Marriage

325 12 0
                                        

☆★
Pakaikan pengantin dan cincin nikah Irene dan Johnson.

Ini memang gawat! Tinggal pilih ketahuan oleh orang lain atau oleh orang tua sendiri. Dua-duanya memiliki hasil yang sama. Lebih baik aku hubungi orang tuaku entar dirumah. Hubungi sekarang hanya akan ketahun dimana aku berada.

Akupun langsung pulang kerumahku yang sebenarnya bukan apartemen. Aku tak peduli kalau aku bolos setengah dihari pertamaku sekolah. Sesampai dirumah aku langsung kekamar. Tidak memperdulikan para pelayanku yang memanggilku.

'Hallo?'

'Hallo, Mum?'

'Yes baby?'

'Mum, are you with dad?'

'No. Dad is meeting now.'

'Oh... Are you with dad go to the Golden Apple Party?'

'No baby. We have our business in Itay to manage. There're some problem.'

'Oh... I just want to ask that because you must be ask me to go with you two.'

'Oh... then how your school? Something interesting?'

'No. Bye Mum.'

'Bye baby.'

Singkatkan? Begitulah komunikasi kami tiap kali ketemu. To the point and over. Kami tidak pernah ngobrol sampai 30 menit seumur hidup. Rekor paling lama hanya 18 menit lewat telepon atau tatap langsung.

Aku langsung memutuskan untuk menghibur diri dengan jalan-jalan. Aku malas untuk balik kesekolah. Sungguh.

Saat aku sedang membeli beberapa barang, aku melihat Si Johnson itu. Di lengan kirinya sedang bergelaut manja seorang cewek. Cewek menor dan pakaian super ketatnya. Cewek itupun menjadi tatapan nafsu para cowok disekitarnya. Entah mengapa muncul ide jahil diotakku anggap saja sebagai balas dendamku.

Akupun menghampiri Si Johnson itu dan menamparnya cukup kuat membuat cewek yang bergelaut ditangan kiri Johnson lepas serta sedikit darah keluar dari tepi bibirnya.

"John, jadi ini alasanmu setelah membuatku tidak bersih lagi?" Ucapku tenang tapi ada sedikit nada marah (aku tidak tahu mengapa tapi aktingku cukup bagus).

"Siapa anda?! Beraninya menampar tunangan saya!" Cewek cabe itu sepertinya marah.

'Tunangan? Jackpot!' Si Johnson itupun masih tidak bergeming.

"Tunangan? Jadi ini alasanmu menolak untuk menikahiku?!" Bentakku terhadap Si Johnson.

"Tentu saja! Aku lebih pantas dengannya dibandingmu! Samamu hanya seperti pencinta anak-anak saja." Aku benci muka angkuhnya. Dasar nenek lampir!

"Kau tidak tahu apa-apa! Ini! Benih ini sudah tumbuh!" Ucapku sambil menunjuk perutku yang rata dengan meneteskan air mata (buaya).

"K-kau h-h-hamil..." Hahaha.... Si cabe ini..... mukanya horor banget...

"Kau pikir aku bercanda! Umurku baru 15 belas belum 16! Bulan November nanti baru ulang tahun! Aku bahkan harus berhenti sekolah gara-gara benih ini! Aku tidak sangggup untuk membunuhnya karena kesalahan ibunya sendiri..." Aku manatap iba perutku (aku lapar... karena belum makan.... keaksikkan belanja sih... ah! untung belanjaku gak kubawa denganku tapi sama supirku yang sekarang sedang menunggu dimobil kalau gak...aktingku bakal gagal total).

"B-b-brengsek!" tampar Si cabe di pipi kanan Johnson dan meninggalkan kami.

Setelah cukup lama dan aku sudah tidak melihat si cabe itu, aku mulai menghapus bekas air mata (buaya) ku.

Bad Girl Is Present!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang