Irene termenung didalam kamarnya, memikirkan apakah yang ia lakukan tadi siang keterlaluan dengan tiba-tiba meninggalkan mereka berdua begitu saja? Irene rasa tidak. Siapa yang akan tahan hanya menjadi "obat nyamuk" diantara mereka berdua? Irene rasa itu juga tidak berpengaruh pada mereka berdua. Malah mungkin mereka senang karena Irene akhirnya sadar diri dan meninggalkan mereka. Entahlah.... yang jelas saat ini Irene diliputi rasa cemburu dan juga gelisah.
Irene merasa ada benda-benda kecil yang menghantam jendela kaca kamarnya. Lama kelaman frekuensi benda-benda asing itu untuk membentur jendela kacanya semakin cepat.
Irene hanya berdecak sebal. Ia tau pasti ada seseorang yang dengan sengaja melakukannya dan Irene tau siapa pelakunya.
Irene hanya malas untuk bertemu dengan orang itu saat ini, tidak dengan pikiran yang sedang kacau dan diliputi rasa cemburu saat ini.Bagaimana jika ia saat ini berpura-pura sudah tidur saja? Ya Irene rasa itu bukan ide yang buruk.
Tak lama setelah itu Kakaotalk milik Irene berbunyi menandakan ada pesan masuk. Tanpa repot untuk membuka applikasi tersebut, Irene sudah bisa membaca isi pesan dari kakaotalk itu melalui Pop-up notifikasi ponselnya.
Aku tau kau belum tidur, karena lampu kamarmu belum mati.
Irene memutar bola matanya, oh harusnya ia tahu bahwa sahabatnya itu bukanlah orang bodoh. Jika ingin total dalam berbohong, ia harusnya sudah mematikan lampu kamarnya dari tadi.
Beberapa detik kemudian ponselnya kembali berbunyi.
TEMUI AKU SEKARANG BAE IRENE!!!
Irene mengetik balasan untuk pesan yang dikirim Baekhyun.
Kenapa kau tak lempari saja jendelanya dengan batu supaya mereka pecah dan kau bisa masuk dengan leluasa.
[Send]
Kerikil-kerikil itu tak akan berpengaruh apapun.
[Send]
Dok dok dok dok
Suara gedoran jendela kamar Irene terdengar lumayan keras. Mau tak mau Irene segera berlari untuk membuka jendela kamarnya. Ketika ia sudah siap-siap untuk berteriak mengomeli kelakuan Baekhyun, namja itu dengan sigap membungkam mulut Irene dengan tangannya dan menggunakan tangannya yang lain untuk meraih pinggang Irene, mendorong mereka berdua masuk ke dalam kamar.
Setelah mereka berdua berada didalam kamar Irene, barulah Baekhyun melepaskan tangannya.
"Ya! Apa kau mau membuat seisi rumah bangun dengan kelakuanmu dimalam hari seperti ini?" Irene mulai bersungut sungut.
"Kau juga bisa membangunkan mereka dengan teriakanmu jika aku tak membungkam mulutmu tadi."
"Lalu apa mau mu sekarang?" Irene sudah menyilangkan kedua tangannya didepan dada, menatap Baekhyun dengan sebal.
Baekhyun mengerutkan kedua alisnya bingung dengan sikap Irene.
"Bisa kau jelaskan padaku apa yang salah dengan tiba-tiba menghilang tadi siang? Kau bahkan tak mengangkat telponku ataupun Taeyeon."
"Huh kau masih mengkhawatirkan ku ternyata." Irene tersenyum sinis.
Baekhyun memegang dagu Irene, membiarkan mata mereka bertemu dan saling menatap.
"Jelas aku mengkhawatirkan mu Bae Irene. Kau tak tahu betapa paniknya aku tadi huh?" Tatapan Baekhyun berubah menjadi sendu.
Selama ini ia tak pernah melihat Irene seberontak sekarang. Tidak dengan saat ini. Irene yang ia tahu adalah gadis yang penurut dan selalu tertawa riang meskipun ia sering merengek manja ataupun terlihat sebal dengan tingkah Baekhyun, tapi Baekhyun tau itu semua bukan hal yang serius.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Bride Exchange [EXO Baekhyun and Red Velvet Irene Fanfiction]
FanficMenikah dengan Byun Baekhyun seharusnya membuat Bae Joohyun bahagia. bagaimanapun juga Joohyun telah menyukai sahabatnya itu sejak usia nya masih 8 tahun. tapi pada kenyataannya Joohyun tak sebahagia itu, karena dirinya hanyalah "Pengantin Pengganti...