11

427 45 2
                                    

Can i say, ' I love you?'

*
*
*

Taehyung berjalan gontai. Sedikit lebih lesu dari biasanya. Ia merapatkan jaketnya, dan memakai topinya. Sesekali ia menendang kerikil yang ada didekatnya. Malam ini, mungkin ia akan sedikit pulang terlambat.

"Ahjumma, berikan aku 3 botol." Ujarnya lalu duduk di pojokan. Ia menunggu pesanannya sambil melamun.

"Ini nak. Kuharap setelah ini kau tak terlalu banyak minum," Wanita tua itu memandang penuh kasihan kearah Taehyung. Ia sudah cukup lama kenal dengan Taehyung, dan menganggapnya anak sendiri.

Taehyung hanya mengangguk sebagai balasannya. Kemudian ia mulai menuangkan soju pada gelas kecil, lalu meneguknya dengan cepat. Ia kembali melakukan hal itu berulang-ulang hingga matanya mulai berkunang-kunang.

"Ya! Jung Hanna! Aku disini. Aku tidak mencelakaimu. Aku sudah menyesal karena mencelakaimu. Tapi beberapa hari yang lalu -huk- kau berkata kau membenciku." Semua orang yang berada di kedai menatapnya heran. Bagaimana bisa seorang lelaki tampan seperti Taehyung, bisa berteriak tak jelas seperti itu?

Taehyung memukul dadanya sendiri dengan keras.

"Apa kau tak bisa membedakan -huk- ketika aku sudah menyesal atau belum? Sakit sekali."

Taehyung memijat pelipisnya pelan. "Ah, pria itu. Pria itu ya? Kenapa harus dia? -huk- Hanna-ya, kau ini tidak peka sekali ya? -Huk-."

Taehyung terus menerus berbicara sendiri. Ia mengungkapkan semua isi hatinya pada angin didepannya. Ia terus menerus memukul dadanya, dan tanpa sadar ia meneteskan air mata. Ahjumma pemilik kedai itu melihatnya. Ia merasa kasihan pada Taehyung.

"Ahjumma. -Huk-. Tolong telepon gadis itu." Katanya melantur.

Ahjumma pemilik kedai itu mendekati Taehyung dan mengambil handphone dari jaketnya.

"Ahjummanim. Tolong, telepon gadis itu! Dadaku sakit sekali jika mendengar suaranya. Aish, mengapa ini begitu sakit," Taehyung meletakkan kepalanya diatas meja sambil terus melantur.

Ahjumma pemilik kedai itu segera menelepon nama gadis yang sedari tadi terus diteriakan Taehyung.

"Wae? Wae? Bocah tengik itu," Ia terus melantur tanpa henti.

Taehyung memukul meja kedai dengan keras, "Harus kubuktikan apalagi? -Huk- bocah kecil satu itu terus mengangguku dan menghalangiku."

Hari sudah menunjukkan pukul 12 malam. Taehyung belum juga beranjak dari tempatnya. Ia masih sempat minum dan kembali melantur.

"Oh, annyeonghaseyo." Sapa seorang gadis pada ahjumma pemilik kedai.

"Kau, Jung Hanna?" Tanya ahjumma pemilik kedai itu dengan pandangan penuh harap. Gadis itu mengangguk. "Ah, Taehyungie~ sedari tadi ia terus berteriak memintaku meneleponmu. Jadi, kutelepon saja."

Hanna mengangguk perlahan, "Ne, ahjummanim. Gwaenchananika. Sekarang, dia ada dimana? Saya akan membawanya pulang." Ujar Hanna dengan sopan. Ahjumma pemilik kedai menunjuk kearah Taehyung, "Dia disana. Akan kupanggilkan taksi."

Moonlight: It's You, Even If I Die [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang