue.

Pelan-pelan, gue menurunkan kaki gue ke lantai. Tangan gue masih menopang tubuh  dikasur yang seakan-akan tak bernyawa.

Gue mencoba memegang tembok dan berdiri. Beberapa detik gue berdiri, gue melihat beberapa bintang sedang menari-nari di atas kepala gue.

Aduhh..

Gue pun gagal, dan kembali terduduk di kasur.

Kaki dan tubuh gue sedang tidak bersahabat saat ini.

Gue pun menyerah, dan akhirnya lebih memutuskan untuk kembali berbaring.

Beberapa saat kemudian, telfon kamar gue berbunyi.

Dengan enggan gue mengangkat telfon.

"Siapa?" Jawab gue dengan suara yang serak.

"Lo sakit ya?" Deg. Suara Kevin?

"Ohh Kevinn, ada apa?" Jawab gue sebiasa mungkin.

"Jawab dulu pertanyaan gue non." Paksanya. Terdapat nada khawatir di setiap kata yang diucapkannya.

Dia khawatir sama gue?
Pikirku

"Yeee, tadi lo juga gak jawab pertanyaan gue tau-tau nanya balik. Gue gak sakit kok." Bohong gue, dengan suara yang pastinya terdengar mengerikan.

"Gausa bohong deh. Suara lo udah kayak Nenek-nenek gitu."

"Lo dapet nomer gue darimana?" Tanya gue basa-basi, yang udah gue ketahui jawabannya adalah Bella.
Karna cuma dia yang tau nomer telfon kamar gue, selain Ayah.

"Gak penting ih, lo udah minum obat?" Tanyanya sedikit emosi, karna dari tadi gue mencoba mengalihkan pembicaraan.

Gue tidak menjawab.

Boro-boro minum obat, makan aja belom. Batinku

"Kirim alamat rumah lo, gue beliin obat." Ucap dia spontan, karna sekian lama gue terdiam.

First BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang