Angel and Demon 1

2.2K 60 1
                                    

Written by Annisa Rosarizal (@ocoongg)

This story is mine don’t dare to copy it.
Warning! This story has bad word, bad attitudes, typo(s). If you don’t like it just don’t read it and don’t judge my story.


-----



Siapa yang tidak mengenal Justin Bieber? Setengah dari populasi dunia menggilai sosok seorang Justin Bieber. Justin yang dimata fansnya adalah lelaki yang tampan, baik hati, talented, humble, down to earth dan masih banyak lagi sisi positifnya tapi adakah yang tau sisi seorang justin bieber dibalik layar kaca? Tidak. Hanya orang yang dekat dengannya yang mengetahui sisi buruk dari penyanyi paling top didunia. Jeremy, Pattie, Scotter dan sahabat dekat justin mengetahui hal ini. tapi hanya adek satu-satunya dari justin yang tidak mengetahuinya yaitu jazzy. Hanya mereka tidak ada yang lain.

Dibalik layar kaca itu semua justin adalah seorang dictator yang segala kemauannya harus diikuti tidak ada kata tidak dalam hidupnya. Egois? Bagi justin itu bukanlah egois. Ia hanya ingin kemauannya dipenuhi oleh siapapun dan tidak ada yang boleh melarang dan menentangnya. Kecuali seorang wanita mungil yang senantiasa ia jaga, jazzy. Gadis kecil yang baru berumur 15 tahun, hanya ia yang dapat menentang justin.


-Justin POV-

“justin!” aku tersentak dari lamunanku dengan suara teriakan yang sangat melengking. Dapat kulihat telah berdiri seorang gadi polos yang sangat cantik. Jazzy, adikku yang sangat cantik. Tubuhnya sangat indah, sekali kadang aku berpikir kenapa aku harus dilahirkan menjadi kakaknya, maksudku lelaki mana yang tidak mau wanita secantik dia. 

“justin! Aku telah memanggil namamu 1000 kali tetapi kau tidak menjawabnya” jazzy melongos dan duduk dipangkuanku dan menggalungkan kedua tangannya dileherku. Jarakku dengan wajahnya tidak jauh, aku dapat melihat wajah bagian kirinya secara sempurna, cantik. 

“kalau begitu kau harus memanggilku yang ke 1001 kali baru aku menjawabnya” ia hanya mencibir kearahku. Kalau ia tidak adikku, aku pasti akan melumat bibir mungilnya. Namun ia kembali menghadapkan wajahnya kewajahku, aku tau ia pasti mau sesuatu dariku

“apa yang kau inginkan?” tanyaku sambil mencibir kearah dia. Kenapa dia sangat menggemaskan sekali

“aku ingin berenang, temani aku” apa yang dia katakana, berenang? Kenapa aku mempunyai adek yang sangat polos. Tawaku langsung meledak ketika ia selesai bicara 

“justin stop laughing” ia mulai mengeluh dan mengkerucutkan bibirnya. Dengan susah payah aku menggigit pipi dalamku untuk menahan tawa. Dia tidak perlu bertanya seperti itu, dia bisa saja langsung mendorongku ke kolam renang

“As you wish princess” jawabku dengan mengedipkan mata, secercah senyuman kembali muncul dipipi indahnya

“yeaaah, I’ll go change” ia beranjak dari pangkuanku dan berlari, belum sempat ia sampai dikamarnya ia kembali ke kehadapanku dan mencium pipiku lalu berlari kembali kekamarnya.

Pakaian yang tadi aku pakai telah aku lepas, sekarang hanya menggunakan boxer. Hell bitch out there loves my body. Baru saja aku didepan pintu menuju kolam renang, i-phone yang aku pegang berdering sangat kuat. ‘scooter’. Mau apa dia

“yo scoot. Wassup?”

“justin you must come to studio now” hell apa yang dia bilang, studio sekarang. Big no!

“no”

“cmon, theres something I ne-“

“I said bloody no!” perkataan itu mengakhiri percakapan singkat kami. Sudah aku bilang, tidak ada yang boleh membantah perkataanku. Aku kembali berjalan menuju kolam renang. Jazzy telah mengganti pakiannya dengan bikini. Sexy.

“JAZZMYN!” teriakku ketika ia hampir saja mau terjun kedalam kolam renang. Keseimbangannya goyah dengan cepat aku memegang tangannya, ia menatapku dengan tatapan terkejut dan juga sebal.

“what?” tanyanya dengan sebal

“kau belum memakai sun block mu gadis kecil” jawabku menunjuk arah sun block yang terletak dimeja dekat kolam renang

“oh ayolah justin, aku tidak akan mati jika berenang tidak menggunakan sun block”

“ha aa, tidak. Aku tidak mau memiliki adik yang kulitnya jelek” ia memutar bola matanya “tunggu disini” aku berjalan kearah meja dan mengambil sunblock tersebut 

“here” sebotol sunblock aku sodorkan kearahnya

“justin aku terlalu malas memakainya” ucapnya dengan nada manja. Dasar anak ini, dengan maksud tersirat ia menyuruhku memakaikannya sun block ini

“fine” ucapku sembari menuangkan sunblock ketelapak tangan dan mengoleskannya. Sial, kulitnya sangat mulus. Aku membaluri punggungnya yang hanya tertutupi dengan seutas tali bra. Rasanya aku ingin menyetubuhinya sekarang juga dan ditempat ini. Sial, kenapa tubuhnya sangat seksi sekali. Aku sudah ngelantur. “done princess” ia tersenyum dan langsung menceburkan dirinya kedalam air yang segar dan meninggalkanku dengan cipratan air yang ia buat. Tanpa membuang waktu aku langsung saja mengoleskan sunblock ke kulitku dan ikut memasukkan diri kedalam air.


******

“justin are you there?” jazzy membuka secara perlahan pintu ruangan musikku. Rambutnya masih basah karena baru saja selesai berenang, ia sangat seksi hanya menggunakan hotpants dan tanktop.

“do you wanna hear something?” ujarnya perlahan sambil melangkahkan kakinya lebih dalam keruangan ini. Aku yang sedang duduk dikursi bersama dengan gitar mengangguk menyetujui permintaannya

“you know Jocelyn right?” Tanyanya sebelum bercerita, aku mengangguk lagi “you know the six girl make me so sick off, they always mocked me every where and every time argh…. Am I so ugly?” tanyanya dengan mengerucutkan bibirnya, lucu.

“look at me” aku menarik dagunya keatas agar ia memandang mataku “she is just jealous on you because she never be like you, princess. Don’t listen to her. You are beautiful on your own way, sweety” garis senyuman sudah terbentuk disudut bibirnya “and I got an idea”


****

Seperti pagi hari lainnya jazzy sedang berjalan sendirian di koridor sekolah menuju lokernya dan seperti diwaktu yang lainnya The Six Girl selalu mengusik jazzy

“hey bitch” Jocelyn berdiri didepan lokernya sambil berkacak pinggang. Jazzy tidak membalas perkataan yang tidak penting dari Jocelyn

“bitch please, I’m talking to you!” Jocelyn menaikan nada suaranya beberapa oktaf membuat seluruh orang yang ada dikoridor berhenti mengerjakan pekerjaannya dan memandang kea rah The six girl dan jazzy. Sekali lagi jazzy tidak menanggapi perkataannya dan sibuk memasukkan beberapa bukunya kedalam loker

“bitch!” kali ini Jocelyn berjalan kearah jazzy dan mendorongnya keloker sehingga sedikit berdentum

“excuseme” jazzy berkata dengan tenang

“I’m talking to you bitch!”

“maaf anda salah orang, yang bernama bitch bukan saya tapi kamu dan teman-temanmu” jazzy masih berbicara dengan tenang dan menampakkan senyum manisnya. Seluruh orang yang ada tercengang melihat perkelahian antara geng yang sangat sok berkuasa dengan adek seorang justin bieber.

“fuck!” Jocelyn mendorong lagi bahu jazzy tapi jazzy tidak membalas melainkan menutup lokernya dan memandang dengan senyuman yang terukir diwajahnya kearah Jocelyn.

Terjadi beberapa detik keheningan tapi didetik berikutnya jazzy memecahkan keheningan “I’m Bieber, bitch!” menyibakkan rambut blondenya yang panjang tepat kearah muka Jocelyn dan berjalan dengan anggun disepanjang koridor.

“AAAAAAAA FUCK YOU!” Jocelyn berteriak sambil menghentakkan kakinya dan jazzy hanya melambaikan tangannya tanpa membalikkan badannya sontak semua orang menertawakan The six girl.

Jazzy masih melangkahkan kakinya dengan anggun sampai ia bertemu dengan sahabatnya “hey ms. Mitchell”

“hey ms. Bieber” 

“what your class now?”

“em….history”

“ugh…its sucks”

“hah I know, how bout ya?”

“math” mereka saling bertukar pandangan sesaat “emm see ya later dude” kelas mereka berbeda arah jadi jazzy berjalan kearah kanan tapi baru beberapa langkah ia membalikan badannya lagi “zoe!” ia berteriak ketika zoe telah berjalan sontak zoe membalikkan badannya dan mengangkat alisnya “come to ma house tonight, okay?” zoe hanya membalas dengan mengacungkan jempolnya diudara menandakan setuju dengan ide jazzy


***

“justin…. Justin” baru saja jazzy membuka pintu ia telah meneriaki nama kakaknya itu “justin where are you?” kini jazzy berteriak sambil bersusah payah menanggalkan sepatunya

“jaz calm down, whats wrong?” seorang wanita yang keluar dari balik ruang keluarga yang memiliki paras sangat cantik dengan rambut brunettenya

“where is justin mom?”

“I don’t know maybe in his music room”

“okay thankyou” jazzy berlari melewati momnya tapi tak terlupa kecupan hangat mendarat dipipi Ibunya

“justin are you here?” jazzy tanpa mengetuk langsung menyelonong kedalam ruangan music justin

“shit!” justin yang kaget sehingga menelontarkan stick drum yang ia mainkan “jazzy you scared me”

“sorry” jazzy menundukkan kepalanya merasa bersalah terhadap kakaknya

“haaah its okay, come” justin menghela nafasnya sambil menyuruh adiknya itu duduk dipangkuannya. “whats wrong sweetie?”

“you mad” ucap jazzy ketika ia duduk dipangkuan justin dan menundukkan kepalanya

“no I’m not” justin mengusap punggung adiknya 

“yes you are”

“jazzy I’m not mad at you”

“prove it” justin memiringkan kepalanya dan mengangkat dagu adeknya itu, mendaratkan kecupan hangat dipipi mulus jazzy “see?”

Seketika jazzy mengangkat kepalanya dan tersenyum selebar mungkin kearah justin “jangan tersenyum terlalu lebar nanti bibir sexymu bisa robek” canda justin keadeknya yang sudah memancarkan senyum indahnya

“ha.ha.ha” jazzy memutar matanya tepat dihadapan justin sang kakak

“hey young lady sangat tidak sopan jika kau memutar matamu didepanku atau aku akan memukul pantatmu sebagai hukuman” justin menyeringai kearah adeknya yang ada dipangkuaanya. Tangan justin dengan bebas memeluk pinggang ramping jazzy

“hey pervert guy seharusnya kau memukul pantat pacarmu bukan pantatku”

“kau tau aku tidak memiliki pacar”

“aku sangat kasihan terhadapmu justin. Kau tampan, kaya, terkenal, berbakat tapi tidak hebat dalam mendapatkan wanita” jazzy mencibir kearah kakaknya

“tapi aku hebat terhadap tubuh wanita” justin mengedipkan matanya dan menyeringai terhadap adek satu-satunya ini

“eewhhh justin kau bicara tidak senonoh terhadap anak dibawah umur”

“hahahaha okay okay, jadi ada apa kau meneriaki namaku seperti dihutan dan berakhir dengan pantatmu berada diatas pahaku”

“berhenti berbicara pantat justin kau sangat menjijikkan” jazzy hampir saja memutar matanya sebelum justin benar-benar akan memukul pantatnya “hah aku ingat! Aku melakukan apa yang kau suruh. Dan kau tau nenek sihir itu murka ketika aku melakukannya”

“I told ya, bieber always win”


***

-Zoe POV-

Aku tidak tau kenapa jazzy menyuruhku datang kerumahnya malam ini, well memang sih aku atau pun dia sering datang kerumah satu sama lain untuk menghabiskan malam bersama. Hey.. jangan pikir kami ini tidak normal ini hanya bestfriend thing. Kau tau, terkadang aku bertanya-tanya kenapa jazzy mau berteman denganku, maksudku dia cantik –sangat- anak orang kaya dan lihat kakaknya yang digilai seluruh wanita diplanet itu –termasuk aku-. Aku tidak terlalu sering bertemu sama justin diakibatkan jadwalnya yang sibuk tapi pernah suatu momen aku jazzy dan justin menghabiskan waktu bersama, ternyata justin sangatlah asik dan sangat pengertian. 

Aku pikir justin itu sangat perfect -look at him- dia ganteng, talented, kaya, baik hati, penyayang anak kecil, dermawan oh aku bisa buat list yang sangat panjang tentang justin. Oh pikiranku sudah ngelantur, aku hanya gadis berusia 15 tahun.
Ternyata aku sudah sampai didepan rumah jazzy, seperti biasa aku langsung saja masuk kedalam rumah mewah ini –sepi-. Rumah ini sangat sepi padahal ini baru saja jam 9 malam. Perlahan aku menaiki tangga melingkar yang mewah ini, sama saja dilantai dua pun keadaan sangat sepi. Tapi aku tetap melanjutkan kearah kamar jazzy.

“jazz are you here?” aku membuka pintu kamar jazzy perlahan namun nihil, jazzy tetap tidak ada dikamarnya. Kemana anak itu? ia menyuruhku datang kerumahnya tapi apa ia malah tidak ada dirumahnya. 

Perlahan aku berjalan beberapa meter dari kamar jazzy menuju bioskop mini yang terletak dirumah mewah ini. “jazzy?” aku membuka pintu ini dan terlihat sebuah film terputar. Mungkin itu jazzy

“jazzy?” aku berjalan semakin dalam menuju sofa nomor tiga

“hey zoe” salah dugaanku ternyata bukan jazzy melainkan kakaknya justin

“hey justin” ucapku kikuk “emm I’m looking for jazzy, do you know where is she?”

“lemme think” justin meletakkan jari telunjuknya dikeningnya. Oh my dia sangat lucu “she go outside with mom” crap!

“but you could join me here” justin menepuk-nepuk sofa disebelahnya. Dengan canggung aku berjalan melewatinya dan duduk disebelahnya “soda?” justin menawarkan satu cup minuman berisi soda

“thanks” ucapku mengambil soda dari tangannya. Aku tidak tau justin sedang menonton film apa tapi ini sangat canggung diantara kami.

“so… how are you?” justin akhirnya memecah keheningan beberapa menit yang lalu

“I’m good, how are you?”

“absolutely good” justin memberi senyumnya yang mengoda “are you gonna sleep over here?”

“maybe” jawabku dengan menaikan kedua bahuku

“good!” good? Apa maksud justin berkata begitu? Dan kenapa dia menekankan kata itu? ah ini perasaanku saja. Setelah beberapa lama atmosfer diruangan ini tidak lagi canggung tapi sudah terlihat enjoy.

“any boyfriend?” Tanya justin menggodaku

“what? No no!” sangkalku cepat sambil cekikikan

“you must tell me who the lucky boy to be your boyfriend, promise?” justin menaikan alisnya sambil tertawa mengejekku

“what?” oh lelaki ini sangat lucu, aku tidak bisa menahan tawaku

“promise?” ia masih menunjukkan senyum menggodanya terhadapku sambil menunjukan jari kelingkingnya

“you are so funny justin” aku masih tertawa oleh ekspresi mukanya namun ia tidak bergeming “promise” jawabku akhirnya menautkan jari kelingkingku ke kelingkingnya

Kembali suasana diruangan ini sepi. Justin telah focus dengan film yang sedang ia tonton, ntahlah ntah apa judul film ini tapi tidak begitu menarik perhatianku. Mengapa? Karena aku masih merasakan kecanggungan bersama artis fenomenal ini. Sekuat tenaga aku mencoba menonton film ini ternyata tidak buruk. Film ini menceritakan gadis cina yang telah mengahafal sejumlah angka yang ternyata kode terhadapa beberapa berangkas sehingga semua pihak mengejarnya tapi ada satu pria yang tulus menolongnya. Tapi sebentar……. Kenapa ada adegan seperti ini??? Adegan ini membuat suasana diruangan ini semakin canggung.

Aku melirik melalui ekor mataku dan melihat justin yang……..bergairah. well sebenarnya aku tidak tau gimana seseorang bisa bergairah tapi oh sudahlah lupakan.

“lou” panggil justin atau lebih tepat terdengar seperti desahan?

“lou?” tanyaku binggung dan canggung

“you” oh suara justin terdengar begitu seksi

“me?” tapi tetap aku tidak mengerti masud perkataan justin

“yes you” aku bisa frustasi mendengar suara desahan justin kalau seperti ini “lauren….lou” kini justin memandangku dengan sangat……intens

“what do…. Are you give me a new nick name?” oh aku bisa meleleh kalau lama lama melihat sorotan matanya

“yes hunny” siapapun tolong aku dari tatapan menggodanya

“oh……… okay” aku mencoba mengalihkan perhatian kefilm yang ada didepan tapi mata justin tidak berhenti melihatku, ini terasa terintimidasi olehnya

“lou?” desahnya lagi

“yes” jawabku berusaha santai tapi tetap tidak mengalihkan pandangan dari film ini

“did you know you are so pretty?” oh apa yang baru saja aku dengar, seorang justin bieber berkata kalau aku cantik? Oh tolong pegang aku sekarang

“am i?” tanyaku balik memandang matanya 

“yes and I want you right now” matanya yang hazel telah berubah menjadi gelap, ini bukan justin yang sering hangout bersama kami. Sorot matanya yang lebih tajam dan terlebih lagi setiap inci dimukanya mengeras

“want me… haha what do you mean justin?” aku tertawa canggung untuk menutup ketakutanku

“aku mau kau berada dibawahku dan menjeritkan namaku” oh shit! Siapa laki-laki ini. Apa yang telah ia lakukan terhadap justin. Matanya tidak berkedip memandangku dengan bola mata hitam yang menakutkan.perlahan tanganya mengarah kehadapanku membelai dengan lembut pipi kiriku. Oh aku harus lari sekarang juga.

“justin…” aku memanggil namanya atau terdengar seperti sebuah bisikan. Justin masih tetap memandangku dan menyeringai kearahku. Ia mulai memiringkan kepalanya kesatu sisi dan mencium bibirku. Aku terkejut tidak tau harus melakukan apa. Jujur baru kali ini lelaki menciumku. Justin terus melumat bibirku tapi aku tidak bergerak. Ia perlahan menggigit bibir bawahku sontak aku membuka mulut dan ia meluncurkan lidahnya mengesploitasi mulutku. Bagaimana aku bisa menolak ciuman dari sang popstar dunia? Perlahan secuil keberanian mendatangi diriku, aku mulai membalas ciuman justin dan aku rasa ia menyeringai diatas bibirku. 

Justin mempersempit ruang diantara kami, ia melingkarkan lengannya diseluruh pinggangku dan menarikku sehingga ruang diantara kami tidak ada dengan spontan aku mengalungkan lenganku dileher justin dan rambutnya. Ini pertama kali aku merasakan rambutnya yang begitu halus dan harum. Sekelabat bayangan jazzy muncul dipikiranku. Ini salah ini bukan lagi ciuman melainkan make out.

“justin” ucapku disela ciuman panas dari justin “we.cant.do.this” tapi justin sama sekali tidak mendengar perkataaku ia malah makin mendalamkan ciuman ini dan memegang tengkukku “justin no!” cecarku mendorong justin dari hadapanku

“we cant do this.stop!” aku segera membangun benteng pertahanan

“who said I cant?” nada bicara justin terdengar sangat beda. Dingin, tidak seperti biasanya. Mukanya telah memerah dan tatapan dari bola mata yang hitam seakan menghujamku “I want you RIGHT NOW!” 

Ini bukan pertanda baik, dewi batinku telah menyuruk dibalik sofa besar dan memandang ketakutan kearah justin.

“cmon!” justin mengulurkan tangannya tapi aku sama sekali tidak menyambutnya “I SAID NOW!” justin berteriak tepat didepan mukaku. Seketika seluruh darah tidak mengalir dimukaku. Dengan gemetar aku mengulurkan tanganku kearah justin dan dengan sigap ia menarikku keluar dari bioskop mini ini.

“justin…where are we going?” dengan gemetar aku bertanya kepada justin tapi sama sekali tidak ditanggapi oleh justin. Pandangannya lurus kedepan dan alur mukanya mengeras. Justin mendorongku masuk kekamarnya. Aku baru kali ini bisa masuk kekamarnya. Ternyata, dia sangat menghargai barang pemberian fansnya.

Terdapat banyak tempelan dikamar justin. Poster, karton yang berisi segala macam tulisan, boneka, bunga, scrapbook dan beberapa foto belieber diatas mejanya. Satu nilai plus lagi buat justin. Aku tersadarkan kalau aku disini dipaksa oleh justin dengan enggan aku membalikkan badan menatap bola mata hitam kepunyaan justin.

“put off your clothes” aku bisa merasakan mulutku telah jatuh kelantai saking besarnya aku membuka mulut. Aku mencoba menatap mata justin mencari secercah cahaya dari segala macam kebingungan yang melandaku. Tapi nihil tatapan matanya sangat gelap “PUT OFF YOUR CLOTHES” sekali lagi justin berteriak didepan mukaku sontak aku mundur satu langkah dari tempat aku berdiri

“justin…what-“ belum selesai aku menyelesaikan kalimatku, justin telah melemparku keatas tempat tidurnya dan menindih tubuhku. Kedua sikunya berada disisi kepalaku, tatapan matanya gelap dan ia langsung melumat bibirku secara paksa “justin.stop!”

Justin mengabaikan perkataanku dan makin liar mencium tubuhku. Aku merasakan justin menarik keatas t-shirt yang sedang aku pakai. Aku tidak berani membuka mataku, ini semua terlalu seram untukku lihat. Justin telah melucuti pakaianku dan mungkin pakaiannya sendiri –entahlah-. Air mata perlahan turun dari mataku bahkan sekarang aku terisak karena perlakuan justin. Justin tidak hanya mencium leher dan bibirku melainkan setiap inchi tubuhku telah terjamah oleh bibirnya

“jus…justin” aku berkata dengan isakan tangis “ssshhh” justin kembali naik keatas dan mencium bibirku untuk meredakan tangis. Tapi setiap inchi kulitnya bersentuhan dengan kulitku membuat hatiku sakit. Justin yang selama ini aku kagumi memperkosaku sekarang juga. Aku merasakan bibir justin tidak lagi berada dibibirku dan dia perlahan mundur kebawah dan merenggangkan kakiku. Bumi telan aku sekarang!!!

“did you know you are so beautiful” justin berkata dari bawahku tapi aku hanya diam menahan isak tangis, berharap seseorang datang membantuku. Sakit. Aku merasakan nyeri dibawah sana. Ahhh aku tidak bisa menahannya ini sangat nyeri

“justin stop it!” dengan sisi tenaga aku berkata dan membuka mata. Oh my ternyata aku dan justin sudah tidak memakai baju dan kini ia mencoba memasukkan dirinya kedalamku. Matanya masih memancarkan kegelapan. Persetan dengan matanya! Aku merasakan nyeri yang sangat dahsyat. Oh tidak, aku bisa hamil

“justin its hurt” justin tetap mengabaikanku dan mendorongnya lebih dalam “JUSTIN!!” pekikku ketika rasa nyeri yang tidak tertahankan lagi. Aku tidak tau apa yang justin lakukan tapi ia menggoyangkan pinggulnya diatas tubuhku. Aku merasa penuh sekarang

“cmon baby!” oh ini sangat sangat sakit

“justin hentikan!!! Kau dapat membuatku hamil!!!” ketakutan yang sedari tadi melandaku, aku tidak ingin hamil diumurku yang baru saja menginjak 15 tahun

“ohhh tenang baby, aku sudah memakai pengaman” suara justin terdengar seperti desahan seksi. Tapi bukan saatnya aku memikirkan desahannya.

“cmon lou!” justin semakin gencar mengoyangkan pinggulnya diatasku “aaaaaaahhhhhn yeah baby!” pekik justin dan kemudian dia ambruk dibadanku. Kepalanya diatas dadaku dan ia mengecup salah satu payudaraku.

“cmon lets sleep, I know you are tired” suara justin melembut dan tatapan matanya perlahan kembali cerah. Perlahan ia mengeluarkan miliknya dariku. Ini sangat nyeri. Tangisanku tidak mengeluarkan airmata lagi

“sshhh don’t cry, lest sleep lou” justin mengecup puncak kepalaku dan tersenyum dengan sangat hangat –justin yang biasanya- ia menarik selimut yang ada dikaki kami dan menutupi tubuh kami. Ingin rasanya aku berlari menjauh sekarang juga tapi apa daya nyeri yang aku rasakan dibawah membuat aku meringis. Justin menarikku kepelukan hangatnya. Ini sangat nyaman “sleep” perintahnya sekali lagi dan mengecup bibirku. Aku mencoba mencerna kepingan puzzle yang beberapa menit terjadi.

Justin Bieber memperkosaku malam ini! 

-TBC-

Angel and DemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang