Chapter 06 - Rumah Sakit

204 51 5
                                    

Natasha Reira Willona

Entah ini takdir atau kebetulan, gue sekarang lagi duduk di cafe bersama dengan seorang cowok bad boy yang tadi bilang sayang beneran sama gue, dan seorang cewek yang siang tadi ngomong kalo Daniel itu mempermainkan gue.

Ya, tadi itu Kirana. Dia mau ke toko buku tadinya. Tapi karena udah ngeliat gue sama Daniel, jadi dia pura-pura nggak liat dan nabrak Daniel. Pinter drama banget emang dia. Gedenya jadi bintang sinetron kali ya?

"So, ada kabar apa dari kalian berdua?" Tanya Kirana sambil natap sinis ke gue. Bener-bener emang nih orang satu.

"Nggak ada apa-apa, Na. Udah ah, gue mau balik. Capek, sumpah," kata gue memelas. Please, gue males banget bahas apapun tentang si Daniel.

"Yakin?"

"Iya, Sha. Kita cuma meluruskan beberapa hal yang janggal. Biar nggak ada canggung atau perasaan nggak enak," si Daniel mah, ya, bener-bener. Kalo gitu sih Kirana makin pengen tau.

Oh, ya, fyi, Daniel manggil Kirana kadang Arsha. Soalnya, kata Kirana, keluarga dia suka aja sama nama Arsha.

"Hal yang janggal? Apaan tuh?" Tanya Kirana semangat. Tuh, kan. Nggak kelar-kelar ini mah.

"Jadi, kan tadi siang itu--"

"Udah, ih! Gue mau balik!" Potong gue. Abis gue udah kesel-kesel gini masih aja pada bahas hal itu.

Gue jalan ninggalin mereka berdua. Tau dah, kesel banget gue. Udah tau kalo lagi PMS gue emosinya nggak nanggung-nanggung. Ini lagi ya, orang berdua ngeselinnya minta ampun. Nggak tau apa, gue udah nahan dari tadi buat nggak ngamuk.

"Nata, tunggu!" Pengen lempar sepatu rasanya sama yang punya teriakan itu.

"Bodo amat!" Teriak gue sambil jalan ke jalan raya.

"Nat, gue anter!" Teriak dia lagi. Dan kali ini, dia berhasil nahan tangan gue.

"Nat, please, gue anter ya?" Kata dia make suara selembut mungkin. Cih, udah berapa cewek yang lo gituin, Dan?

"Nggak usah," tolak gue sambil nyoba buat ngelepasin tangan dia yang mencengkram tangan gue. Awas aja kalo sampe merah, gue sayat-sayat si Daniel. Serius, nggak bercanda.

"Nat, ayolah, itu cuma masalah sepele. Lo kenapa sih? PMS nggak gitu juga kali. Sensitif banget," asdfghjkl. Nih orang bener-bener ya. Ngerasain PMS aja engga, pake sok-sokan ngasih tau gue.

Gue masang tampang paling marah yang gue punya, dan mencoba sekuat tenaga buat ngelepasin cengkraman tangannya, "Elo bukan gue! Jangan sok-sokan jadi orang yang paling tau tentang gue, karena elo, nggak tau apa-apa!" Abis cengkraman tangannya lepas, gue kabur dari dia ke pinggir jalan.

Nggak tau takdir atau emang apes, mobil dari depan gue melaju dengan kencang kearah gue. Dan yang gue tau, Daniel teriakin gue, dan ada seseorang yang meluk gue. Lalu, semua gelap dan gue merasa terbang.

***

Pas gue bangun, yang pertama kali kecium adalah bau obat-obatan. So pasti, sekarang gue ada di rumah sakit dong ya?

Gue mencoba untuk bangun, sampe ada sebuah tangan yang nahan gue, sambil berbisik, "Lo belum sembuh. Jangan maksain buat bangun. Gue bakal selalu ada di samping lo."

Daniel.

Gue balik tiduran lagi. Badan sih boleh berkata pegel tidur mulu, tapi kepala gue nyut-nyutan pas nyoba duduk! Pengen pecah rasanya.

Gue nengok kearah Daniel yang ada disebelah kiri gue. Lah? Dia nggak kenapa-napa? Nggak ada lecet pula. Jadi yang nolong gue tadi siapa? Apa gue cuman halusinasi? Ah, pelukannya nyata kok! Tapi siapa ya? Masa malaikat? Atau setan? Kok horor gini jadinya?

Gue pengen nanya sebenernya, tapi tenggorokan sakit. Mau minta tolong, tapi gengsi gue tinggi. Gue harus apa dong?!

"NATA!" Teriak Kirana dari depan pintu. Malu-maluin emang.

"Sha, ini rumah sakit, dan lo teriak kayak ada apaan tau,"

"Kan biar kayak di sinetron-sinetron gitu, Dan," anjirlah si Kirana.

"Ah, lo aja yang lebay. Kasian Nata, dia sakit lo berisik,"

"Nata-nya aja biasa. Kok lo yang sewot?"

"Lah, orang lo nya yang nggak tau malu. Teriak-teriak nggak jelas kayak orang setengah waras," oke, ini mesti distop karna pasti bakalan lama kalo mereka yang debat.

"Eh, gue sih masih waras. Lo aja yang gila,"

"Daniel, Kiran," kata gue dengan suara yang mirip kayak tikus kejepit. Mana tenggorokan gue sakit lagi.

"Eh, sorry ya, gue yang waras. Lo yang gila," nggak didengerin, oke.

"Lo yang gila. Segala sewot ke gue, padahal Nata nggak apa-apa," hah. Nggak apa-apa dari Hongkong?

"Daniel, Kiran," kata gue lagi tapi suaranya membaik dikit. Iya, dikit.

"Siapa suruh lo dramatis kayak gitu. Ya jelas aja gue bilang gila. Mangkanya kalo punya otak dipake dong," ebuset. Masih kacang goreng juga gue.

"Otak gue sih dipake. Otak elo aja tuh yang cuma dijadiin pajangan," tarik nafas. Buang. Tarik nafas. Buang.

"Kata siapa otak gue pajangan? Buktinya gue--"

"DANIEL! KIRAN!" Hah. Teriak juga kan gue.

"Hah?" Hah. Hah. Dia kata gue apaan kali.

"Cukup ributnya ya? Gue pusing," kata gue dengan wajah semelas mungkin, "Dan, mending lo balik aja. Gue sama Kirana,"

"Get well really soon, Nat," kata Daniel sambil senyum dan dibales senyum lagi sama gue. Abis gitu dia pamit ke Kirana, dan keluar dari ruang rawat gue. Hah, tenang.

Oh ya, fyi, Daniel sama Kirana kalo ribut cepet. Tapi baikannya juga cepet. Faktor sodaraan kali ya?

"Lo mau minum ya?" Tanya si Kirana. Ya iyalah, siapa lagi coba kalo bukan dia di ruangan ini.

Gue cuman ngangguk aja. Males ngomong. Tenggorokan gue makin sakit gara-gara teriak barusan.

Kirana ngambilin gue minum sekaligus sama sedotannya. Dia baik banget emang. Best friend goals Kirana mah bagi gue. Coba kalo cuma temen, nggak mungkin kan mau nemenin gue malem-malem kayak gini? Bela-belain nginep lagi.

"Lo lagi mikirin kebaekan gue ya?" Tanya Kirana sambil naek-turunin alisnya.

"Nggak,"

"Daniel kayaknya mulai tulus ya?"

"Nggak," padahal mah hati gue iyain kata-kata si Kirana. Tapi karena gue udah mulai males dan ngantuk, yaudahlah.

"Eh, lo mau tau nggak siapa yang meluk lo tadi? Ih beneran ya, so sweet banget tau nggak. Envy gue, Nat," satu hal yang identik sama Kirana, dia lebay. Sumpah dah.

"Siapa?"

"Tadi gue tanyain balesnya ogah-ogahan. Sekarang aja. Eh, tapi, kalo gue kasih tau, lo nanti mimpi indah pasti," sa ae nih anak.

"Siapa emang? Gue udah ngantuk nih,"

"Rafka Ferdinan," kata dia yang bikin gue melotot seketika.

"WHAT THE ..?!"

Nggak jadi ngantuk ini mah.

Batal gue tidur.

●●●●●

HAAAAI
Ini chapter 6 syalalalallala~~~
Gue tau kok ini chapter pendek bgt.. gaje lagi.. soalnya gue bikin pas mood lagi ancur :(

Mulmed : Natasha

Voments gaiz!

-qpxiexd-

The Melody In You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang