#1 sa: ABSURD-TOO-MUCH

1.1K 62 4
                                    

(Selamat menikmati dan jangan lupa tinggalkan jejakmu, dear...)

Bagian Sa #1
Absurd-Too-Much
"...Ku sadari apa maumu saat kau memujaku. Cobaiku saja tapi diriku tak bodoh. Godai hatiku, ku takkan melihatmu. Diamkan diriku, ku kan lari mengejarmu..."

::

"Hah, lo lagi gak ngelawak kan?"

Dengan asap yang menggepul-gepul dari sebatang rokok menthol yang dihisapnya, Sreevia mengeluarkan eskpresi terkejut gak bangetnya pada Agnesya yang sedang mencoba-coba kaca mata bermerek keluaran terbaru.

"Apakah gue keliatan bercanda, Nyonya Via? Setelah dua paragraf deskripsi gue cuap-cuapkan tanpa jeda sedetikpun? Apa lo mau gue ngulangin lagi?" Cewek berblazer pink pucat itu berlagak pura-pura mikir. "But, gue mau di tempat rada elit. Misalnya, restoran mahal kayak waktu lo traktir gue kapan tau itu."

"Dalam mimpimu!" Seru Via malas. "Dan gue harus ngeliat sisi lain lo yang najong banget itu?" Tampang jijik-too-much terpeta jelas di muka Via.

"Kembali ke topik utama." Aggnie meletakkan kembali kacamata keemasan itu. Ia harus berpikir dua kali untuk membelinya. Bukan. Tiga bahkan lima kali mungkin. Mengingat keuangan bulan ini menipis drastris. Book fair minggu lalu di aula kampus telah membuat dompet ungu menterengnya yang selalu penuh helai demi helai si merah ke tahap kosong melompong. Aggnie bahkan harus rela meng-off-kan majalah langganan bulanannya. Dia gak mungkin minta lagi ke sang papi yang ortodoks-too-much itu (Terlalu jahat memang. Tapi apakah ada yang lebih ortodoks dari menjodohkan anak karena ramalan mengatakan yang lahir di tahun ganjil harus menikah dengan orang yang sama zodiaknya? Sejak saat itu papi mendadak jadi tukang sensus zodiak anak cowok semua rekan bisnisnya) walau alasannya duit-abis-karena-beli-buku-satu-lusin. Coz Aggnie hanya membeli novel. Gak ada buku yang berbau-bau pendidikan sedikitpun. Jangankan berbau, yang judulnya mendidik aja ga ada. So, dengan berat hati-plus berat beneran kacamatanya-ia meletakkan kacamata keluaran terbaru itu kembali ke tempatnya. Ia sempat menghela nafas frustasi. Ah, bazar buku sialan.

"Lo tau betapa gak modern-nya papi gue kan, Vi? Mana mau tau banget deh dia tentang ke-demokatis-an di Indonesia ini. Yang dia tau adalah kalo gue gak nurut sama titah yang dia rangkai dari gue orok adalah gue akan sial. Sorry, keluarga gue yang sial. Bisa lo bayangkan, Vi? Calon hubby gue itu bisa aja lebih tua la-la-la dari gue. Maybe seumuran Pak Dion deh."

"What? Are you kiddin' me, again?" Via bangkit dengan tampang shock. "So old. Pak Dion kan twentysumthin'-for-thirty?" Via berbisik ngeri. Antara ngeri dengan penuturan Aggnie dan ngeri melihat deretan nol di label harga jam tangan yang sedang ia pegang. Hati-hati ia letakkan lagi jam tangan itu. "Ehhm, mukanya gimana?"

Aggnie mendelik. Namun Via tak menyadari itu.

"Kayak Pak Dion juga? Brewokan but so sexy?"

"Gak tau dan gak mau tau. Buang-buang waktu. Ngerjain tugas kuliah aja sudah cukup menguras waktu. Mending waktu luangnya gue bawa shopping deh, lebih bermanfaat." Jawabnya menggebu-gebu.

"So, apa yang bakal lo jadiin alesannya?"

"Liat nanti aja deh. Males gue mikirnya." Aggnie berjalan ke deretan gelang-gelang lucu. Ia ambil satu lalu memakainya. "So cuteee. How do I look?" Ia memutar-mutarkan pergelangan tangan mungilnya di hadapan Via.

"Biasa aja." Via memang gak tertarik dengan gelang-gelangan. "Saran gue ya, mending lo liat dulu tampang tuh calon hubby lo. Siapa tau papi lo yang gak modern to de max itu malah milihin calon mantu era 2023. Yang keren tak tertandingi dan bisa mengeluarkan laser dari kukunya."

Aggnie manggut-manggut tak berminat. Memangnya ada gitu orang ortodoks milih sesuatu yang gak ortodoks juga? Pikirnya kejam. "I wish. Yuk balik."

"'Kay."

YOUKAUGATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang