Awal Pedekate

965 56 5
                                    

How to marry Sakura

SAKURA POV

     Aku berusaha mempercepat langkah ku ke arah rumah bungsu Uchiha itu. Memang aku benar-benar berniat menghampiri Sasuke setelah kejadian tadi pagi yang secara tidak sengaja aku mengabaikan keberadaannya. Padahal seingatku dulu aku selalu heboh dan mengganggu nya ketika dia berada di dekatku.
     Sudah pasti dia hanya akan mengatakan,"kau mengganggu." atau "kau menyebalkan." Namun tak pernah merasa terusik walaupun aku terus-menerus mengajaknya berbicara.
      Apakah pepatah yang mengatakan,'Terkadang apa yang keluar dari lisan belum tentu sama dengan apa yang ada di hati.' Itu memang benar adanya? Aku memang sampai sekarang berharap bahwa setidaknya Sasuke membuka secuil pintu hatinya untukku.

     Karena berjalan sambil melamun membuatku tidak sadar bahwa kini aku sudah berada di depan rumah tradisional yang di pintunya terdapat gambar kipas berwarna merah putih itu. Dengan ragu secara perlahan aku mendekati pintu rumah tersebut.
     Aku pun menimang-nimang apakah aku benar-benar harus kesini atau tidak?

     Sampai akhirnya aku memutuskan untuk mengetuk pintu tersebut. Ketukan pertama, terdengar bunyi khas pintu kayu yang di ketuk. Ketukan kedua masih sama. Dan ketika ketukan ketiga...

TOK
TOK
TOK

"Eh kok terasa keras namun halus?" Gumamku heran dan kembali mengetuk sedikit lebih kebawah karena penasaran.
"Eh sejak kapan pintu punya bagian menonjol seperti ini?" Lagi-lagi aku melanjukan ketukanku dan menurunkannya sedikit.

     Namun belum sempat aku mengetuk, aku tersadar bahwa kini tekstur yang ku hadapi begitu lembut, kenyal, dan bahkan err- basah.

     Perlahan aku merasa sesuatu yang sedang bersentuhan dengan kulit jari-jari ku ini bergerak. Seperti sesuatu yang menyeruak menyerbu jariku. Ketika ku tarik kembali pergelangan tanganku untuk mengecek, apa yang terlihat di tanganku sukses membuatku melongo.
"Basah? Perasaan rumah Sasuke anti kerut anti bocor."
"Hn."
"Eeh?" "OH ASTAGA SASUKE SEJAK KAPAN KAU DISINI?!!" Tanyaku histeris.

SASUKE POV

     Jujur saja aku terkejut. Bagaimana tidak? Ini pertama kalinya aku mencium tangan seorang gadis! Oh astaga biar ku ulangi lagi, SEORANG GADIS! Dan bahkan aku tidak tahu mengapa aku refleks menjilati jemari lentik gadis itu!
     Kalau bisa lebih baik aku pura-pura pingsan saja. Atau mengabaikan kehadirannya dan lalu berjalan-jalan keluar. Namun Itachi-nii pernah mengatakan agar aku tidak menyia-nyiakan setiap kesempatan yang ada.

"Sampai kapan kau mau berdiri disitu?" Tegurku

"Tunggu dulu! Sasuke apa bisa kau jelaskan mengapa jariku basah? Kau tidak lupa mengoleskan no drop disetiap bagian rumahmu kan?" Tanya Sakura heran.

"Dasar idiot. Tentu saja sudah, dan lagi pula sekarang sedang tidak hujan." Cibirku.

"Lalu ini kenapa?" Tanya nya seakan tak terima sembari menyodorkan tangan kanannya.

"Aku menjilat jarimu tadi." Jawabku polos.

"..."

Sedetik
Dua detik
Tiga detik
Empat detik
Lima detik

     Sepertinya aku masih belum menyadari apa yang aku lakukan.

"Sa-Sa-Sasuke?" Panggil Sakura sedikit tergagap.

"Apa? Jangan seperti itu, lama-lama kau terlihat seperti tunangan Naruto."

"Kau belajar yang tadi dari mana?" Tanya nya takut.

     Akupun berfikir sejenak. Berusaha mencerna perkataan gadis polos didepanku ini. Mereka kejadian beberapa menit yang lalu dan seketika pipiku merona hebat ketika mengingatnya. Saat ini aku sangat ingin gantung diri di jendela kamar Naruto jika itu di izinkan.
     'Oh ayolah Sasuke, kau seorang Uchiha. Dimana sikap cool mu? Kau hanya perlu membuka mulut dan menjawab pertanyaan gadis itu saja. Tidak sulit kan? Hanya menjawab.' Innerku berkata.
     "Ya menjawab memang tidak sulit. Tapi masalahnya coba kau lihat dulu pertanyaan apa yang ditanya olehnya!" Jawabku tidak terima kepada inner sialanku dan syukurlah dia tidak mengoceh lagi.

"Hei." Sapa Sakura sembari melambaikan tangan didepan wajah ku yang memang sedang asik melamun.

"Oh iya Sakura maaf. Aku belajar dari Nii-san." Ucapan yang tidak benar adanya entah kenapa bisa lolos dengan mudahnya dari mulutku dan aku menyadarinya.

     'Oh tidak, pasti sebentar lagi aniki akan membunuhku dengan pedang amatsuke *kalogasalah* untuk menjadikanku temannya di alam baka.' Batinku bergidik ngeri.

NORMAL POV

     Sementara di ruang tamu, Itachi yang entah kapan datangnya sedang berduduk manis sembari mengoceh tidak jelas karena kesal dengan perkataan Sasuke.
"Dasar baka otouto! Mengapa kau tuduh daku yang imut nan tampan dan tidak bersalah ini?! Kau bahkan tahu bahwa aku belum sempat memiliki pacar! Bagaimana bisa aku mengajarimu hal mesum seperti itu?!" Bentak Itachi tidak terima yang sekiranya cukup keras untuk di dengar Sasuke, namun tidak bagi Sakura yang bahkan tidak merasakan sedikitpun keberadaan Itachi.

     Sontak Sasuke kaget, kapan anikinya itu pulang? Bahkan ia tak mendengar ucapan "tadaima!" Dari sang kakak tercinta.
     Dengan polos Sasuke menjawab omongan kakaknya dengan pelan sembari menengok ke arah kursi tamu, lebih tepatnya Itachi.

"Mungkin dari buku Icha-Icha Paradise yang Kakashi pervert sensei berikan kepadamu?"

     Itachi yang mendengar kepolosan adiknya itu sweetdrop dan sedetik kemudian histeris.

"KYAA DASAR BAKA!!! MANA PERNAH AKU BACA BUKU PENUH DOSA ITU!!"

"Kan aku hanya menebak." Jawab Sasuke enteng dan lalu kembali fokus terhadap wanita Haruno didepannya yang terlihat sedang blushing akut.

-oOo-

"Apa kau mau masuk?" Tanya Sasuke datar namun lembut.

"Bolehkah?" Mata Sakura berbinar ketika Sasuke mengajaknya masuk. Bukannya apa-apa, Sasuke tidak pernah membiarkan orang lain memasuki rumahnya, terkecuali Naruto dan Kakashi. Bukankah itu berarti Sakura termasuk salah satu dari orang kepercayaan Sasuke? Oh begitu bahagianya Sakura hari ini.

"Mau minum apa?" Tanya Sasuke memecah keheningan sekaligus menyadarkan Sakura dari fase 'hampir gila karena Sasuke' nya itu.

"Aku ingin jus jeruk saja, Sasuke-kun!" Ucap Sakura riang. Dan tanpa di sadari, secara alami sang Uchiha mantan missing-nin itu menarik sudut bibirnya dan membentuk sebuah lengkungan. Senyuman tulus.

     Itachi yang memperhatikan Sasuke tersenyum pun perlahan ikut tersenyum dan memejamkan mata. 'Jadi sepertinya memang benar dia ya cahaya hatimu, otouto?' Batin Itachi senang.
     Tentu saja Itachi peka, Sasuke merupakan orang yang bisa dibilang sangat jarang tersenyum, apalagi untuk hal sepele seperti yang tadi.
     Biasanya Sasuke akan menghindar, pura-pura tidak peduli, ataupun melengos cuek ketika orang sedang berbicara dengannya. Namun sepertinya kali ini berbeda. Itachi turut senang jika pilihan adiknya itu memang benar dapat membuat hidup adiknya terasa lebih berwarna.

"Aku akan memandumu sampai saat itu tiba, Otouto." Gumam Itachi pelan sembari tersenyum tipis.

Bersambung~
Ditunggu review nya yaa, minna-san😍

How to marry SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang