Disinilah Digo, diruangan serba putih dengan bau obat yang sangat menyengat. Ruangan Dokter Ridwan.
"Gimana, Dok? Gimana keadaan Ali? Ali baik-baik aja kan, Dok?" Serbu Digo saat mereka baru saja duduk di kursi yang memang tersedia di ruangan itu.
"Mm, begini-"
Dokter Ridwan mengambil nafas pelan sebelum ia mengutarakan semuanya. Dokter Ridwan sangat takut jika laki-laki dihadapannya ini akan sangat terpuruk jika tau semuanya. Karena, ia bisa melihat dengan jelas ada rasa sayang yang luar biasa dimata Digo untuk Ali.
Digo yang melihat Dokter Ridwan hanya diam saja menjadi sangat takut. Takut jika hal-hal buruk yang tidak diinginkan memang akan menjadi kenyataan. Digo menggelengkan kepalanya pelan.
"Ali pasti kuat." Batin Digo menguatkan dirinya sendiri yang sekarang hampir tumbang.
"Kamu tahu penyakit apa yang selama ini Ali derita?" Tanya Dokter Ridwan pelan sembari menatap Digo lekat.
"Selama ini?"
"Iya, selama ini. Menurut hasil lab, Ali telah menderita kanker hati sejak 5 tahun yang lalu." Jelas Dokter Ridwan yang membuat Digo terbelak kaget.
Yang Digo tahu adalah Ali baru menderita penyakit itu sekitar 2 bulan terakhir ini. Jadi, selama ini Ali menahan sakit itu sendiri? Tanpa ada seorangpun yang tahu? Ya, saat ini hanya Digo lah yang tau tentang penyakit yang diderita Ali. Itupun Digo tahu bukan dari Ali langsung. Melainkan ia tak sengaja membaca surat lab dari rumah sakit yang tertinggal diatas meja makan 2 bulan yang lalu.
Ada rasa salut menyelimuti hati Digo melihat Ali yang sampai saat ini masih kuat untuk bertahan memperjuangkan hidupnya. Namun, ada rasa lain juga yang menyelimuti hatinya selain rasa salut.
Mengapa bukan dirinya saja yang menderita penyakit, itu? Mengapa harus Ali? Ia sangat tidak tega melihat Ali yang selama ini ternyata sangat menderita menahan rasa sakitnya yang ia yakin itu sangat luar biasa sakit.
"Saya sangat tidak menyangka melihat Ali yang ternyata masih kuat bertahan hingga saat ini. Bahkan, Ali mampu melewati masa-masa kritisnya. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa hal-hal buruk bisa saja terjadi mengingat kanker yang tumbuh dihati Ali sudah masuk stadium akhir atau sering disebut stadium D yang makin sangat ganas menggrogoti hati Ali. Pengobatan kemoterapi sangat tidak dianjurkan untuk stadium D ini, jika kemo dilakukan paksa pada Ali, itu malah semakin memperburuk keadaan. Tidak ada cara lain untuk mengobati kanker hati yang sudah masuk stadium D seperti Ali selain Transplantasi hati atau sering disebut juga dengan donor hati. Jadi sebisa mungkin jika ingin Ali terus bisa melanjutkan hidupnya lebih lama lagi? Ali harus segera mendapatkan donor hati yang benar-benar pas untuknya." Jelas Dokter Ridwan, lagi.
"Stadium akhir? Donor hati?" Tanya Digo mengulang apa yang tadi Dokter Ridwan jelaskan.
"Iya, kanker yang tumbuh dihati Ali sudah masuk stadium akhir. Jadi kemungkinan Ali hidup hanya 15% jika Ali tidak segera mendapatkan donor hati."
"Lakukan apapun yang terbaik untuk Ali, Dok. Masalah biaya akan saya bayar, berapapun itu."
"Tapi, masalahnya. Disini tidak ada hati yang pas untuk Ali." Ujar Dokter Ridwan yang membuat Digo memijat keningnya pelan.
"Lalu dimana saya harus mencarinya, Dok?" Tanya Digo sendu.
Dokter Ridwan hanya menggeleng pelan bertanda ia tidak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Karena Cinta
Fanfiction'Bukan tanpa alasan. Karena memang semua itu memiliki alasan. Alasan itu adalah cinta. Cinta yang bisa membuatmu menjadi prioritasku.' *** Cover by Lisaa, sahabat line.