enam

363 37 0
                                    

'Cinta dengan orang yang sama itu menyakitkan. Entah harus mempertahankan ego untuk tetap mencinta, atau mengalah untuk kebahagiaan sahabat.'

***

"Gue bener-bener ga nyangka! Ternyata, orang yang selama ini gue banggain? Malah tega ngebohongin gue! Haha, gatau diri banget ya?" Ujar Prilly sembari menatap Sisi sinis.

Sisi menangis. Ia tahu ia salah. Tapi apa sebegitu fatalkah kesalahannya? Ia bingung. Sekarang ia harus apa? Ia tak ingin bermusuhan dengan sahabat terbaiknya. Tapi, apakah Prilly mau memaafkannya?

"Bu-bukan gitu, Pril. Gue bener-bener ga maksud ngebohongin lo, Pril. Sumpah, gue bener-bener ga ada niat kayak gitu. Please, percaya sama gue ya?" Jelas Sisi memohon.

"Udahlah, mau lo nangis darah juga gue udah gaakan percaya lagi sama semua omongan busuk lo itu." Sahut Prilly sinis lalu beranjak pergi meninggalkan Sisi sendiri begitu saja.

"Pril."

"Prilly!"

---

"Prilly!!!!!" Jerit Sisi yang kemudian terbangun dari tidurnya.

Tidak, tidak. Itu hanya mimpi, bukan dan tidak akan pernah menjadi kenyataan! Sisi menggeleng-gelengkan kepalanya pelan berusaha mengusir pikiran-pikiran buruk yang kini mulai memenuhi otaknya.

Sisi mengambil segelas air putih yang berada diatas nakas, lalu ditenggaknya air itu agar pikirannya juga ikut larut ke dalam air yang mengalir didalam tubuhnya.

Sisi menghela nafas panjang.

"Itu ga mungkin terjadi. Tapi, kenapa semuanya terasa nyata banget ya?" Saat Sisi sedang sibuk dengan segala pemikirannya, iPhone nya tiba-tiba berdering.

Sisi terperangah. Ia mencari-cari dimana iPhone nya berada. Ia lupa tadi ia letakan dimana iPhone nya.

"Nah, ini dia. Dicariin tau-tau nyelip disini."

Disana tertera nama Digo. Tanpa menunggu waktu lama, Sisi jawab panggilan masuk itu lalu ia dekatkan iPhone nya tepat disamping telinga kanan nya.

"Apa? Iya-iya, gue kesana sekarang!" Ujar Sisi panik saat tahu Digo menelpon nya untuk memberitahu bahwa Ali masuk rumah sakit saat ini.

Dengan gerakan kilat Sisi mengganti baju lalu beranjak menuju garasi setelah tadi ia mengambil kunci mobilnya yang tergeletak diatas nakas.

***

"P-prilly?" Panggil Sisi tak percaya saat melihat sosok yang benar-benar mirip Prilly, sahabatnya. Walaupun wanita itu menunduk, tapi Sisi bisa dengan jelas mengenali siapa wanita itu. Namun, ia juga tak bisa bohong bahwa hatinya sangat takut jika itu benar-benar Prilly. Ia berharap ia salah orang.

Merasa dipanggil, Prilly menoleh.

"S-sisi?" Prilly sama sekali tidak menyangka bisa bertemu dengan Sisi disini. Tapi, tunggu. Jika Sisi berada disini? Lalu, makam siapa yang ia datangi tadi? Apa benar wanita yang ada dihadapannya ini benar-benar Sisi?

"Pril, gue kangen lo." Ujar Sisi lalu beranjak menghampiri Prilly yang masih diam mematung menatap Sisi tidak percaya.

Saat Sisi ingin merengkuh tubuh Prilly, Prilly menghindar. Sisi tahu pasti alasan apa yang membuat Prilly seperti ini. Ia pasti sangat bingung apa yang sedang terjadi saat ini. Sisi paham itu.

"Lo masih hidup?" Tanya Prilly tanpa basa-basi. Sisi hanya diam. Ia bingung ingin menjelaskan semuanya darimana.

"Kenapa lo-"

Semua Karena CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang