Seperti biasanya, di hari Senin seperti ini, siswa-siswi tampak malas. Begitu pula dengan Yoona. Di sebelah Yoona, seorang pria mengenakan topi hitam dan masker dan tentunya mengenakan seragam sekolah, yang ia yakini seorang Park Chanyeol. Tampak sungguh muram hari ini. Tidak seperti biasanya. Orang di sebelahnya ini tidak seriang sebelumnya. Ada apa? Itulah yang ada di benak Yoona kali ini.
Yoona khawatir sebenarnya. Tapi dengan ditinggalkannya di CoffeeShop Jum'at kemarin tanpa alasan , membuatnya malas berinteraksi dengan orang yang pernah menabraknya di padang rumput dulu.
Bahkan sepanjang sekolah. Mereka tak pernah berbicara satu sama lain. Itulah yang terjadi selama dua minggu ini. Setelah Chanyeol dan Yoona bersama-sama di CoffeeShop, mereka tak pernah berinteraksi. Bahkan sepertinya pria itu tak pernah berbicara kepada siapapun.
Baiklah, bukankah itu bagus? Chanyeol aman. Ia tak dekat dengan siapapun dan itu pasti membuat Krystal merasa puas.
Akhirnya, setelah tiga minggu, mereka mulai kembali akrab. Walaupun Chanyeol masih mengenakan masker dan topinya. Sebelumnya, Yoona merasa curiga, tetapi ketika pria itu berbicara padanya. Yang dapat ia dengar, suara itu sama dengan Chanyeol. Tak ada yang harus dihindari lagi.
Yoona lama-kelamaan melupakan peringatan Krystal, dan dengan Krystal, ia masih terus memata-matai Yoona. Yang jelas, apapun yang akan terjadi, Krystal yang mengetahuinya. Kenapa? Karena ia yang akan menjadi dalangnya.
Chanyeol dan Yoona mengadakan janji pertemuan di taman dekat sekolah. Chanyeol bilang ada sesuatu yang ingin ia bicarakan. Dan Krystal mengetahuinya. Karena penuh emosi, Krystal langsung menyuruh orang ke sana, tentu saja untuk membunuh Chanyeol. Yang disuruhnya merupakan pembunuh professional. Jika orang dibunuhnya. Bagai sebuah kisah orang yang diangkat kelangit. Tak aka nada bukti yang tersisa. Sedikitpun.
.
.
.
-Di taman-
Pria jangkung bermasker itu menghampiri gadis yang tengah duduk di salah satu kursi kayu taman. Gadis itu tampak sangat cantik hari ini. Dengan bergegas lelaki itu menyapa gadis di depannya dan gadis itu menyapanya balik dengan senyum manisnya.
"Maaf membuatmu lama menunggu" lalu sang gadis di depannya yang bernama Im Yoona itu hanya mengangguk lalu tersenyum seperti biasanya.
Situasi mereka cukup canggung. Mungkin karena mereka sudah lama tidak berbicara satu sama lain.
"Kita langsung to the point aja ya, apa yang ingin kau bicarakan padaku?" pertanyaan yang dilontarkan Yoona sepertinya tidak masuk ke telinga Chanyeol. Buktinya, pria itu hanya diam memandangi langit.
"Kau ingin membicarakan apa?" ulang Yoona sekali lagi, tapi Chanyeol tetap tidak menanggapinya.
Di kejauhan, seorang pria mengenakan pakaian serba hitam sedang mengamati aktivitas mereka berdua. Tangannya dimasukkan kedalam saku jas hitam menambah kesangaran dalam penampilannya. Ia memang memakai jas, tapi wajahnya ditutupi masker dan ia juga memakai kacamata hitam sekaligus snapback hitam.
Sebuah kejahatan frontal dan kebencian berkilat dimatanya. Ia menyeringai puas seperti singa yang sudah mendapatkan zebra untuk menjadi targetnya.
"Chanyeol?" tanya Yoona sekali lagi. Dan kali ini, lamunan Chanyeol sudah buyar.
"Jangan terus-terusan melamun" ucap Yoona sambil tersenyum kikuk.
"Ah, aku ingin mengajakmu pergi ke Jinhae(taman bunga yang terkenal di Korea Selatan)"
"Jinjja?! Ohya, hanya satu jam dari sini.. tapi kita akan naik apa?" tanya Yoona penuh semangat.
"aku bawa motor"
"Bukankah umurmu tidak cukup untuk naik motor?"
"Tak apalah, kakakku yang meminjamkannya" dusta pria itu. Dan dengan bergegas ia menarik Yoona.
Chanyeol yang mengendarai motor itu. Yoona yang diboncengnya terus menampakkan senyum antusiasnya. "Kau senang?" jawaban dari Yoona hanya anggukkan.
Selang sepuluh menit, BRAKK!!
Dentuman keras menerpa keduanya. Sebuah tabrakan hebat terjadi, Yoona terpental ke trotoar dan untungnya gadis itu hanya terluka dan sedikit.
Tapi dengan pria yang memboncengnya, ia tak terpental. Logika tak didapatkan, pria itu tidak terpental. Tapi justru ikut meledak dengan motor dan mobil yang menabraknya.
Yoona merasa sangat terpukul. Ia berteriak memanggil nama 'Chanyeol' berkali-kali. Namun, tidak mendapat jawaban dari sang empu pemilik nama itu. Yoona jatuh ke tanah.
Meratapi nasibnya tanpa seorang Park Chanyeol. Bagaimana jika orang-orang menyalahkannya?
Dan pria berpakaian serba hitam yang tadi disebut, sedang menatap Yoona sambil menyunggingkan senyum bangga. Kini, ia dapat mengambil uang bayaran dari hasil kerjanya membunuh seorang namja, namja yang menjadi targetnya dan majikannya, keluarga Jung yang menyedihkan.
Yoona menangis tersedu-sedu, ia mengabaikan lukanya yang terus terkena kristal bening dari matanya.
Dan beberapa saat kemudian ambulan datang dan membawa Yoona ke rumah sakit.
Di rumah sakit, bayangan Yoona terus tertuju pada Chanyeol. Ia tak percaya. Bagaimana bisa percaya? Jika beberapa menit yang lalu ia masih mengobrol dengan Chanyeol dan kenyataannya sekarang pria itu telah pergi. Kau pasti takkan bisa mempercayai kepergiannya.
Ya ampun, bagaimana ini?
Dan akhirnya ia menyadari kalau itu adalah kesalahan dia sendiri.
Apakah ini salahku? Ini pasti salahku
Chanyeol mati pasti karena dibunuh oleh Krystal
Aku harus bagaimana? Aku yang salah.. apakah aku akan dipenjara?
Tidak! Aku tidak membunuhnya! Seseorang telah membunuhnya..
Apa mungkin Ia bukan dibunuh? Mungkin terbunuh.. bisa juga karena itu merupakan kecelakaan..
Begitulah batin Yoona, terus bertanya-tanya walaupun ia pasti takkan menerima jawaban.
Di TKP, mobil, motor, serta jasad-jasad, dengan ajaibnya telah menghilang.
Bagaimana bisa? Tak aka nada orang yang tahu kecuali saksi yang langsung melihatnya seperti Yoona.
Kini, para saksi-saksi, hanya akan menjadi saksi bisu karena semua bukti fisik telah lenyap. Dan penyebabnya hanya sang 'pembunuh' yang tahu.
.
.
.
Sudah dua bulan semenjak kematian Chanyeol, namun Yoona tetap heran mengapa taka da seorang pun yang menanyakan, khawatir atau penasaran atas ketidakadaan Park Chanyeold sekolah.
Mungkin karena setiap tidak masuk selalu ada pesan izin pada Wu seongsaenim yang lebih berkesan diada-adakan oleh orang tua Chanyeol.
Sungguh malang seorang Im Yoona. Sahabat terdekatnya pergi meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya saat sedang bersama dia. Yoona harus bagaimana? Ia tak tahu lagi.
Sekarang ini, Yoona tengah melamun menatap jendela luar dengan putus asa. Sedangkan di sebrangnya Krystal menatap belakang Yoona dengan puasnya akan melihat keterpurukkan gadis itu.
Kejam.
Melihat Yoona yang sepanjang jam pelajaran hanya terus melamun, Wu seongsaenim langsung menghampirinya.
"Kau sedang memikirkan apa Nona Im?" Wu seongsaenim menepuk bahu Yoona,
"Ah.. anu.. ti..tidak ada seongsaenim" Yoona langsung menundukkan kepalanya
"Benarkah? Baiklah" setelah mendengar jawaban itu, Wu seongsaenim kembali ke depan kelas dan melanjutkan kegiatannya, menerangkan pelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You?
Mystery / ThrillerYoona dan Chanyeol satu sekolah dan satu bangku saat SMA, mereka dalam waktu dekat langsung akrab karena semasa kecilnya, Yoona dan Chanyeol pernah secara tidak sengaja bertemu. selengkapnya ada di cerita ini ^^