part seven

17.2K 871 22
                                    

Setelah beberapa lama menimang. Akhirnya aku memutuskan untuk membeli rumah itu. Sepertinya jika aku menghitung hasil penjualan mobil dan rumah sangat cukup untuk membeli rumah itu.

Lagi pula jika dipikirkan lagi, aku akan kesulitan mencari rumah yang nyaman,sederhana dan murah seperti rumah ibu Trisna. Bahkan ibu Trisna juga sudah pulang ke kampung halamannya tiga hari yang lalu.

Setelah menyelesaikan segala tetek bengek denganku, ibu Trisna segera kembali ke kampungnya. Karena katanya beliau sudah sangat merindukan keluarganya disana.

Sisa dari uang tadi aku berikan kepada orang tuaku.

Aku mengantarkan mbak Tina ke agen bus dengan berat hati aku memberhentikan mbak Tina.

"Mbak, maaf kalo selama ini aku ada salah ya." Ucapku sambil menghapus air mataku. Selama ini aku hanya tinggal ditemani mbak Tina.

"Iya, non. Saya juga minta maaf kalo saya ada salah ya." Mbk Tina memelukku cukup lama.

Kemudian aku memberikan amplop berisi uang yang memang sepadan dengan kerja mbak Tina selama ini padaku.

"Ini mbak, cuma ini yang Sena punya. Makasih ya mbak udah bantu Sena selama ini."

"Non Sena, jangan lupa kabar-kabari saya ya. Jika non Sena butuh saya, hubungi saya aja ya, non."

Aku mengangguk dan tersenyum. Mbk Tina sudah masuk ke dalam bus tersebut.

Aku memilih berjalan menuju rumahku. Memang cukup jauh. Tapi entah mengapa aku sedang malas naik kendaraan umum hari ini.

Aku cuti lagi dari mengajar. Ibu kepala sekolah juga sepertinya mengerti keadaanku. Beliau mengijinkan.

Sebenarnya sahabatku sudah menawarkan bantuan. Tapi aku menolaknya, aku hanya tidak mau mereka akan mendapat imbasnya dari Arsen.

Arsen? Iya! Aku tau semua yang terjadi adalah kelakuan lelaki brengsek yang sangat aku cintai itu.

Jika ada yang membantu aku. Arsen akan menghancurkan orang itu perlahan. Aku menjamin itu terjadi.

Cuaca mendung siang ini. Suara petir sudah terdengar. Pejalan kaki dan pengendara motor juga sudah mulai menepi. Mereka berteduh sejenak.

Gerimis air hujan sudah berubah menjadi hujan deras yang jika terkena kulit akan terasa sedikit pedih.

Aku sudah menahan sesak dari tadi. Rasanya benar-benar menyakitkan. Aku merasa bersalah dengan orang tuaku karena semua ini karena aku.

Tapi aku juga tidak bisa melakukan apapun. Menyakiti Arsen aku tidak sanggup. Membalasnya apalagi. Aku benar-benar lemah karena sibrengsek itu.

Air mataku bercampur dengan air hujan  yang membasahi rambut dan wajahku.

Kemeja biru dan celana jeans yang aku kenakan juga sudah basah kuyup.

Aku yakin air mataku tidak akan terlihat orang lain. Tapi walau bagaimanapun mereka tetap melihat ku dengan tatapan yang aneh.

Aku tidak perduli. Udara dingin yang mulai menyapa tubuh tidak aku perdulikan.

Aku ingin menangis sejadi jadinya hari ini. Mencampurkan air mataku dengan air hujan. Kemudian setelah ini, aku berjanji akan menjadi wanita yang lebih kuat lagi.

Merasa aku sudah sangat lelah. Aku melihat bangku kosong di taman. Segera aku berjalan dan duduk disana.

Aku tidak mengeluarkan suara tangis ku. Percayalah aku hanya diam seperti batu, tapi air mataku berjatuhan.

Tempat ini sepi karena hujan deras. Benar-benar cocok suasananya untuk aku menangis.

-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-

- Arsen pov -

Aku mengamati wanita yang sedang duduk di kursi taman itu dengan hati tak menentu.

Dia sudah gila? Ujan begitu deras. Dengan santainya dia duduk disitu.

Dia bisa menutupi tangisnya di bawah guyuran hujan. Tapi tidak dengan aku.

Aku tau dia sedang menangis di sana. Merasakan kepedihan nya sendiri.

Memang itu yang aku inginkan. Setelah dia benar-benar susah, dia akan datang kepadaku.

Tapi ntah melihatnya seperti ini, membuat aku sakit hati. Aku seperti tidak suka melihatnya.

Tapi jangan kalian berpikir aku mencintainya. Aku tidak mencintai wanita itu. Aku hanya membutuhkan tubuhnya itu.

Memang setan dalam diriku terbangun setelah wanita itu berada dibawah ku.

Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya. Termasuk ketika Sari menikah.

Aku hampir saja membuka pintu mobilku dan menghampiri wanita itu. Aku tidak suka melihatnya seperti ini.

Tapi belum sempat aku membuka, aku melihat seorang lelaki mendekatinya dengan sebuah payung di tangan nya.

Sena menatap lelaki itu dengan tatapan yang bingung dan terkejut. Lelaki itu terlihat tersenyum kepada Sena sangat tulus.

Aku mengepalkan kedua tanganku ketika melihat lelaki itu merangkul Sena dan membiarkan Sena menangis di bahunya.

Segera aku membuka pintu mobilku kemudian berjalan dengan angkuhnya menuju mereka berdua.

"Sena" panggilku dingin.
Sena mendongak menatapku terkejut dan segera menjauh dari lelaki yang telah memberikan bahunya kepada Sena.

Sena menatapku bingung kemudian segera berdiri dan hampir berlari. Lelaki tadi hanya menatapku tajam tanpa berkata apapun.

Dia juga membiarkan Sena lari.
Aku segera mendekati Sena. Segera aku memeluk wanita yang terlihat sangat rapuh itu. Menyembunyikannya di dada bidangku. Dia menangis karena aku, tapi aku juga yang menenangkannya.

Sangat lucu bukan mempermainkan hati orang yang mencintaimu?

~ to be continue ~


Addict YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang