1

1.8K 95 1
                                    

"Hyaa! Jung Hanna!"

Seseorang berlari sambil memanggil seorang gadis yang baru saja datang ke kampusnya itu.

Gadis itu tersenyum sambil melambaikan tangannya. Gadis yang cukup populer dikampusnya. Memiliki tubuh mungil dan kulit putih langsat, dua lipat kelopak mata dan manik mata berwarna hijau laut.

Gadis keturunan Korea-Indonesia ini menyapa balik sahabatnya, "Kau menungguku, Yejin-ah?"

Kim Yejin, gadis itu berbeda jauh dari Hanna. Ia bukan berasal dari ke keluarga kaya seperti Hanna. Tapi, Hanna menganggap Yejin sama seperti kebanyakan orang. Ia tak peduli status yang dimiliki Yejin.
Mereka bersahabat karena mereka pikir mereka saling menemukan kecocokan dalam diri mereka.

Yejin terengah-engah. "Kau ini lama sekali. Aku menunggu dikelas. Tapi kau tak datang-datang. Dan kebetulan aku menemukanmu disini."

Hanna merangkul sahabatnya itu. "Baiklah nona Yejin. Aku tahu kau berbohong. Jadi ada apa?"

Yejin mengusap keringatnya itu. "Kim Taehyung. Dia mencarimu lagi." Katanya.

Hanna memutar bola matanya, "Untuk apa dia mencariku? Ingin membuat masalah lagi? Mengapa ia tak berhenti mengangguku sih?"

Yejin menghendikan bahunya sambil menjawab, "Molla."

Tepat saat itu mata Hanna menangkap sesuatu. Seseorang yang ia kenal -tidak, musuh bebuyutannya sejak ia masuk dikampus ini. Disana ia sedang duduk manis seakan menunggu kedatangannya.

Hanna mendengus, "Mau apa lagi dia disini?"

Yejin menepuk telapak tangan Hanna. "Itu dia, Hanna-ya!"

Hanna memalingkan wajahnya ketika ia berjalan melewati musuh bebuyutannya itu sejak dulu. Kim Taehyung.

Namja paling eksis di kampus. Banyak wanita yang menggilainya, padahal dia masih junior disini. Sama seperti Hanna.

Taehyung sering sekali menganggunya. Padahal Hanna merasa, ia tak punya masalah dengan pria itu. Pria itu juga sudah dikenal sebagai playboy kampus. Selama setengah tahun terakhir, ia memacari banyak gadis. Kalau dihitung sih, bisa 20-an lebih. Bahkan sepertinya senior senior juga tak peduli jika ia harus menjatuhkan harga dirinya untuk berpacaran dengan junior mereka itu.

"Annyeong. Selamat pagi nona." Sapa Taehyung begitu Hanna melewatinya. Dengan gaya angkuh, Hanna diam tak menjawab. Ia tak peduli lagi dengan pria yang barusaja menyapanya itu.

Tapi aneh. Pria itu malah terkikik geli seolah menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Yejin dengan penasaran menatap kearah Taehyung. "Mau apa lagi pria itu?"

Hanna mengabaikan Yejin. Ia sudah terlalu malas menanggapi hal hal yang ada sangkut pautnya dengan Taehyung. Malas sekali.

Mereka berdua memasuki kelas. Dosen belum juga datang. Kelas juga belum ramai seperti biasanya.

"Jadwal hari ini jam berapa sih?" Tanya Hanna kemudian. "Yak tuan putri. Kau tak mendengar pengumaman kemarin eoh? Jadwal kita dimundurkan satu jam."

"Benarkah? Lalu mengapa kau datang terlalu awal?" Balas Hanna lagi. "Rumahku jauh nona. Kau kan naik mobil. Sedangkan aku berjalan kaki. Daripada aku terlambat lebih baik datang awal kan?"

Hanna mengangguk setuju. Jika ia terlambat ia kehilangan satu materi hari ini.

Mereka berdua duduk dibangkunya. Tengah. Tiba-tiba Hanna merasakan sesuatu yang merayap dipunggungnya itu.

"Hya! LABA-LABA! Help me Yejin-ah!" Dengan wajah ketakutan Hanna berusaha mengusir laba-laba dipunggungnya itu. Semua murid dikelas melihat kejadian itu.

Yejin menghentikan aksi gerak dari Hanna. "Tenang nona. Sabarlah sedikit eoh. Bagaimana aku bisa mengambilnya jika kau terus saja berolahraga menggetarkan dirimu(?)." Hanna diam seperti kata Yejin. Berusaha menghilangkan pikiran buruk dan kesal.

Yejin akhirnya menangkap laba-laba itu dengan mudahnya. "Nah, ini dia Hanna-ya."

"Singkirkan dia dariku sekarang. Uh~" Yejin melepas laba-laba itu melalui jendela kelas. "Selamat tinggal laba-laba jangan kembali. Annyeong~" Katanya.

"Kau gila berbicara dengan hewan, Yejin-ah?" Hanna bergidik ngeri melihat sahabatnya mempunyai kemampuan aneh seperti itu. Yejin menggeleng, "Tidak. Tapi terkadang mereka mengerti apa yang kita katakan. Keren kan?"

"Apanya yang keren dari itu?"

"Omong-omong, kira-kira siapa ya yang meletakkan laba-laba dibawah mejamu itu? Aku baru saja piket. Masa tiba-tiba ada laba-laba? Kalau ada harusnya disini ada sarang laba-laba." Ujar Yejin panjang lebar sambil mengecek bawah meja Hanna.

"Taehyung."

Entah mengapa hari Hanna semakin sial. Karena pria itu sekelas dengannya.
----

Praktikum sore sedang berlangsung hari ini. Membuat Hanna mendapat jadwal dua jam lebih lama dari biasanya.

Hari ini uji coba tentang pembiusan hewan. Jurusan yang diambil Hanna dan Yejin membuatnya mau tak mau harus bersentuhan langsung dengan kelinci. Padahal Hanna sendiri tak begitu suka dengan kelinci.

"Owow, bagaimana ini? Eotteohkke?" Hanna tampak takut takut memegang kodok didepannya. Penuh lendir.

Tapi berbeda dengan Yejin. Ia tetap santai memegang kodok. Seperti ia memegang laba-laba tadi. "Kau pegang bagian badannya saja. Tak apa. Hanya berair sedikit." Katanya sambil memberi contoh.

"Mengapa kau bisa begitu santainya memegang?"

"Lalu untuk apa kau mengambil jurusan ini jika tak melakukannya?" Balas Yejin. Hanna mengangguk setuju. Sahabatnya memiliki sejuta kalimat untuknya. Dan kebanyakan itu berupa motivasi. Itulah yang membuat Hanna merasa cocok berteman dengan Yejin.

Hanna mulai menyiapkan obat biusnya dan bersiap menyuntikkan pada kodok didepannya. Ia mengambil buku map yang merupakan tempat untuk menulis hasil percobaan kodoknya.

Ia memperhatikan kodok itu dengan seksama. Melihat kodok itu mati perlahan. Eh? Mati.

Hanna menggoyangkan tubuh kodok didepannya itu. "Bangun ey, ireona palli. Seharusnya bius ini tidak bertahan terlalu lama. Mengapa dia tak bangun-bangun. Kodok. Ey bangun. Yak!" Hanna berbicara sendiri dengan kodoknya.

Yejin menatap bingung sahabatnya. 'mengapa ia jadi sepertiku? Berbicara dengan hewan.' Batinnya

"Yak kodok. Kau menyusahkanku. Bangun eoh. Ireona palliwa!"

Yejin mendengus. "Ya! Kau salah memberinya obat biusnya tahu. Yang ini tak akan tahan dengan sistem sarafnya. Kau ini."

"Jadi dia mati?"

"Kau yang melakukannya."

"Eotteohke? Apa aku harus menguburnya?"

Yejin memutar bola matanya. Mengabaikan kalimat aneh Hanna itu.

"Hyaaa!"

Hanna terlonjak kaget melihat kodok menempel pada bahunya. Ia sempat berpikir kodok itu hidup lagi sebagai arwah. Tapi kodok melompat ke meja praktikum. Hanna menatap dua kodok didepannya itu. Yang satu mati yang satu hidup. Hanna mengelus dadanya lega. Untung saja tak ada barang pecah disana.

"Kim Taehyung, grrr." Hanna menatap tajam kearah Taehyung yang sedang tertawa disampingnya.

"Lucu sekali wajah ketakutanmu itu." Taehyung menutup mulutnya dan memegangi perutnya menahan tawa.

"Maumu apa sih?"

Yejin menenangkan Hanna. "Sudahlah tak usah kau tanggapi."

"Apa yang terjadi disini, Kim Taehyung dan Jung Hanna?" Dosen Kim yang menyadari adanya keributan langsung bertanya kepada orang yang bersangkutan.

Taehyung seketika menghentikan tawanya.

"Kalian berdua. Ikut ke ruangan saya sekarang."

'ini gara namja sialan itu.' Batin Hanna kesal.

Hanna melirik sedikit kearah Taehyung yang berjalan disebelahnya dengan gaya cool nya. Seperti tidak terjadi apa-apa.

Ma second ff. Gatau ntar jadinya gimana wkwk

Moonlight: It's You, Even If I Die [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang