Part 9

540 23 3
                                    

SCK tayang lagi rek..

Langsung aja..

Tapi jangan lupa vomment nya ya rek.. biar aku semangat nulis nih, biarpun harus nulis di rumah sakit sambil ngitung gizi pasien.. xixixi..

Oke..happy reading..
Semoga menghibur..

~~♡☆♡~~



"Sekarang bantu saya mengangkat Mas Nico, pak.." kata Keke yg lalu berjalan masuk ke kamar diikuti oleh Pak Karjo.

"Memangnya Mbak Keke mau kemana.?"

"Kita akan cuci mata, pak.." senyum gadis itu.

"Saya, Pak Karjo dan Mas
Nico.."

Wajah Nico menjadi keruh rahangnya mengeras.

"Aku tidak mau pergi ke manapun, gadis galak.." desisnya.

"Ya, gue tau itu.."sahut Keke dgn sabar.

"Loe datang ke tempat ini untuk menunggu ajal loe. Loe ingin berbaring tenang di tempat tidur loe. Mengasihani diri loe sendi-ri dan membiarkan otot-otot kaki loe yg sempurna itu mengerut dan akhirnya ikut mati juga.." Keke me-nusukkan jari telunjuknya ke kaki Nico.

''Tapi gue gak akan mem-biarkan loe berbuat seper-ti itu.."

"Kau tdk bisa memaksaku utk melakukan apa yg aku tdk suka.."

"Loe bener. Gue gak bisa memaksa loe. Tapi sebe-lum loe berhenti berpikir ada yg akan gue tunjukin ke loe.."

"Aku tdk tau apa rencana mu. Tapi kau tdk akan pernah melaksanakannya." Kata Nico keukeh.
.
"Ohh yaa, tidak kata loe.?" Keke memamerkan senyum manisnya yg segera menghilang dan di gantikan oleh wajah dgn ekspresi kaku.

"Perhatikan aku..'' katanya lalu menghampiri tempat tidur.

"Baik Pak Karjo. Saya bagi-an atas, bapak bagian kaki."

Keke melangkah ke bela-kang Nico, lalu membung-kukkan badan Nico mulai dari pinggang. Lalu me-ngulurkan kedua tangan nya melalui bawah lengan Nico. Dengan saling meng-kait, mengunci di dada Nico.

Mendapat perlakuan seper ti itu..Nico meronta, meng-gapai-gapaikan tangannya.

"Simpan tenaga loe, Nicholas..!!" Sentak Keke.
"Gue udah pernah mena-ngani yg lima puluh kilo lebih berat dari diri loe.."

"Lepaskan aku, sialan..!" Lelaki itu berusaha mele-paskan kaitan jari-jari Keke. Tapi si gadis menge-palkan kedua tangannya.

''Kalau loe gak mau diam, gue akan mengikat loe dan gue glindingin loe dari lantai ini ke bawah lewat tangga.." ancam Keke.
"Oke, sudah siap Pak Karjo..?"

"Sialan kau, tidak.!! Ku bilang tidak ya tetap tidak..!!" Bentak Nico ketika Keke mengangkat tubuhnya melewati tepi ranjang.

Bersama dgn Pak karjo, Keke menggendong Nico menuruni tangga menuju kursi roda yg sudah menunggunya di lantai bawah. Perlahan mereka menurunkan Nico ke kursi roda. Pak Karjo yg tdk ingin terlibat tapi menyada ri pentingnya hal ini, me-ngikuti petunjuk Keke dan meletakkan telapak kaki
Nico pada pijakan di kursi roda.

Sekonyong-konyong Nico mencengkeram lengan kursi dan mengangkat tubuhnya. Keke tahu siasat itu. Sebelum Nico berhasil meninggalkan kursi itu, Keke sudah berdiri di hadapannya dgn napas ter-sengal-sengal.

"Jangan coba-coba loe tu-run dari kursi ini..!! Apa loe mau merayap kembali ke kamar loe..? Kalau loe tetep melakukan itu, gue akan mengikat loe. Sungguh.. gue gak main-main, Nicholas. Kita akan keluar jalan-jalan, cuci mata. Biar seger pikiran loe. Gak berkutat sama diri loe sendiri. Jadi terserah loe. Apakah loe akan pergi secara bermartabat atau gak.."

SYMPHONI CINTA KEKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang