Chapter 11

10.2K 805 43
                                    

Kehamilan Prilly sudah memasuki usia 4 bulan. Perutnya juga sudah mulai nampak membesar. Ali juga semakin bawel menjaga Prilly.

"Sayang ingat jangan nakal ya di rumah." Ali lagi-lagi mengomel sebelum berangkat.

Prilly memandang wajah suaminya datar, sudah beribu-ribu kali Ali mengucapkan kalimat yang sama setiap ia akan pergi bekerja. Prilly sadar sifat Ali yang sangat posesif, terlebih mengingat Ali adalah seorang dokter.

"Aku mengerti sayang, sudah berapa kali kamu mengatakan itu selalu, ketika kamu ingin berangkat kerja." Prilly mengerucutkan hidungnya manja.

Ali tertawa melihat wajah menggemaskan Prilly, Ali mengacak-ngacak rambut Prilly hingga kelihatan berantakan.

"Aliiii ...!" Prilly memukul lengan Ali kesal.

Ali malah tertawa mencubit hidung Prilly, setelah itu Ali mengecup dahi Prilly kilat kemudian berlari kecil masuk kedalam mobilnya. Prilly hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya itu.

Baru saja Prilly akan melangkah masuk kedalam terdengar bunyi klakson mobil Ali yang tadi sudah mulai menjauh, tapi kembali lagi.

"Kamu kenapa balik lagi?" Tanya Prilly heran.

"Aku lupa ingatkan kamu, jangan lupa chekup ya nanti."Ali mengelus perut Prilly yang sudah mulai membesar itu.

"Ya ampun jadi kamu balik cuman mau bilang itu?"

Ali mengangguk sambil tersenyum kemudian kembali mengecup dahi Prilly dan berlari kecil masuk kembali kedalam mobil.

Setelah memastikan mobil Ali sudah pergi Prilly menggelengkan kepalanya melihat tingkah Ali.

Itulah Ali, suaminya. Lelaki yang ia cinta, Lelaki yang menerimanya apa adanya. Ali selalu menyempatkan untuk menemani Prilly chekup meski Prilly tahu pekerjaan Ali sangatlah banyak.

Tiba-tiba ntah mengapa Prilly merasakan nyeri di bagian pinggangnya. Bukan seperti nyeri saat orang sakit pinggang rasa nyerinya seperti di tusuk-tusuk begitu dalam.

"Sshhhhhh ...." Prilly meringis memegangi pinggangnya yang semakin lama semakin terasa begitu sakit.

"Mommy ...!" pekik Aleya kaget melihat Prilly. Aleya langsung berlari kearah Prilly khawatir.

"Mommy kenapa?" tanya Aleya begitu panik bahkan kepanikan Aleya bertambah ketika melihat wajah Prilly yang sudah memucat.

"Ya Tuhan mommy! Kita ke dokter sekarang ya ...." Aleya meraih ponselnya di dalam saku berniat ingin menelpon Ali namun Prilly menahan Aleya.

"Gak apa-apa Lea, mommy gak apa-apa kok antarin mommy ke kamar aja ya." Pinta Prilly terdengar sangat lemah, Aleya hanya menurut saja membawa Prilly kedalam kamar.

"Mommy gak apa-apa kalau gak kedokter takutnya nanti mommy kenapa-napa apa lagi mommy kan lagi hamil," ucap Aleya masih terlihat sangat panik.

"Mommy gak apa-apa Lea, udah Lea keluar aja mommy mau istirahat sebentar nanti biar mommy pergi ke dokter sendiri saja, kamu kuliah kan, bukannya kamu hari ini ada kelas pagi? Sudah sana pergi nanti telat loh." Prilly mencoba tersenyum meyakinkan Aleya.

Akhirnya Aleya menyerah ia memutuskan keluar kamar mengikuti kemauan Prilly, sebenarnya Aleya merasa ada yang aneh dengan sikap Prilly yang tidak mau di ajak kedokter. Padahal jika di temani akan lebih nyaman di banding sendirian.

"Ya Tuhan jangan lagi." Prilly mengusap wajahnya terlihat jelas guratan kesedihan di wajah Prilly ntah apa itu tak ada yang tahu.

***

Istri DaddykuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang