Jessica P.O.V
Aku masih tidak mengira mengapa Deo meminta nomor ponselku, bahkan akupun tidak mengira mengapa aku selalu memikirkannya.
Perasaanku sedikit gundah setiap melewati kelasnya, ya walaupun tidak ada Deo dan aku juga tidak mau melihat batang hidungnya ataupun rambut tebal dan mata indahnya.
Wah apa apaan ini, aku memang memikirkannya.
Kelasku memang berada di ujung, mau tidak mau, suka tidak suka aku memang harus melewati kelas Deo, yang bisa saja aku akan tiba tiba bertemu dengannya ataupun bisa saja dengan kebetulan aku akan tertabrak. Hanya Tuhan yang tahu.
Sekolah di sini membuatku benar benar berubah, mental dan emosi ku berubah, aku merasa ada yang berbeda, mungkin aku sudah cukup dewasa,ya karena jarak kesekolah seperti pulang kampung pastinya.
Aku juga berteman dekat dengan Dhanti, Amel dan Zania, aku juga menceritakan apa yang terjadi pada diriku kepada mereka, termasuk Deo tidak gentle meminta nomor ponsel seorang perempuan yang memang jelas seumuran dengannya tapi menyuruh temannya untuk meminta nomor ponsel wanita itu.
kringg kringg
Bel istirahat tengah berbunyi. Kami ber 4, ya kami, karena Aku, Dhanti, Amel dan Zania akan mengunjungi kantin.
Kami ber 4 berjalan kearah tangga dan turun ke bawah ke arah kantin pastinya. Dijalan ke arah kantin aku memang sempat memikirkan untuk bertemu secara tak sengaja dengannya.
Tapi ya sudahlah terkadang hidup memang perlu realistis, ekspektasi tak seindah aslinya. Bahkan, semuanya terjadi memang tak pernah terduga adanya.
Dhanti sedari tadi memang membuat kami ber 3 tertawa, Dhanti sangat humoris dan yah dia memang membantu dalam bergaul dan memiliki kehidupan yang sedikit mandiri, dengan mengajakku pulang sekolah menggunakan angkutan umum.
Mungkin aku memang belum melakukannya karena masih takut dengan jarak seperti pulang kampung untuk menggapai rumahku sendiri, tetapi aku berjanji pada diriku sendiri, akan segera memohon kepada ayah untuk di perbolehkan pulang sekolah sendiri menggunakan angkutan umum.
"Jess ada Deo tuh." Dhanti memang tak pernah menjaga ucapannya, dia terlalu santai dan terbuka. Bahkan, sangat terbuka.
Tanpa sadar aku hanya menoleh seraya Dhanti menunjuk arah dengan dagunya. Aku menoleh kearah yang di tunjuk oleh Dhanti.
damn it! Deo manis sekali, sungguh senyuman manis yang tak akan pernah aku lupakan
Hatiku menggurutu hebat. Bibirku pun ikut merekah, seakan merayakan kesenangan pesta yang dibut oleh hatiku.
Deo berjalan kearah atas dan aku memang tidak menyadarinya, Dia memerhatikanku dan menyelipkan senyuman indah pada bibir merahnya dan mata indah Deo seakan menusuk bola mataku.
Deo benar benar menatapku dalam, tanpa di hiraukan keberadaan teman temanku dan temannya. Tanpa memerhatikan ada sorak dan tawaan dari teman temannya.
Aku tahu, hatiku benar benar bergemuruh saat ini, seperti merayakan hari kelulusan dengan nilai paling terbaik.
Hatiku memang tak bisa diajak kompromi saat ini, saat Deo memberikan senyum manisnya, jantungku seakan jatuh keperut, paru paruku terasa mengempis dan mengecil, oksigen terasa habis, terakhir wajahku seakan berada di taman bunga, aku merasakan betapa merah pipiku dan betapa bahagianya wajahku saat ini. Aku tak menyadari, aku telah merona seperti ini.
Dhanti memang memperhatikan tingkahku iapun menyadari bahwa aku blushing
"Pipi lo merah Jess, abis di gampar siapa sih?" Dhanti berulah dengan kata katanya.
"Abis di gampar dengan senyuman indah bak pangeran dari langit ke 7 yaa Jess." Zaniapun ikut menggodaku.
"Apansih, salah liat lo pada. Mending cepet ke kantinnya keburu bel." Kataku tidak menanggapi.
Aku bukannya tidak menanggapi, aku memang malu untuk mengakui apa yang terjadi padaku. Ku akui, pipiku terasa merah. Bahkan, hatiku tersenyum. Aku ingin tersenyum seperti yang di rasakan oleh hatiku, tapi gengsi tetap nomor 1 untuk perempuan.
Deo P.O.V
Jessica bales senyuman maut gue, gue akuin senyuman yang gue berikan ke dia tadi adalah senyum andalan gue.
Gue liat tadi pipi dia bener bener merah, gue juga nahan tawa atas perbuatan gue tadi. Tapi, Jessica bener bener lucu, pipinya yang putih jadi merona atas kelakuan gue.
Seneng, ya gue seneng sekarang. Gue bener bener nunggu nanti malem, gue pingin malem nanti dia lebih mengenal gue.
princess Jessica, tunggu pangeran ya
"Senyum senyum aje lo Yo." Edo menyenggol bahu gue.
"Ya bodo amat. Gue lagi seneng." Gue memang sedang merasakan perasaan yang tak pernah gue rasakan sebelumnya.
"Jessica udah lo sms belom?" Rahdi, kali ini pertanyaan yang malas gue tanggap. Karena kalau merek tahu gue belom sms Jessica sampe sekarang, yang ada gue di ketawain.
"Dalam proses." Singkat padat jelas.
"Lo emang belom sms diakan? dasar lo Yo. Lo tuh harusnya gerak cepat, seorang Jessica jangan di anggurin kaya gitu. Kalo lo lengah dikit pasti dia udah di gebet yang lain. Oh god, Deo bodoh sekali." Edo ceramah.
"Iya mamah dedeh." Gue jawab sambil menahan tawa, tapi Rahdi dan Rega sudah tertawa lepas sekali.
"Yeh tai lo Yo. Lo kira gue ceramah." Edo memasang muka sok sedih.
"Ya menurut lo aja, ya gak Di? Reg?" Rahdi dan Rega hanya menganggukan kepalanya.
***
Jessica P.O.V
Kelas terasa lebih cepat karena kebahagiaan yang tak terduga. Aku walaupun sudah SMA, tapi aku memang tidak pernah merasakan hal seperti ini, aku tidak pernah punya pacar, aku tidak pernah begitu dekat dengan lelaki manapun, sehingga aku sekarang merasakan bagaimana degup jantungku yang terlalu cepat, hanya karena mengingat senyum memabukan dari Deo.
Bel sekolah berbunyi aku pun bergegas turun dengan cepat, karena jemputanku telah sampai dan aku memang lelah ingin cepat sampai dirumah.
Aku rasa aku bukan lelah, tapi aku ingin langsung merasakan indahnya senyuman Deo di rumah, agar tak ada yang mengganggu dan melihat pipi merah ku ini.
Sampai di rumah, aku langsung naik ke kamarku, merenggangkan otot ototku, terutama otot pipiku menahan rona yang kuat sedari tadi, ya walaupun rona merahnya tak bisa di tahan, tetap saja seakan lelah dengan adanya keadaan seperti itu.
Tak sadar aku mengingat senyuman indah Deo dan aku terlelap dengan senyuman yang rekah di bibirku.
Aku memang senang tidur siang, karena dengan tidur aku mengistirahatkan seluruh organ di dalam diriku sendiri.
05:00 PM, jam weker di sebelahku menunjukan pukul 5 sore dan aku sudah tidur selama 3 jam. Ya aku memang lelah ternyata.
Kuambil ponsel ku di nakas sebelah queen size bedku. Ku buka notifikasi yang ada, ada 1 pesan masuk dan langsung membukanya.
Deo mengirim pesan kepadaku, tak terasa akupun tersenyum senang dan jantungku seakan mendapat irama electro yang membuatnya berdegup kencang.
From : Deo
Hai Jess. Udah sampe rumah?
![](https://img.wattpad.com/cover/64132416-288-k762385.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
a Little Too Much
Teen FictionAku jatuh cinta, benar benar aku merasakan betapa aku mencintainya. Tanpa aku sadari bahwa dia bisa pergi kapanpun semaunya. Aku benar benar jatuh cinta padanya, dia membutakan ku, membuta kan segalanya, seakan akan tidak ada laki laki lain di dunia...