Percikan angin Laut

1.1K 31 3
                                    

**

Seorang petugas kapal membantuku menemukan kamarku. Dengan sopan, diketuknya pintu sebelum membuka pintu kamar dengan Room card ku.

"Sudah ada yang menunggu, Ibu, silahkan."

mendadak kuhentikan langkahku di ambang pintu. Aku ragu untuk melangkah masuk.

Aku sadar dengan jelas aku tidak berlayar sendirian, bahwa aku tidak menempati sebuah Private room melainkan Separated room. Bahwa di kapal ini statusku bukanlah lajang melainkan "tunangan" seseorang.

Dan seseorang itu adalah sosok asing bagiku, yang bahkan sekedar namapun aku tak tahu. Dengan kesadaran penuh Aku telah menerima skenario rancangan Kenzo..

Tiba tiba aku melihat sosok itu didepanku... "......."

Aku masih tertegun dan gamang .

sosok itu berdiri di sisi jendela. Jangkung dengan rambut menyentuh bahu. kulihat sebuah ransel menggantung dipundaknya.

Ternyata meskipun sudah di kamar, dia juga belum berbenah. Apakah dia juga merasakan kegamangan yang sama ?

Aku menarik nafasku, mencoba mengumpulkan kekuatan, sengaja kubuat suara gaduh dengan hentakan sepatuku agar dia menyadari kehadiranku .. dan berhasil sosok itu berbalik dan menoleh padaku.

Sesaat mata kami bertemu. Aku kembali tertegun. Astaga, mata itu, bagai mata elang yang hendak turun ke bumi, tajam sekali. Aku merasa jengah dengan tatapan itu, aku mengerjap ngerjapkan mataku, menghindarkan diri.

Sosok itu lebih cepat menguasai keadaan. Begitu petugas kapal menghilang di balik pintu, segera diulurkan tangannya ke arahku .

"Namaku Hugo," katanya memperkenalkan diri

Aku menyambut salamnya itu dan menyebutkan namaku ".. Cherie".

Seperti opening credit title, pikirku mengomentari acara perkenalan ini. seperti sebelum memulai cerita, disebutkan dulu sederet nama, pelaku, penulis cerita, sutradara , produser......

"Aku sengaja tidak berbenah, menunggumu memilih tempat tidur lebih dulu" kata Hugo seolah menjelaskan mengapa ia masih menyandang ransel di bahunya.

"Terima kasih". aku berguman canggung.

Kuperhatikan sekeliling dan lalu aku menunjuk tempat tidur pilihanku. sengaja aku memilih posisi dipan yang tidak berdekatan dengan kamar mandi.

Hugo lalu meletakkan ranselnya pada dipan yang lain. Lalu hening.

Aroma kecanggungan bertebaran pada seluruh ruang kamar.. menguasai kami dan sangat terlihat jelas kalau kami sama sama kebingungan untuk menentukan sikap, Lebih kelihatan semacam salah tingkah.

Seasat kemudian terdengar helaan nafas panjang. Lalu...

"Bolehkah aku bertanya satu hal?" Hugo tampak berhati hati dengan kalimatnya

"Apa?" aku sedikit merasa harus waspada

"Apakah kau betul betul setuju dengan ide Kenzo ini? "

"Kau sendiri ?" aku berbalik bertanya . mungkin lebih untuk melindungi diriku sendiri dari pertanyaannya

"Aku tidak punya pilihan lain." Hugo mengangkat bahu.

"Utangku tidak sedikit, jadi waktu kenzo menawarkan ini sebagai alternatif pelunasan, pastilah kuterima apapun syaratnya."

"Jadi, apa lagi? lakukan saja yang diinginkan oleh kenzo." kataku menegaskan.

"Bagaimanaa denganmu ?"

Selir Hati !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang