[6] Kacamata dan Bandana

18.3K 1.6K 78
                                    

Jam weker di atas meja mungil itu gagal menjalankan tugasnya membangunkan sang pemilik di pagi buta ini. Dia kalah cepat. Bahkan satu jam sebelum dirinya berbunyi nyaring, si pemilik sudah bangun dengan sendirinya. Kini terjaga walau dengan mata yang masih sedikit mengantuk. Piyama lengan pendeknya terpasang berantakan, rambut hitamnya kini sama berantakannya dengan sarang burung di pohon. Ia berkali-kali mengucek kedua matanya agar tidak kembali terpejam.

Kedua tangan putih itu menjelajahi nakas meja. Terlihat mencari sesuatu. Mengobrak-abrik semua benda yang bersemayam di sana. Buku, figura photo, miniatur mobil koleksinya, bahkan sebatang pensil, semuanya berubah posisi. Berantakan intinya.

"Bugh!"

"Aaw!.. sshh.. kamus silalan! Kenapa harus jatuh di jari kakiku, sih?! Kenapa tidak bergeser sedikit saja agar jatuh di lantai?" Jungkook dengan wajah bantalnya terduduk mengenaskan di atas lantai kamarnya, persis di sisi kanan ranjang yang nampak tak jauh berbeda kacaunya. Memegangi jari kakinya dengan sedikit meringis sakit. Ini benar-benar cara bangun dari tidur yang ampuh baginya. Sayangnya dengan cara yang cukup menyakitkan.

"Sakit..." Pemuda 17 tahun itu kian merengut sebal. Bergumam sendiri sambil memandang sedih jari kakinya yang terlihat memerah. Namun tak lama ujung bibirnya terangkat pelan, mengulum sebuah senyum nanar. Sorot matanya semakin kelam. Sayu.

'Setidaknya tidak sesakit ketika mendapati orang yang kau suka menganggapmu tak lebih dari teman sebangku..'

Kepalanya menunduk dalam. Sepintas wajah tampan milik sahabatnya sendiri terbesit dalam benak. Susah payah ia sembunyikan rasa sakit dalam dadanya di balik senyum pahit itu. Napasnya sedikit menghela berat, sebelum akhirnya mengangkat kepala dan menganggukkannya mantap.

"Jangan sedih Jungkook-ah! Kau laki-laki yang kuat! Ia bukan segalanya bagimu.. perasaan ini bukan segalanya bagimu" Jungkook memukul pelan dada kirinya dengan kepalan tangan kanan. Tersenyum sedikit lega sebelum mengangkat tubuhnya bangkit dari atas lantai kayu berplitur itu.

"Hmm.. sekarang, sampai di mana aku mencari benda berharga itu?... di kotaknya tidak ada, di laci tidak ada, dalam rak buku juga tidak. Eumm." Jungkook mengelus dagu pelan. Dengan mata berputar mencoba mengingat di mana benda berharganya itu bersembunyi.

Baru saja Jungkook hendak melanjutkan pencariannya, derap langkah kaki seseorang di luar sana sudah berani-beraninya mengganggu. Membuat Jungkook menolehkan kepalanya ke arah pintu kamar yang sama sekali belum ia buka sejak tadi. Daun pintu diketuk pelan diiringi penuturan khawatir seseorang di baliknya, "Sayang.. kau sudah bangun? Sepertinya ibu dengar sesuatu terjatuh.. kau baik-baik saja?"

Mata bulat Jungkook sempat mengerjap beberapa kali, menelaah suara milik siapa yang menelusup masuk ke telinganya. Itu Eomma.. batinnya cepat.

Knop pintu itu sudah diputarnya searah jarum jam. Ditarik perlahan sampai terbuka cukup lebar. Menampakkan sosok wanita di penghujung umur 40 tahunan yang wajahnya masih saja terlihat cantik. Awet muda dengan kulit putih dan bulu mata lentiknya. Wajah penuh kasih sayang itu terlihat cemas,manik hitamnya sibuk menyusuri setiap inchi tubuh Jungkook. Takut jika ada segores luka, lebam atau apalah di tubuh anak kesayangannya itu.

"Eomma baru saja ingin membuat sarapan, tapi tiba-tiba ada suara dentuman dari dalam kamarmu. Memangnya apa yang kau lakukan pagi-pagi begini, sayang?" Tanya nyonya Jeon penuh perhatian. Masih lengkap dengan sebuah spatula di genggaman tangan kanannya. Benar-benar figur seorang ibu rumah tangga.

"Hehehe, aku baik-baik saja, Eomma.. hanya sedikit menyenggol kamus saat sedang mencari kacamataku di meja." Jelas Jungkook dengan senyum santainya.

"Kacamata? Aah, itu tadi malam kau meninggalkannya di depan TV. Saat Eomma ingin memberikan padamu, ternyata sudah menutup rapat pintu kamar dan pergi tidur. Jadi Eomma simpan di dalam ruang kerja ayahmu. Cepat ambillah sebelum ayahmu membuangnya ke tempat sampah." Nyonya Jeon sedikit terkikik di akhir kalimatnya. Melihat wajah manis purtanya yang langsung berbubah pucat saat ia membawa-bawa suami tercinta dalam kalimatnya.

Why So Serious? [VKOOK]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang