A New House

251 10 0
                                    

★☆
Itulah baju yang dipakai Oleh Johnson (gambar yang disebelah kiri) dan Christy (gambar disebelah kanan) saat pindah kerumah baru.

"Pa, Ma, kami berangkat dulu." Ucapku barengan dengan Christy.

Inilah hari dimana kami memulai rumah tangga kami di rumah baru.

"Disana sudah papa sediakan 3 satpam, 2 tukan kebun dan 5 pengurus rumah. Mama bilang kalian tidak perlu supir, jadi Papa tidak menyediakannya." Ucap Papa. Tiba-tiba Christy memegang tanganku.

"Tidak apa, Pa. Aku bisa mengatar Christy." Ucapku sambil menggenggm tangannya. Aku mengerti tandanya.

"Itu memang tanggung jawabmu!" Ucap mama.

"Iya, Mama." Aku menjawab mama sambil terkekeh. Christypun ikut tertawa kecil.

"Hati-hati dijalan." Ucap Papa dan Mama barengan.

"Iya!" Balasku barengan dengan Christy.

Kamipun berangkat menuju rumah baru kami. Sesampainya, kami berkeliling dulu sampai mengamati setiap detail rumah yang akan kami tempati mulai saat ini.

"Jujur saja, walaupun aku beli tapi aku tidak pernah melihat isi dalam rumah ini." Ucapku tiba-tiba.

"Kalau begitu buat apa kamu membeli rumah ini?" Tanyanya sambil menatapku heran.

"Aku membeli rumah ini hanya karena mama menyuruhku membelinya. Kat sih buat entar kalau aku sudah menikah."
"Ooo, aku mau jalan-jalan disekitar lingkungan rumah kita." 'rumah kita'. Kata itu, entah mengapa aku merasakan sebuah kebahagian didalam kata itu.

"Aku ikut." Ucapku yang lalu menggandeng tangannya dan diapun tidak menolak. Aku seperti orang bodoh saja. Bahagia karena hal-hal kecil. Padahal menggandeng tangankan hal yang biasa.

'Lihat mereka serasi ya!'

'Ceweknya cantik, cowoknya ganteng!'

'Ceweknya kelihatan muda tapi karena tinggi mereka yang cukup menyimbangi jadi mereka kelihatan serasi.'

'Aduh aku iri lihatnya...'

Aku senang sekali ada yang bilang kami serasi. Aku sedikit kawatir karena akan disangka pedofil.

"Berisik" Ucap Christy membuatku sadar dari lamunanku.

"Kamu tidak suka ada yang bilang kita serasi?" Tanyaku sambil menatapnya. Ada terbesirnya kekecewaan dimukaku.

"Aku cuma gak suka dipuji. Entah mengapa. Aku benar-benar gak suka dipuji." Dia menatapku dengan raut sedih.

"Oh..." Pasti ini karena masalahnya tentang akting menjadi orang yang sempura. Memang sayang, kamu berhak mendapat pujian bahkan mungkin pujian itu gak akan parnah berakhir mengingat kesempurnaanmu yang begitu banyak dalam bidang apapun. Tapi ada satu kelemahan yang aku sadaribabrapa satu ini. Kamu sa-

"Aku lapar. Kita makan diluar atau makan dirumah?" Tanya tiba-tiba.

"Makan diluar saja." Jawabku.

"Ya sudah."

Kamipun berjalan kesalah satu restauran dan memesan makanan. Kehadiran kami memang cukup menarik hampir semua mahluk disana. Saat aku menatap Christy, aku melihat dia memandang ke suatu tempat. Lalu aku mengikuti arah pandangnya, ternyata dia melihat seorang cowok yang tidak asing sedang makan besar bersama beberapa orang yang bisa dibilang keluarga besarnya kali?

"Kamu takut ketahuan?" Tanyaku yang membuat dia langsung menatapku heran dan aku menunjuk cowok familiar itu. Ya aku sekarang ingat, cowok itu adalah partner Christy di lomba Golden Apple.

Bad Girl Is Present!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang