Honey moon

25.7K 1.8K 4
                                    

Sovia Pov

Setelah memberikan pelukan dan ciuman pada Mommy, Papi, Dito, Yoga, Ana dan kerabat Nathaniel kamipun masuk ke dalam mobil pengantin yang mewah dan entah mobil ini membawa kami pergi kemana.

"Kita kemana??" tanyaku heran sambil melihat jalan yang semakin sepi.

"Honeymoon ke tempat istimewa." ucapnya ringan yang kemudian memejamkan mata seolah tidak ingin diganggu oleh pertanyaanku yang tidak penting.

Honeymoon?!

"Aku ingin pulang!!" seruku panik begitu menyadari apa yang baru saja Nathaniel ucapkan.

"Heiii nona... bisakah kamu diam sebentar??aku mengantuk sekali..." gumam Nathan tanpa membuka mata.

Akupun terdiam dan menurut saja mengingat dia sangat sibuk menyiapkan pernikahan ini. Saat kami sampai dibandara dan terbang entah kemana aku hanya diam dan menurut.

Saat aku berusaha membuka mata ruangan ini sudah berbeda dari yang terakhir kali ku ingat. Ruangan ini sedikit temaram, hanya lampu kecil disudut ruangan yang memantulkan cahaya dan anehnya terdengar suara ombak yang begitu dekat sekali. Apa ini ditepi pantai?

Saat mataku benar-benar bisa menyesuaikan dengan keadaan sekitar aku terbelalak kaget. Langit bersemburat merah orange dan itu sangat indah sekali.

Aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar. Ternyata aku berada diatas kapal pesiar yang kini sudah berada ditengah lautan.

Apakah dia menculikku dan ingin membunuhku supaya tidak ada jejak?!

"Sudah bangun?" gumam suara beratnya saat menyadari aku berjalan menuju tempatnya berdiri.

"He-em" sahutku. Dia menoleh padaku dan itu sangat terlihat sexy.

Aku menarik gaun pengantinku yang panjang dan Nathan mengulurkan tangannya untuk membantuku tapi aku tidak peduli dan mengabaikan uluran tangannya.

Dia tersenyum kecil melihatku yang mengabaikan bantuannya.

"Kita dimana??" tanyaku ragu.

Berada jauh dari orang tua dan bersama orang asing itu sangat menakutkan, yah- meskipun statusnya sekarang suamiku tapi itu tetap terasa aneh.

"Jangan pikirkan kita dimana.." sahutnya sambil mematikan rokoknya. Aku baru menyadari bahwa dia ternyata merokok.

"Ku harap kamu tidak membuatku sakit kepala!" tegasnya padaku seolah aku ini adalah gadis pengacau.

"A-apa?!" kurasa pendengaranku sedikit terganggu.

Bagaimana dia bisa berkata begitu padaku.

"Kamu yang membuatku sakit kepala!" protesku keras.

Nathan menatapku dan spontan aku membuang pandanganku kearah lain dan kudengar tawa kecilnya, tawa yang terdengar meremehkan dan mengejekku.

"Ini..." katanya sambil memberikanku sebuah map merah.

"A-apa ini??" aku menatapnya heran. Aku mengerutkan alisku dan menatapnya dengan tatapan curiga.

Apa itu coba?

Surat wasiat bahwa aku bunuh diri dengan suka rela? Apa dia benar-benar akan membunuhku?

"Semua hal yang berhubungan dengan dirikuu ada disini, tinggal baca saja..." Nathaniel menyalakan sebatang rokok lagi.

"Jadi..., kamu tidak perlu bertanya terus padaku! saat orang lain bertanya kuharap kamu tahu siapa suamimu ini" desisnya.

Dengan ragu aku menerima map itu. Kulirik Nathan meneguk minumannya yang tinggal setengah gelas. Minuman berwarna gold berkilau dengan gelembung-gelembung kecil yang menarik.

"Ok, akan kubaca nanti..." aku memandang lurus ke depan.

Krukkkkk...

"Ummm... kita makan apa?? aku lapar..." aku meringis sambil memegang perutku yang kini melilit karena lapar.

"Ada sandwich di dalam... ambil saja..." ucapnya datar.

"Aku tidak suka!! aku mau nasi!!" seruku kesal.

"Hhh,tidak ada nasi di tengah laut nona!!!" ucapnya datar.

"Pokoknya aku mau itu!!" sahutku kesal dan tidak mau tahu, pokoknya aku mau makan nasi!

Nathan geleng kepala dan aku cemberut.

"Memang ada orang lapar pilih-pilih makanan?" dengusnya dan memalingkan wajahnya dariku yang merengek minta nasi.

"Oh,yaa... kenapa tadi menciumku? seharusnya-"

"Seharusnya memang begitu..." sahut Nathan sebelum aku bicara lebih banyak.

"Ta-tapi..."

"Kamu tidak menyebutkan persyaratan di dalam perjanjianmu kan??"

"I-itu.." aku terdiam, mengingat-ingat kembali ucapanku.

Benar yang dia bilang berarti aku harus menambah syarat lagi.

"Lagi pula mencium tidak akan membuatmu hamil dan melahirkan bayi.." sahutnya sambil terkekeh.

Aku cemberut dan hendak melabraknya tapi itu semua tidak ada gunanya. Kalau aku melawannya bisa dipastikan aku kalah telak. Dari segi postur dia tiga kali besar badanku.

"Sedang memikirkan syarat tambahan??" tanya Nathan padaku.

"A-apa?! tidak a-aku tidak-"

"Masukkan dalam syaratmu aku tidak boleh menyentuhmu..." gumam Nathan sambil meneguk minumannya dan kembali ke dalam kapal.

Aku memandangnya dengan perasaan bersalah tapi aku tidak mau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Aku ingin pernikahan ini tidak berjalan lama.

Apa yang harus kulakukan?

Aku menatap Nathan yang mengabaikanku dan itu sangat menyebalkan.

Menyebalkan? Benar juga...

Jadi, aku harus menjadi gadis yang menyebalkan?

Yah, menyebalkan!

Ice Cream Love ( By Yui ) [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang