"Menikah..."
Mendengar itu langsung dari Papi dan Mommy membuatku bingung.
Aku harus tertawa atau menangis?
"Menikah..." gumamku dan kemudian tertawa.
Spontan Okta menjitak kepalaku dan membuatku membuka mata lagi.
"Saraf lu!!" protes Okta sambil memelototkan mata padaku.
"Ada apa sih??" tanya Andra bingung karena Okta tiba-tiba menjitak kepalaku.
Aku diam sejenak, kalau aku cerita pada mereka bisa dipastikan mereka akan menertawakanku. Jadi kurasa akan lebih baik kalau rencana Papi dan Mommy ini kusimpan saja sendiri. Berita ini adalah berita bahagia Papi dan Mommy sekaligus berita duka untukku tapi...
"Lu kenapa??" tanya Andra yang melihatku tiba-tiba diam.
"Papi sama Mommy..." ucapku sambil telentang menatap daun-daun yang bergerak tertiup angin.
Okta dan Andra menoleh kearahku ketika aku tiba-tiba murung dan menggantung ucapanku.
"Kenapa mereka??" tanya Andra dan Okta bersamaan. Aku menoleh kearah Andra dan Okta bergantian lalu kembali kutatap cahaya matahari yang masuk menembus rimbunnya daun pohon beringin dan mangga ini.
Apakah aku bisa menentang permintaan orang tuaku seperti sinar matahari itu yang terus menerobos rimbunnya daun?
Apakah aku mampu membuat mereka terluka?
Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan cepat, "Mereka sedang bahagia..." gumamku kemudia seraya mendesah kembali.
"Karena??" tanya Okta sambil mengetukkan jari lentiknya di dagu, membayangkan hal apa yang membuat orang tuaku bahagia selain kelulusan kami.
"Salah salah... tapi mereka sangat sangat bahagia..." sahutku masih dengan melamun dan menatap daun-daun itu.
"Apaan sih??" tanya Andra mulai tidak sabar.
Aku menoleh pada Andra, lalu mengembungkan pipiku, mengisinya dengan banyak udara lalu mengembang kempiskan pipi kiri dan kananku secara bergantian.
"Minggu depan serumah pergi rame-rame ke Belanda..." ucapku akhirnya.
"Mau ngapain??kerja rodi??" tanya Okta seraya terkikik diikuti tawa Andra. Akupun ikutan meringis mendengar ucapan spontan Okta.
Kerja rodi? Yah, mungkin saja. Siapa yang tahu?
"Buat nikahan gue..." ucapku diiringi desahan berat.
"A-apa?!" pekik Okta dan Andra bersamaan dengan kaget.
"Lo -- Lo married??" tanya Okta yang tersadar sebelum Andra.
"Iya... hhhhh..." sahutku seraya mengembungkan pipiku lagi sambil mengangguk.
"Lo becanda yaa?!" pekik Andra menyambung perkataan Okta.
"Sayangnya teman-teman gue yang paling cantik... Gue serius dan ga lagi becanda...hiksss.." ucapku sambil mencebikkan bibirku dengan wajah sedih.
"Sama siapa??" Okta ini benar-benar tidak punya hatikan?!
"Gue nggak tau... Mommy bilang, tuh orang pernah kesini...tapi mana gue inget?! Kalian tahukan kalau ingatan gue sangat-sangat buruk!" sahutku sedih.
"Emang gue pernah sebut nama Nathaniel Van Dirck?" tanyaku seraya mencoba mengingat-ingat nama asing itu.
"Dirck??" tanya Okta.
Aku hanya mengangguk dan tetap saja aku tidak ingat dia itu siapa.
"Dirck?? Van Dirck?" gumam Andra berusaha mengingat juga.
"Sovia Arabella Van Dirck... keren jadinya nama lo Sov!" ucap Andra sambil tersenyum dan mengacungkan dua ibu jarinya.
"Slompret!!" protesku kesal karena bukannya memecahkan masalah, tapi membuat suasana keruh.
"Van Dirck???" Andra mengulang lagi dan Okta juga sama menyebut nama itu dengan pelan seraya mencoba mengingat-ingat sesuatu.
"Astaga!! itu kan si gendut yang pernah lo ceritain waktu kita masih TK!ingat nggak??" tanya Okta padaku dan Andra, dia ini memang yaahhh... bisa dibilang paling pintar dari kita bertiga karena dia memiliki ingatan yang paling bagus diantara kita bertiga.
"Si gendut??" tanyaku dan Andra bersamaan.
Lanjut besok ya readers...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream Love ( By Yui ) [OPEN PO]
Chick-LitIni memang bukan zaman Siti Nurbaya tapi perjodohan masih saja terjadi dimana-mana, terbukti aku salah satu yang menikah karena dijodohkan. Dan cara terbaik menjalani perjodohan itu adalah menjadi istri yang sangat menyebalkan!! Hu-um, aku akan menj...