Karena bagi Tiffany Hwang, ketika langkah mereka tak pasti, dirinyalah yang akan mengarahkan. Ketika mereka terjatuh, dirinyalah yang akan membangkitkan. Ketika mereka tersungkur, dirinyalah yang akan membangunkan. Ketika hati mereka merindu, dirinyalah yang akan menyembuhkan.
Kala bahagia tak lagi berarti karna kehilangan, dirinyalah yang akan merubahnya.
Karna ia tak akan terbungkam akan goresan kesedihan.
Abie&bells
©babyblueyesgirl
Wild Child Season 2 : Prologue
((Listen to Sing For You - EXO or Kiss The Rain - Yiruma))-------------
"Ne ... nan gwenchana."
...
"Appa juga jaga diri baik-baik, ne?"
...
BEEP BEEP BEEP
Mendengar sambungan telepon yang sudah terputus, aku menjauhkan ponselku dari telinga dan langsung memasukkannya ke saku celanaku. Aku menghela napas cukup keras kemudian menatap lurus ke arah sungai di depanku.
Well barusan Appa menelpon untuk menanyakan bagaimana liburan musim panasku karena ia tidak bisa menghabiskan musim panasnya bersamaku. 'Pekerjaan yang menumpuk,' katanya.
Alhasil, di sinilah aku. Duduk sendirian di pinggiran sungai Gwojang yang berada di daerah kecil bernama Boseong. Yap, Boseong. Kampung halaman namja-namja abnormal itu. Kalian tak akan percaya aku mau dan bersedia menghabiskan liburan musim panasku yang begitu indah bersama namja-namja itu di sini. Aku benar-benar tak tau kenapa saat itu aku meng-iya-kan ajakan Suho untuk ikut ke rumah mereka di sini. Ohh mungkin karena ...
Aku kembali menghela napas keras.
Mungkin karena wajah kesepian namja-namja abnormal itu ...
Aku menengadahkan kepalaku kemudian menutup wajahku karena sinar matahari musim panas yang cukup menyilaukan.
Aku benar-benar tak tau harus berbuat apa pada mereka. Pasalnya, sejak kepergian Kris -sepuluh hari lalu, mereka tiba-tiba berubah diam. Mereka sama sekali tak protes ketika aku menyuruh mereka melakukan semua tugas rumah saat liburan musim panas dimulai bahkan ketika kami sampai di Boseong. Mereka melakukan semua perintahku dengan baik. Jika mereka hendak protespun, mereka memilih diam dan pergi ke kamar mereka.
Aku benar-benar merindukan mereka yang selalu berulah dan menjahiliku.
Well mungkin aku sudah gila karena ingin mereka berulah dan mengganggu ketenanganku, tapi melihat mereka seperti itu benar-benar membuatku merasa kesepian.
Aku tak lagi mendengar tawa menjengkelkan mereka ketika berhasil membuatku kesal, aku tak lagi melihat wajah lucu mereka saat aku memaksa mereka melakukan perintahku, dan aku tak pernah lagi merasakan kehangatan di rumah itu.
Meski setidaknya ada Suho yang selalu berusaha membuka pembicaraan kecil ketika makan malam, Luhan yang selalu menemaniku mengobrol, Sehun yang sedikit menjahiliku, Chen-DO-Baekhyun-Xiumin yang berusaha membuat suasana sedikit menyenangkan. Tapi rasanya berbeda. Mereka seperti kehilangan sayap yang selalu mereka kepakkan. Mereka kehilangan sebagian diri mereka. Dan hal yang membuatku semakin kesepian adalah Chanyeol yang seharusnya menebar virus bahagia kini sering berada di kamar dan keluar hanya untuk makan atau mandi. Tao dan Kai yang tak pernah berada di rumah dan selalu pulang keeseokan paginya. Dan Lay ... aku selalu melihat matanya sembab di pagi hari namun ia selalu memaksakan diri untuk tersenyum ke arahku.
Aku tau bagaimana perasaan mereka. Perasaan ketika kehilangan seseorang yang sangat dicintai. Betapa kesepiannya mereka ketika seseorang yang selalu berada di sekitar mereka tiba-tiba saja menghilang.
Aku pernah mengalaminya.
Hari dimana aku kehilangan Ibuku.
Liburan musim panas diusiaku yang ke sebelas tahun. Semuanya terjadi begitu cepat. Aku yang sedang asik bermain di ruang tengah mendengar suara benturan cukup keras diikuti teriakan dua orang yang saling sahut menyahut. Aku benar-benar ketakutan saat itu. Aku tak tau apa yang terjadi pada dua orang yang biasanya kulihat saling mengasihi kini berteriak satu sama lain. Saling menyakiti dan mengatakan hal yang tak seharusnya mereka katakan.
And then she left...
Ibuku pergi tanpa memperdulikan panggilan dan tangisku. Ia sama sekali tak menoleh ke belakang sedikitpun.
Ia memilih meninggalkanku dan Appa-ku.
Ia memilih meninggalkan dua orang yang sangat mencintainya.
Tapi percayalah, aku tak selemah yang kalian kira. Aku berjanji pada diriku sendiri tak akan pernah menangisi hal itu lagi atau menyalahkan betapa tak adil kehidupanku. Aku juga tak pernah menyalahkan Ibuku karena meninggalkanku. Ia pasti punya alasan dan aku menghormati alasannya. Dan aku tak pernah menghilangkan kenangan menyakitkan itu. Aku ingin menyimpannya. Menyimpannya sebagai kenangan yang mengingatkanku betapa kuat diriku selama 19 tahun ini tanpa sosok seorang Ibu.
Perasaan sakit dan tersayat itu benar-benar terasa sangat nyata. Melihat sosoknya yang tak lagi di sampingku dan harapan kosong yang entah suatu hari akan tercapai atau tidak. Kenangan yang ia tinggalkan terasa sangat menyakitkan.
Oleh karena itu, aku tak ingin mereka merasakannya. Aku tak ingin namja-namja itu merasakan sakit yang kurasakan.
Entah sejak kapan aku tak ingin melihat mereka tersakiti
Entah sejak kapan aku begitu peduli pada mereka semua
Entah sejak kapan aku selalu ingin melihat tawa mereka
Entah sejak kapan aku selalu terbangun dan berharap melihat wajah mereka
Entah sejak kapan aku tak keberatan mereka mengolok-olok diriku atau menjahiliku
Entah sejak kapan aku selalu tertawa lepas ketika bersama mereka
Entah sejak kapan semua perasaan itu muncul
Betapa aku ingin mendekap mereka dan mengatakan semua akan baik-baik saja.
Semua akan baik-baik saja ... tanpa Kris.
Tapi aku tak bisa melakukannya. Aku tak bisa melakukannya karena semua tidak baik-baik saja tanpa Kris.
Semua terasa begitu berat.
Aku sangat tau hal itu.
Tapi bukan akhir seperti ini yang kuharapkan maupun mereka harapkan. Bahkan kalian semua tak mengharapkan akhir seperti ini.
Mungkin, saat ini semua tak baik-baik saja.
Tapi aku ingin mereka percaya bahwa apapun yang terjadi setelah kepergian Kris, suatu hari --entah kapan saat itu datang-- mereka akan merasakan kebahagiaan yang mereka rindukan ...
karena mereka, memilikiku.
Akan selalu ada lembar baru yang harus mereka torehkan cerita bersama-sama, dengan atau tanpa Kris.
Itu kenyatannya
dan mereka,
harus menerimanya.
------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Wild Child [Exofany]
FanfictionTiffany Hwang, perempuan berusia 25 tahun yang harus tinggal bersama 12 namja pervert ditengah pekerjaannya menjadi guru di sekolah favorite SM High School dan misi mendapatkan kehidupan tenang di Seoul. Semua berubah kacau saat ia secara resmi menj...