"Pril."
Prilly mempercepat langkahnya sebelum pria itu benar-benar mendekat. Sebenarnya, ia ingin sekali memeluk tubuh pria itu. Tapi, rasa sakit dihatinya mengalahkan keinginannya. Hatinya masih sangat sakit.
Pria itu menggenggam erat pergelangan tangan kanan Prilly saat ia berhasil mensejajarkan posisinya dengan Prilly membuat Prilly mau tidak mau harus menghentikan langkahnya.
"Pril, tunggu!" Ujar pria itu sendu. Namun, Prilly yakin nada sendunya itu hanya dibuat-buat. Agar ia mau memaafkan pria itu dan pria itu bisa dengan bebas menyakitinya kembali. Sekarang, Prilly tidak sebodoh dulu.
"Lo mau apa lagi si? Mau nyakitin gue lagi? Iya? Ga puas emang dulu nyakitinnya?" Ucap Prilly dengan nada tinggi namun terdengar bergetar. Prilly menghempaskan tangan kanannya kencang yang membuat tangan pria itu ikut sedikit terhempas dan terlepas dari pergelangan tangan kanan Prilly.
"Bukan gitu, Pril. Aku bener-bener ga niat buat nyakitin kamu. Aku sayang kamu, Pril."
"Sayang? Haha, basi. Sekarang, gue bukan lagi Prilly yang dulu yang bisa dengan gampangnya percaya sama semua ucapan busuk lo itu dan bisa dengan gampangnya lo sakitin gitu aja. Lo tau? Hati gue sakit! Sakit banget! Dan, lo? Dengan santainya pergi gitu aja tanpa perduli sama perasaan gue sedikit pun. Mikir dong!"
Walaupun nada suara Prilly terkesan membentak namun Prilly sama sekali tidak bisa menahan air matanya yang sedari tadi mendesak ingin keluar. Ali dengan sigap memeluk tubuh mungil Prilly. Mendekapnya erat seolah tidak ingin melepaskan Prilly, lagi. Ali terus mengelus pelan punggung Prilly. Prilly sudah meronta berusaha melepaskan tubuhnya dari dekapan Ali, tapi apa daya? Tenaganya sama sekali tidak sebanding dengan Ali. Akhirnya ia hanya pasrah tubuhnya didekap erat oleh Ali, pria yang sampai saat ini masih ia cintai. Tapi, juga ia benci. Prilly menangis sejadi-jadinya dipelukan Ali.
Ali pun ikut menangis melihat Prilly seperti ini. Ia tak menyangka bahwa ia benar-benar telah menorehkan luka yang sangat mendalam dihati Prilly. Ia ikut sakit melihat Prilly sakit seperti ini.
Tiba-tiba, dada Ali terasa sangat sesak. Ia berusaha menahan keras rasa sakit itu. Ia tak ingin Prilly tahu. Sangat tidak ingin.
"Kenapa harus sekarang? Tuhan, ini sangat sakit. Please, ku mohon. Jangan sekarang." Batin Ali terus berucap sembari memejamkan matanya berusaha meredam rasa sakit itu.
Ali semakin mendekap erat tubuh Prilly agar rasa sakitnya segera hilang. Namun, nihil. Rasa sakit itu malah semakin menjadi-jadi.
Prilly merasa nafas Ali seperti orang yang habis lari berkilo-kilo meter. Prilly berusaha melepaskan pelukannya dan ingin memastikan bahwa Ali tidak apa-apa. Namun, Ali semakin mendekapnya erat membuat Prilly hanya bisa menghembuskan nafas kasar. Harus apa ia sekarang?
"Ali!"
***
Entah suruhan dari mana, yang pasti Digo ingin sekali lewat TPU yang masih satu kawasan dengan kediamannya ini.
Tak sengaja, matanya menangkap sosok yang saat ini tengah ia cari. Tapi, dengan siapa dia? Digo merasa heran, karena selama ini Ali sama sekali tidak pernah dekat dengan wanita manapun selain Sisi. Lalu, siapa yang Ali peluk erat itu? Mengapa Ali memeluknya sangat erat? Tapi seketika, ia ingat dengan segala cerita Ali tentang wanita yang sampai saat ini masih Ali cintai. Apakah itu dia? Karena posisi wanita itu yang membelakanginya membuat Digo sama sekali tidak bisa melihat bagaimana rupa wanita yang berada dipelukan Ali itu.
Digo langsung beranjak turun dari mobil Kijang Inova-nya, ia mendekati 2 orang sosok yang tengah berpelukan erat itu. Tapi seketika Digo menegang saat melihat raut wajah Ali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Karena Cinta
Fanfiction'Bukan tanpa alasan. Karena memang semua itu memiliki alasan. Alasan itu adalah cinta. Cinta yang bisa membuatmu menjadi prioritasku.' *** Cover by Lisaa, sahabat line.