Chapter 16

9.6K 750 70
                                    

Kebohongan bukanlah suatu hal yang di benarkan walaupun dengan tujuan untuk kebaikan orang lain. Berkatalah jujur walaupun itu tidaklah cukup baik untuk keduanya, setidaknya Tuhan masih bisa memberikan jawaban atas kegundahan yang terjadi di dalam hidup ini.

***

Ali tak tahu harus berkata apa, ingin marah tapi tak mungkin di lakukannya, dia teramat menyayangi istri dan anaknya, dia tak ingin melukai lagi hati Prilly. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras, matanya terpejam kuat berharap apa yang di dengarnya itu semua mimpi, mimpi buruk yang akan segera berakhir sebentar lagi. Bukan kenyataan pahit yang harus di telannya bulat-bulat.

Orang yang selama ini di cintainya dan berjanji akan menghadapi apa pun bersama sudah menyembunyikan hal yang besar, dan bodohnya Ali tak tahu apa-apa. Apa itu yang namanya suami yang baik? dia rasa bukan. Suami yang tak pantas di anggap suami, ya, itulah yang Ali rasakan saat ini.

Duduk diam di halaman belakang, berharap angin malam mampu menghapus bayang-bayanng mimpi buruknya, berharap pikirannya yang kalut bisa kembali normal. Tapi sayang, itu tak akan pernah terjadi, mimpi buruk itu ada dan nyata.

"Sayang ...."

Ali tak membuka matanya, dia tetap saja memejamkan mata walaupun dia tahu ada kekasih hati di sisinya.

"Lebih baik kamu memarahi ku ataupun memukul ku daripada kamu harus mendiami aku seperti ini." Prilly menatap Ali lekat, tapi yang di tatap tak bergeming sedikit pun.

"Sayang, aku mohon." Prilly memegang tangan Ali yang masih mengepal kuat. Dalam genggaman Prilly tangan itu mulai melemah, mata itu mulai terbuka, wajah Prilly lah yang terlihat pertama kali.

Tarikan nafas panjang, dan semoga itu bisa memberikan sedikit kedamaian bagi hatinya. Di tatapnya mata sendu yang mulai beruraian air mata membasahi kedua pipinya.

"Maafkan aku." Hanya itu saja yang keluar dari bibir Ali.

"Maaf untuk apa Li, aku yang salah sudah menyembunyikan semuanya dari mu."

"Maafkan aku yang tak bisa menjaga dirimu baik-baik, bahkan tak memperdulikan keadaan mu dan anak kita, aku terlalu sibuk dengan pekerjaan ku, sampai akhirnya aku mengabaikan keluarga ku bahkan kesehatan istri ku sendiri. Aku berusaha mati-matian agar pasien ku sembuh, tapi apa yang aku lakukan pada istri ku sendiri, aku nggak bisa jaga kamu Prill."

"Aku yang nggak mau kamu tahu Li, aku nggak mau jadi beban pikiran mu dan menghambat tugas mulia mu untuk orang lain. Aku sanggup menghadapinya sendiri Li, aku akan berusaha sekuat tenaga ku menjaga anak kita. Dia segalanya bagi ku, dan kamu adalah nafas ku." Prilly mendongakkan kepala Ali yang terus menunduk.

"Aku akan merawat mu sayang, aku nggak mau kehilangan kamu lagi, berjanjilah untuk tetap bertahan sampai aku bisa mencarikan pendonor yang cocok untuk mu, atau aku saja ya sayang." Ali menatap Prilly dengan tatapan memohon.

"Jangan membuat ku tambah menyesal Li, biarkan semua berjalan sebagaimana mestinya yang memang harus terjadi sesuai dengan takdir yang Allah berikan untuk keluarga kita. Tetaplah berada di sisi ku itu sudah cukup membuat ku kuat."

Ali sudah tahu kebenarannya bahwa Prilly hanya memiliki satu ginjal. Kenyataan hidup yang selama ini Prilly sembunyikan akhirnya terkuak juga, selama ini dia hanya menjalani penderitaannya itu sendiri. Prilly wanita yang cukup kuat, dia akan melakukan apa pun agar orang yang di sayanginya bahagia karenanya, bukan menangis karenanya. Prilly masih bisa menjalani hidupnya walaupun hanya dengan satu ginjal, namun sayang fungsi ginjal Prilly mulai berkurang, dan hal itu yang membuat Ali khawatir karenanya.

"Jangan lagi menutupi apa yang terjadi, berjanjilah sayang." Ali menangkup kedua pipi Prilly.

"Aku janji." Prilly tersenyum tepat di hadapan Ali, membuat perasaan Ali menghangat walaupun keadaan yang nyata cukup menyakitkan.

Istri DaddykuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang