"Si gendut??" tanyaku dan Andra secara bersamaan.
Aku berusaha mengingat siapa si gendut yang dimaksud Okta.
Si Gendut...
Gendut...
Memang ada ya?
Astaga!
Aku geleng kepala, mengenyahkan seseorang yang melintas diotak kecilku. "Si gendut yang waktu kecil memakan habis makananku??! yang menghabiskan ice cream strowbery kesukaanku?! ya-yang menghabiskan isi stok dikulkasku dan masih merengek minta tidur dikamarku??!" tanyaku tak percaya.
"Astaga!!" Okta dan Andra bergidik ngeri mendengar apa yang baru saja terucap dari mulutku. Tapi yang paling mengerikan adalah saat Okta mengangguk yakin sambil meringis.
Mengerikan? Bagaimana tidak, waktu kejadian itu aku marah besar dan kabur dari rumah, mengungsi dirumah Andra karena kehadiran bocah laki-laki super gendut yang menyebalkan.
"Kau akan jadi istri si gendut yang doyan makan itu,Sov?" tanya Andra pelan hampir berbisik.
Aku menatap Okta dan Andra bergantian. Seakan sudah tertulis kiamat didahiku sehingga Okta dan Andra bergeser sedikit dari duduknya menjauhiku.
"Ta-tapi...duhhh...gue nggak mau married sama dia!!gimana dong??bantuin gue buat batalin pernikahan ini..." rengekku pada mereka berdua.
"Kenapa nggak bilang sama abang lu?" tanya Andra yang ngefans berat sama Dito kakak tertuaku.
"Dito nggak bisa diandalin!semua orang ngedukung gue married sama tuh mobil Van!" ucapku ketus sambil memoncongkan bibirku dengan memasang wajah cemberut tujuh turunan dan hal itu kontan membuat Okta dan Andra tertawa keras.
Sialan mereka ini, bukannya membantu tapi menertawakan teman.
Apa ini yang namanya persahabatan?!
Arghhhh!!!
"Lu coba aja dulu Sov! kalau dia oke kan lumayan. Bisa perbaiki keturunan..." aku memutar bola mataku mendengar ucapan Okta.
"Dilihat dari mana okenya coba?! Dari menara Eiffel pakai sedotan aqua??!" kesal, refleks aku mengacak rambutku dengan frustasi.
"Bayangin deh! Dia itu gendut, trus dimana-mana ada banyak makanan dan ihhh... nggak bisa bayangin kalau dia jadi menikah sama gue..." aku bergidik ngeri membayangkannya.
Aku menoleh pada Okta yang menggerakkan tangannya seolah membentuk bentuk tubuh seseorang yang besar, sementara Andra mengembungkan pipinya sebesar mungkin sampai matanya melotot padaku.
Astaga, pasti mereka membayangkan bagaimana besarnya mobil Van itu saat ini.
Akupun membayangkan versi anak kecil gendut itu yang sekarang pasti bertambah gendut lagi dengan makanan dikiri dan kanan tangannya.
Saat aku menoleh pada Andra dan Okta, spontan kami bertiga bergidik ngeri dan aku segera geleng kepala menghilangkan apa yang aku bayangkan.
"Sabar Sov... hitung-hitung perbaikan keturunan..." Okta meringis dan mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membuat simbol peace.
"Idih!! gue nggak mau!!" seruku tegas sambil geleng kepala.
"Yaahhh... jalanin ajalah... atau kalau lo nggak mau usir balik aja dia kenegaranya!!" sahut Andra ringan.
"Bener itu..." Okta ikut menambahkan.
"Sekalian lu balas dendamkan dendam nenek moyang kita yang dijajah mereka! saatnya balas dendam!" ucap Okta lagi sambil mengangguk dan menyemangatiku.
"Balas dendam??" tanyaku bingung.
"Nenek moyang??" sambungku yang masih bingung dengan apa yang Okta ucapkan barusan.
"Iya! balik jajah dia!! buat dia yang minta cerai sama lu... buat dia nggak betah hadapi lu!! alasan kek lu masih kuliah... masih ingin kerja jadi..." Andra sengaja menggantung kalimatnya dan tentu saja itu membuatku penasaran.
"Jadi?" tanyaku sambil menaikkan alisku.
"Jadi biar malam pertama lu nggak buru-buru terjadi..." lanjut Okta menyambung kata-kata Andra.
"Astaga!!!" aku geleng kepala menyadari pemikiran Okta yang jauh sekali ke depan.
"Siapa yang mau menikah dengannya?!" bantahku kesal.
Aku kembali merebahkan tubuhku dirumput dengan malas dan kembali menatap daun-daun yang jatuh.
"Tapi... benar juga sih..." gumamku pelan sambil menggigit bibir bawahku. Kebiasaanku disaat aku mulai gugup atau berpikir keras.
"Kurasa... gue nggak punya pilihan lain selain menikah bukan??" gumamku dengan desahan napas panjang.
"Menikah bukan akhir dari segalanya kan?" aku menatap Okta dan Andra.
"Umm..."
"Sudah tidak usah dijawab... saatnya aku membalas dendam pada perbuatannya dulu! Yupz!" sahutku yakin.
"Ok! Semangat Soviaaaaa!!!" teriak Okta dan membuat aku meringis.
"Kamu bisaaaaa!!!" teriak Andra juga dan akhirnya kami bertiga tertawa bersama.
Hhh, lupakan bebanmu Sovia... dan mulailah menyusun stategi balas dendam.
AKU BISA!
Dan begitulah akhir dari sesi curhat ku sebelum acara perpisahan.
Sehari sesudah perpisahan Okta berangkat ke Australi dan tiga hari kemudian giliran Andra dan aku berangkat meninggalkan Indonesia. Andra terbang ke Perancis menuju sekolah mode dunia, sementara aku dan rombongan keluargaku pergi ke Belanda.
Dan aku sudah berjanji tidak akan menyerah pada pria gendut itu. Ini akan jadi pembalasanku.
Pembalasan yang manis dan akan membuat dia jengah, lalu menyiksanya sampai puas.
Aku tersenyum lebar membayangkan pembalasan apa yang cocok untukku.
Misi saat ini adalah menjadi calon istri yang menyebalkan!!
Go Sovia!!!
Part ini sudah Yui revisi, semoga menghibur yaa...
Thanks buat yang udah Vomment ya...
Love u full guys...😘😘😘😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream Love ( By Yui ) [OPEN PO]
Chick-LitIni memang bukan zaman Siti Nurbaya tapi perjodohan masih saja terjadi dimana-mana, terbukti aku salah satu yang menikah karena dijodohkan. Dan cara terbaik menjalani perjodohan itu adalah menjadi istri yang sangat menyebalkan!! Hu-um, aku akan menj...