tujuh

374 29 0
                                    

'Kesalah pahaman-lah yang membuat semuanya menjadi berantakan. Namun, kasalah pahaman juga lah yang membuat kita tahu jika semua itu memiliki arti dan tujuan.'

***

"Benturan di kepala Sisi cukup keras membuat kepala dalam Sisi mengalami pendarahan. Saat ini Sisi koma yang tidak dapat di pastikan akan sadar kapan." Jelas Dokter Farid yang sukses membuat nafas Prilly dan Digo tercekat.

"Apa? Koma? Tapi bisa sadar kan, Dok? Bisa pulih kan?" Tanya Prilly histeris.

Dengan sigap Digo merengkuh Prilly ke dalam pelukannya. Digo tahu bagaimana perasaan Prilly saat ini.

"Tenang dulu, ya?" Gumam Digo pelan. Tangannya terus mengelus lembut punggung Prilly.

"Kita berdoa saja pada Tuhan agar memberikan yang terbaik untuk Sisi." Ujar Dokter Farid.

"Yasudah, terima kasih, Dok. kalau begitu kita permisi." Pamit Digo lalu melenggang pergi bersama Prilly meninggalkan Dokter Farid yang hanya tersenyum kecil menatap keduanya.

***

"Si, gue jalan bentar ya. Ntar gue ke sini lagi, ko. Gue sayang lo! Cepet bangun!" Pamit Prilly pada Sisi yang masih setia berbaring di ranjang rumah sakit dengan mata yang masih terpejam indah.

Prilly mengecup singkat kening Sisi sebelum akhirnya menghilang di balik pintu.

Prilly memang sudah 2 minggu berada di sini, menemani Sisi yang masih terbaring lemah tak sadarkan diri di atas ranjang rumah sakit. Prilly hanya pulang saat ingin berganti baju atau mandi. Selebihnya, ia habiskan waktunya disini.

***

Disinilah Digo dan Prilly, di taman yang berada tak jauh dari UI, kampus yang paling tersohor di negara Indonesia.

Digo mengeluarkan kotak berukuran sedang berwarna hitam polos dari tas yang ia kenakan saat ini lalu menyerahkannya pada Prilly. Prilly mentap kotak itu dan Digo bergantian dengan pandangan bingung. Sampai suara Digo menginstuksi Prilly agar membuka dan membaca isi kotak itu.

Tangan Prilly terulur untuk membuka penutup kotak itu lalu mengambil 8 lembar kertas origami hati dengan warna yang berbeda-beda. Disana, di bagian putih kertas origami hati itu terdapat rangkaian kata yang di tulis rapih dengan tulisan tangan. Prilly tahu itu tulisan siapa. Itu, tulisan Ali. Prilly membaca kata demi kata yang Ali rangkai untuknya dalam diamnya.

Bukan bermaksud untuk menyakiti. Tapi, aku hanya ingin mencoba mempertahankan semua yang sudah baik.

Aku tidak ingin hubungan ini hancur karena aku.

Bukan bermaksud menutupi segala kebenaran yang ada. Namun, aku hanya tak ingin kau terluka.

Andai kau tahu, aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu.

Ingin rasanya selalu ada disampingmu. Membuat tawa dan senyum mu selalu terukir karena aku.

Terima kasih untuk kuatmu yang selalu menyemangatiku.

Aku cinta padamu seperti pantai yang tidak akan pernah meninggalkan laut.

Hatiku hanya untukmu Ansisilia Prilly Andipta. Hati yang tidak sempurna namun menjadi begitu luar biasa karenamu. I love you Prilly-ku.
-Aliandsyah Asyarief.

Air mata Prilly jatuh begitu saja tak tertahankan. Jadi, selama ini Ali mencintainya? Sangat mencintainya? Oh, god! Prilly sangat menyesal sudah membenci orang yang benar-benar mencintainya. Tapi, tunggu. Mengapa Digo yang memberikan ini untuknya? Mengapa bukan Ali? Memang Ali kemana? Masih di rumah sakit? Memang Ali sakit apa?

Semua Karena CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang