Uang Tebusan?

163K 3.9K 98
                                    

Hari ini tepat satu tahun aku dan Joshua menjalin kasih, dan hari ini aku akan membuat kejutan yang istimewa untuknya. Bahagianya aku hari ini, senyum tak pudar dari bibirku. Sepanjang perjalanan menuju apartemen Joshua aku terus tersenyum sambil mendendangkan beberapa bait dari lagu kesukaanku.

Sesampainya diapartemen Joshua, aku langsung menekan digit-digit kombinasi pasword apartemen Joshua yang sudah amat sangat kuhafal. Pintu apartemen terbuka lebar menampilkan ruangan yang sepi. Kunyalakan lilin diatas kue tart yang kubuat sendiri semalam. Aku membuka pelan pintu kamar Joshua, aku yakin saat ini Joshua sedang berada diapartemen.

"ah. . Joe . .faster please" samar terdengar desahan suara perempuan dibalik kamar Joe dan disusul dengan suara desahan Joshua dan erangan dari keduanya yang membuat mataku terbelalak. Kubanting keras pintu kamar Joe hingga pintu terbuka lebar dengan sempurna. Mataku semakin membulat melihat pemandangan menjijikan didepan mataku. Joe dan seorang wanita yang tak kukenal bertubuh polos tanpa sehelai benang terengah-engah diatas tempat tidur seperti orang yang habis berlari menaiki tangga darurat apartemen saja.

"Joe" sapaku lembut membuatnya dan wanita tersebut terkesiap dan memandang kearahku. Joe dan wanita tersebut sama-sama memasang wajar datar tanpa ada tampang bersalah dari wajah keduanya. Mati-matian aku menahan agar air mataku tak jatuh didepan mereka berdua.dan memaksakan senyum yang tak sampei ke mata.

"dia siapa joe?" tanya wanita tadi sambil menutup tubuh mereka dengan selimut seolah takut aku melihat tubuh polos mereka. Memangnya siapa yang sudi memandang tubuh mereka? Bahkan tubuh wanita itu saja jika dibandingkan dengan tubuhku, jauh lebih bagus tubuhku dan tentunya tubuhkupun lebih menggoda.

"tukang bersih-bersih" jawab Joe acuh.

tanpa mau menunggu apa yang akan mereka lakukan selanjutnya, segera kutinggalkan apartemen Joe, ini terlalu sakit untukku. Kuhempaskan tubuhku dikursi taman yang tak jauh dari rumahku. Kutumpahkan tangisku, aku menangisi kesetiaanku, aku menangisi rasa cintaku, aku menangisi segala kebodohanku. Aku bukannya tak tau desas-desus yang menyebutkan bahwa Joshua tidak akan bertahan hanya dengan satu wanita. Tapi aku seolah menutup mata. Yang aku tau Joe adalah sempurna.

Kutolehkan kepalaku saat mendengar isak tangis di bangku sebelah. Seorang anak perempuan dengan seragam sekolah dasar menangis tersedu. Tangiskupun mereda

"hay adik manis, kenapa menangis?" tanyaku saat berjongkok didepannya sambil mengulurkan tanganku menghapus air matanya

"tante kenapa nangis?" tangisnyapun ikut reda dan menjulurkan tangannya ikut menghapus air mataku

"ada orang yang jahat sama tante, kalo kamu kenapa nangis?" tanyaku lagi sambil tanganku mengusap-usap rambut hitam tebalnya

"temen-temen Ai jahat sama Ai, mereka bilang Ai enggak punya mama, Ai bilang Ai punya mama disurga, tapi Ai diketawain" bocah itu menangis lagi dan tangisnya malah makin kenceng dari yang sebelumnya

"Ai sayang, jangan nangis lagi dong cantik" bujukku supaya dia diam

"kenapa sih Ai enggak punya mama?kanapa mama Ai pergi ninggalin Ai? Padahal Ai kan pengen kaya temen-temen Ai yang dianterin berangkat sekolah sama mamanya, Ai juga pengen makan disuapin mama, Ai juga pengen tidur didongengin mama. Ai pengen punya mama tante, Ai mau mama" kutarik dia kedalam pelukanku, kucium pucuk kepalanya

"Ai jangan nangis lagi ya sayang, Ai mau ikut tante?nanti tante suapin Ai makan, tante bacain dongeng buat Ai. Tapi Ai diem dulu, jangan nangis lagi" mata anak itu lasung berbinar menatapku,tangisnya pun terhenti

"beneran tante?" tanyannya antusias kujawab dengan anggukan, dan senyumpun terkembang diwajahnya

Melihat senyum diwajahnya membuatku ikut tersenyum

"Ai boleh panggil tante Bunda?" tanyanya antusias. Dasar anak kecil, dikasih hati mintanya jantung. Gak di iyain ntar malah mewek lagi

"iya, apapun untuk Ai" aku menggendongnya membawanya ke cafe yang tidak jauh dari taman. Ternyata dia cukup berat

"oh iya bunda, nama bunda siapa? Kalo nama Ai, Airi" aku memanggil pelayan saat kami sudah dapat meja untuk duduk

"nama bunda, Sashi. .Ai umur berapa sayang? Sekarang kelas berapa?" tanyaku setelah pelayan mencatat pesanan kami

"Ai 7 tahun bunda, Ai kelas 2 SD"

"Ai punya no hp papa?" dia menyerahkan hpnya kepadaku

"bunda, katanya mau suapin Ai" dia menatapku penuh harap membuatku tersenyum

"makasih bunda" katanya setelaah aku selesai menyupinya makan

"sama-sama sayang"

"bunda, Ai ngantuk" katanyanya dengan mata sayu

"ya udah sini" dia duduk di pangkuanku, dan akupun nyari di mbah google dongeng untuk dibacakan sebagai pengantar tidur 'anakku'. Setelah kurasa dia terlelap dipangkuanku, aku segera mencari kontak ayahnya di smartphone milik Airi dan menggeser kontak ayahnya ke kanan.

" halo Airi sayang, kamu dimana nak? Ayah udah cari kamu kemana-mana,kamu dimana sekarang?biar ayah jemput" belum sempat terdengar nada sambung, sudah dengar suara ayah Airi duluan. Mungkin dia emang udah nunggu Airi nelpon

"selamat siang pak, saya Sashi. ."

"dimana Airi?" potongnya

"Airi ada sama saya. ."

"berapa uang tebusan yang kamu minta? Saya janji gak akan bawa-bawa polisi, tapi tolong jangan kamu sakiti Airi" potongnya lagi. Suka banget sih potong-potong omongan orang. And what???dia kira aku penculik apa?

"maaf ayah Airi yang terhormat tapi bego, tolong jaangan potong omongan saya. Airi ada sama saya, dan anda bisa jemput putri anda di cafe Swan Lake tanpa tebusan"klik kututup sambungan telpon

Hampir 20 menit menunggu namun sosok yang mengaku sebagai ayah Airi belum juga menampakkan batang hidungnya.

Beberapa orang keluar masuk kafe, namun dari apa yang mereka kenakan sebagai pakaian dan dari tampang mereka, tampak mereka masih berumur di bawah 25 tahun dan rasanya sangat tidak mungkin mempunyai anak usia 7 tahun.

Tanganku mulai kebas menahan bobot tubuh Airi yang tidak bisa dibilang ringan. Tiba-tiba dari arah pintu, masuk seorang pria mungkin dengan usia 40 tahunan dengan tux hitam bergaya ala CEO CEO seperti dalam novel yang sering kubaca. Tak lupa rambutnya yang masih hitam dan ketampanan wajahnya di atas standar ketampanan orang indonesia pada umumnya. Dengan kornea mata coklat terang. Langkah tegapnya menuju kearahku membuatku sedikit gugup dan menahan nafas hingga membuat dadaku sedikit sesak. Dan satu hal, wajahnya familiar sekali.

"selamat siang nona Sashi" sapanya dengan senyum yang terkembang diwajahnya

"saya Adrian ayah Airi" sambungnya dengan tangan terulur kearahku

Ku sambut uluran tangannya dengan sedikit kesusahan

"maaf sudah merepotkan anda" diraihnya Airi dari gendonganku berpindah kedekapannya yang sepertinya hangat. Mikir apa sih aku?

"gak pa-pa. Saya permisi" kuraih tas tanganku dan beranjak meninggalkan mereka.

----------

TBC. . .

ini cerita baru aku, semoga pada suka ya

Neng Bhy

Sexy DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang