Nathan

141 7 0
                                        

Cecily prov

Melihat John dan Hayden kelahi, membuatku jadi kesal, akupun berjalan tak tentu arah meninggalkan mereka. Lalu mataku menangkap sosok seseorang yang kini menatapku dengan tatapan elangnya yang sangat tajam. Dia berjalan menghampiriku. Aku ingin lari. Itulah yang dipikiranku. Tapi mataku seakan tidak ingin lepas dari mata elangnya.

Jarak antara aku dan laki-laki itu makin pendek membuatku akhirnya sadar. Aku berjalan mundur kemudian berlari. Aku berlari layak dikejar setan. Berlari tak tentu arah. Aku tak tahu apa yang terjadi padaku.
Ini pertama kalinya aku merasakan hal seperti ini. Aku lelah. Itulah yang kurasakan pada kakiku. Aku melihat kebelakang dan sekitarnya. Aku sendirian, disini sepi sekali. Aku juga gak tahu ini ada dimana. Akupun memutuskan untuk duduk bersandari di dinding.

Menundukan kepala dan memutar ulang kejadian yang tadi. Kenapa aku lari? Kenapa aku merasa kawatir?... dan... takut? Apa yang kutakuti?... Diasaat aku membayangkan laki-laki tadi, aku sepertinya sudah mendapatkan jawaban.

"Matanya...." Ujarku tanpa sadar.

"Mata siapa?"

"Mata laki-laki itu memang tajam."

"Hooo..."

"Tapi yang mendukung itu semua adalah wajahnya."

"Kenapa?"

"Entalah..." Tunggu aku... bicara sama batin kan? atau aku bicara sendiri? tapi seingatku aku gak ada tanya? aku cuma jawab... Akupun memutuskan mengangkat kepalaku.

"Kenapa anda disini? Anda mengejar saya? Kenapa?" Dapatkan kusadari kalau wajahku menunjukan kalau aku sedang panik menatap laki-laki yang tadi mengejarku, sekarang telah berdiri didepanku. Tatapan tajamnya masih lengket di matanya.

Laki-laki itu bukannya menjawab tapi malah mensejajarkan matanya dengan mataku.

"Apa yang kau lakukan?" Suara yang kubuat sedemikian tenang tapi entah mengapa gagal. Suaraku benar-benar menunjukan kalau aku lagi gugup.

"Kenapa kau kelihatan ketakukan seperti ini?" Suara laki-laki itu seperti panggilan dewa kematian bagiku. Membuatku makin gugup.

Aku tidak menjawab dan hanya menatapnya. Setidaknya aku masih mempunya keberanian untuk menatap matanya.

Tiba-tiba aku merasakan sebuah tangan di pipiku. Tangan yang cukup dingin.

"Jawab." Itu kedengaran seperti perintah bagiku.

"Entalah..." Entah apa yang membuatku seperti patung. Bahkan aku sekarang telah diangkatnya ala bridal style.

Aku dibawa masuk ke ruangan yang tidak kuketahui tapi ini seperti sebuah kamar.

Diapun membaring aku dikasur. Kemudian dia duduk disebelahku. Menatapku dengan tatapan aneh. Aku tidak dapat mengetahui maksud tatapannya.

"Kenapa menatapku seperti itu?" Tubuhku memilih untuk tetap berbaring.

"Apa yang akan kudapati darimu jika aku melakukan hal yang tidak pantas dipertemuan pertamaku?" Aku sangat tidak mngerti ucapannya.

"Mungkin aku akan melakukan hal buruk padamu."

"Aku penasaran dengan hal buruk itu." Dia menunjukkan seringai liciknya. Entah mengapa tapi itu sangat cocok dimuka tampannya.

"Ini dimana? Kenapa kau membawaku kesini? Anda siapa? Kita tidak pernah bertemu sebelumnya."

"Satu-satu, darl..." Dia terkekeh.

"Aku bukan darlmu. Aku sudah mempunyai pasangan hidup." Dapat kulihat perubahan wajahnya. Kekehannyapun sudah menghilang. Dapat dilihat dari wajahnya kalau dia menahan emosinya tapi apa yang membuat dia marah?

"Sayang.... sayang sekali.... Padahal aku baru saja menemukan seseroang yang dapat menari perhatianku sejak 14 tahun lalu...." Dia membelai pipiku dengan lembut.

"Kalau yang kau maksud adalah aku, maka kau harus menghilangkan rasa itu."

"Kalau begitu bantulah aku."

"Bagaimana aku bisa membantumu kalau aku tidak tahu apa yang membuatmu tertarik padaku."

"Entalah, aku juga tidak tahu..."

"Dasar om-om gila!" Akupun berjalan keluar dari ruangan itu. Dia hanya terkekeh dan yidak mengejarku.

Aku tersesat tapi aku berhasil menemukan John. Aku tidak melihat Hayden.

Tiba-tiba aku merasakan sebuah pelukan hangat.

"Jangan menghilang dari hadapanku... Kumohon..." Suaranya terdengar begitu sedih.

"Maaf, aku hanya sekedar melihat-lihat..." Aku membalas pelukannya.

"Christy, aku... aku sepertinya sudah mulai mencintaimu."

"John...." Iya pria yang sekarang sedang memelukku adalah John, suamiku. Suami...aku seperti lagi bermimpi. Ingatan tentang semua kejadian-kejadian disaat aku hanya iseng dan sekarang menjadi seperti ini kembali berputar dikepalaku.

"Aku... Aku juga... Aku juga mencintaimu, John, Suamiku..." Entah apa yang kupikir sehingga aku membelai kedua pipinya dan mulai mendekatkan wajahku. Perlahan dan bibirku bersentuhan dengan bibirnya. Melumatnya dan menggigit kecil. John membalasnya. Hatiku berdebar dengan sangat kencang. Tangannya sudah berada di pinggangku. Senang, bahagia, itulah yang kurasakan sekarang.

Di lain tempat...

"Maaf, tapi aku tidak akan menyerah.Perasaan kalian belum begitu dalam. Padahal aku yang pertama kali menemukanmu tapi kenapa mesti dia?!" Cowok itupun memukul tembok disebelahnya dengan sangat kuat.

"Kufufufu.... musuhku ada dua huh?"

Bad Girl Is Present!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang