Irene memijit keningnya sendiri karena ia masih merasakan begitu berat pada kepalanya. Samar-samar ia bisa melihat jika Luhan saat ini berada di sampingnya, sedang berada di belakang kursi kemudi mobilnya lebih tepatnya. Tunggu dulu...Jadi saat ini ia sedang berada di dalam sebuah mobil? Hanya berdua dengan Luhan?
"Oppa kita mau kemana?" Tanyanya dengan suara yang masih lemah.
"Kau sudah bangun?" Tanya Luhan kalem sambil masih berkonsentrasi melihat jalanan yang ada di depannya.
"Kau belum menjawab pertanyaanku."
"Kita akan ke Incheon, bandara Incheon lebih tepatnya."
"Apa kau bilang?" Seketika Irene terkejut. Seolah kesadarannya baru saja kembali sepenuhnya dan ia mulai mengingat apa yang terjadi kemarin.
Irene jelas mulai panik, apalagi saat menyadari kini baju yang ia kenakan sudah berbeda dengan yang terahir ia pakai. Dengan panik ia mulai meraba-raba dirinya sendiri. Irene merasa aneh dengan apa yang terjadi, terutama ia seolah tak mengingat apapun dari kemarin. Ini pasti pengaruh obat bius yang Luhan berikan padanya.
Luhan yang melirik Irene sekilas malah tersenyum kecil, ia tau jika Irene jelas sedang merasa panik dan aneh saat ini. "Kau tak perlu seterkejut dan panik seperti itu Joohyun-ah, Dasom yang mengganti bajumu; aku meminta bantuannya semalam."
"Oppa jebal, kau tak akan bertindak senekat ini kan? Ku mohon aku ingin pulang." Irene seolah frustasi dengan tindakan Luhan saat ini. Luhan yang saat ini berada di samping bukanlah Luhan yang biasa ia kenal.
Luhan yang saat ini berada disampingnya seolah adalah namja yang berbeda dengan namja yang selalu ada dan mau mendengarkan semua keluh kesah Irene.
"Wae? Kau begitu ingin berada disisi Baekhyun huh?"
"Oppa aku tau ini bukan dirimu yang sebenarnya, jebal... sadarlah eoh. Kita bisa terus bersama setiap saat kapanpun kau mau."
"Bersama setiap saat seperti apa yang kau maksud? Teman? Teman? Kau percaya jika aku puas hanya dengan berteman denganmu Bae Joohyun?; Kau benar-benar lugu."
Irene menatap Luhan dengan air mata yang sudah mengembung dipelupuk matanya, ia begitu kecewa dengan sikap Luhan, dengan sikap namja yang selama ini sudah ia anggap seperti Oppa nya sendiri itu "Kau benar-benar berubah."
"Ani... inilah aku yang sebenarnya. Tak tahukah kau jika selama ini aku begitu bersabar untuk menunggumu mau berpaling ke arahku? Tak tahukah kau Bae Joohyun jika ada hati lain yang tersakiti setiap kau bercerita tentang cintamu yang tidak tersampaikan pada Baekhyun?
Dan kau menganggap jika aku berubah? Ani.... bukan diriku yang berubah. Tapi ini mungkin adalah saatnya, saat dimana aku memperjuangkan cintaku sendiri diatas kepentingan cinta orang lain. Disaat aku sadar jika aku akan kehilanganmu untuk selamanya."
Irene semakin menatap nanar ke arah Luhan setelah ia mendengarkan penjelasan yang keluar dari mulut laki-laki itu. Jadi inikah yang sesungguhnya? Ia begitu bodoh jika menganggap Luhan benar-benar mau bersabar untuknya, selalu menemaninya, membantunya selama ini hanya untuk atas nama sebuah 'pertemanan'. Jika ia saja bisa menyukai Baekhyun, mengapa tidak untuk Luhan?
Namja itu memang tak pernah menyatakan secara gamblang perasaannya pada Irene, namun ia tau pasti jika Luhan menyimpan rasa untuknya. Dan dengan egoisnya lagi-lagi Irene seolah menutup mata dan telinganya dengan semua itu, berharap jika kelak Luhan sadar jika dirinya hanya menganggap Luhan layaknya seorang dongsaeng pada Oppa nya, tidak lebih.
![](https://img.wattpad.com/cover/49710051-288-k310557.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bride Exchange [EXO Baekhyun and Red Velvet Irene Fanfiction]
FanfictionMenikah dengan Byun Baekhyun seharusnya membuat Bae Joohyun bahagia. bagaimanapun juga Joohyun telah menyukai sahabatnya itu sejak usia nya masih 8 tahun. tapi pada kenyataannya Joohyun tak sebahagia itu, karena dirinya hanyalah "Pengantin Pengganti...