Aleya sangat antusias saat ini, karena Digo akan kembali setelah perjalanan dinasnya beberapa bulan ini. Aleya pun rindu memeluk papanya, rindu bermanja dengan papanya.
"Daddy ayo, papa katanya udah sampai di bandara." Aleya sudah berdiri di ambang pintu.
Ali tersenyum mengangguk sambil berjalan merangkul Prilly di sampingnya berjalan kearah Aleya.
"Kangen banget ya kamu sama papa mu itu." Ali mengacak-ngacak rambut Aleya yang nampak sangat antusias hari ini.
"Iya dong, kan papa udah pulang berarti aku bisa manja-manjaan lagi sama papa ..." Aleya menyahut sambil bergelayut di lengan Ali begitu manja.
Prilly yang berada di sisi kiri Ali tak henti-hentinya tersenyum melihat keakrapan antara suaminya dan keponakannya itu.
"Sudah-sudah, ayo kita berangkat bukannya kamu sudah gak sabar mau ketemu papa mu Lea?" tanya Prilly mendapat anggukan semangat Aleya.
Dengan bahagia Aleya berjalan masuk kedalam mobil diikuti dengan Ali yang membukakan pintu untuk Prilly.
Prilly mengusap-usap perutnya, terasa pergerakan dari dalam walaupun masih minim. Prilly menikmati tiap detik pertumbuhan bayi mungil di dalam kandungannya. Ali mengulum senyum melihat Prilly yang duduk tepat di sampingnya. Ali mengulurkan tangan kirinya untuk ikut mengusap perut Prilly.
"Aku mau rambut nenek Li." Prilly menahan tangan Ali agar tetap berada di atas perutnya.
"Rambut nenek?" tanya Ali bingung.
"Iya, aku mau rambut nenek." Prilly mengulangi keinginannya.
"Yaudah nanti kalau kita ketemu nenek-nenek di jalan aku mintain rambutnya buat kamu." Ali mengusap kepala Prilly.
"Ihh bukan itu sayang, aku mau rambut nenek yang di jual di abang-abang." Prilly masih saja merajuk sepanjang perjalanan.
Aleya yang di belakang hanya bisa senyum-senyum melihan daddy dan mommy nya itu. Sejak Prilly hamil Aleya selalu melihat daddynya kesulitan mencari apa yang mommynya mau. Kebanyakan Prilly minta di carikan makanan tradisional yang sudah jarang di temui di pasaran.
"Emang ada ya abang-abang jual rambut nenek?" Tanya Ali polos.
"Hahahaha." Aleya tak bisa lagi menahan tawanya, bagi Lea ekspresi polos Ali ini aangat lucu.
"Lea, kenapa kamu ketawa?" tanya Prilly.
"Daddy lucu banget mom, mukanya daddy emang polos apa di polos-polosin sih. Hahaha." Aleya kembali tertawa dan Prilly ikut tertawa bersama Aleya.
Ali tetap terlihat cool di depan istri dan keponakannya itu, walaupun dia juga bingung kenapa mereka harus tertawa.
"Dad, rambut nenek itu kaya permen gulali gitu, ya masih saudaranya permen kapas deh dad, bukan rambutnya nenek-nenek yang ubanan. Lea aja tahu masa daddy gak tahu sih." Lea menjelaskan.
"Oh permen kapas toh, kalau itu daddy tahu. Tapi nyarinya dimana itu kan susah." Ali berusaha berpikir sejenak, mengingat-ingat di mana dia bisa menemukan keinginan istrinya itu.
"Ayo sayang cariin aku rambut nenek." Prilly menarik-narik baju Ali.
"Lea pernah beli dad, waktu itu Lea belinya di monas. Di sana banyak jajanan tradisional." Lea seakan memberi pencerahan pada Ali.
"Ya sudah, nanti habis jemput papa kamu kita cari rambut nenek ya," ucap Ali dengan mengulum senyum.
Perjalanan ke bandara cukup lama, jalanan yang macet membuat mereka lebih lama lagi berada di dalam mobil. Prilly kelelahan dan dia tertidur pulas. Ali yang melihat istrinya kelelahan itu merasa tak tega, apalagi harus membangunkannya. Tapi, mau tak mau Ali harus melakukannya, dia gak akan seteg itu meninggalkannya di dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Daddyku
AcakLanjutan dari Istri Untuk Daddyku Season 1 NB: (masih) Kolaborasi @irastories_ dan @Biiestory Cover: @irastories_