Chapter 7

30 11 10
                                    

Helena berjalan gontai di ikuti oleh Lucy di koridor menuju ke kelasnya.

Bruk...

Karena tidak fokus Helena sampai lengah hingga menabrak seseorang.

Helena menengadahkan kepalanya mencari tahu siapa sosok yang telah dia tabrak.

"M-maaf". Helena mendongakkan kepalanya karna sosok itu sedikit lebih tinggi dibandingkan dengannya.

Helena hanya mendapati wajah datar itu tanpa menatapnya.

"R-Re-y?" baru saja dia mengucapkan nama dari sosok yang ditabrakknya tadi tapi sosok itu tiba-tiba berselojor tanpa menghiraukan Helena.

Rey hanya mengulas senyum saat melewati Lucy. Kemudian sosoknya hilang, tak erlihat lagi di koridor.

"Ada apa dengannya? Tanya Lucy "tidak biasanya dia bersikap dingin seperti itu padamu" lanjut Lucy dengan heran, seperti ada tanda tanya besar di kepalanya.

"Hahaha....bukannya itu lebih baik?" Helena terkekeh.

"Mana kertas yang kemarin ku berikan padamu?" ujar Helena saat telah berada di kelas.

Lucy mengeluarkan kertas dari dalam tas kemudian menyodorkannya ke Helena.

"Disini kan tampak jelas. Ujar Helena sembari memperhatikan nama dan nomor telpon yang bertuliskan Helena Walker diantara beberapa nama yang lain. Tentunya nama para penghuni kelasnya.

Eits... Penghuni maksudnya adalah teman-teman kelasnya. Bukan mahluk astral.

"Bagaimana? Apa dia menelponmu tadi malam?" Lucy ingin tahu. Karena memang kemarin Helena meminta agar Lucy mengedarkan buku telpon untuk diisi dan diedarkan ke segala penjuru dan pelosok kelasnya.

"Hem... Helena menarik nafas panjang. "Di luar rencana." lanjutnya

"What happend? Apa ada kesalahan?" tanya Lucy yang tak puas akan jawaban Helena sebelumnya.

" Micle tidak menelponku. Yang ada hanya jejak Rey." Helena tampak malas untuk membahas kejadian tadi malam.

"Jejak Rey? Maksudmu?" Lucy semakin penasaran.

" semalam Rey menelponku katanya ingin mengataan sesuatu yang selama ini terpendam olehnya. Aku sudah menebaknya dan sebelum dia mengatakannya aku langsung to the point bahwa aku tak mau menjadi kekasihnya." tutur Helena panjang lebar dan berhasil membungkam Lucy sesaat.

Hening. Tak ada suara diantara mereka.

"Yap... Jadi itu sebabnya sikap Rey berubah drastis padamu. Aku rasa dia marah padamu." celoteh Lucy memecahkan keheningan.

Helena berbalik menatap Lucy lekat-lekat. "Itu bagus... Karena aku memang memintanya." jawab Helena dengan santai.

"What??? Jangan bilang kalau Kau menyuruh agar Rey menjahui mu. " Lucy menekankan nada suaranya tepat pada kata menjauhi.

"Sayangnya. Tapi itulah yang terjadi." Helena mengulas senyum penuh kemenangan.

"Helena... Setelah kau memberi harapan, lantas ini yang kau lakukan padanya." ujar Lucy dengan nada bahasa yang berbeda dari sebelumnya.

"Apa maksudmu? Aku tak pernah memberi harapan padanya. Aku juga tidak pernah memintanya untuk menyukaiku." Helena mulai terpancing emosi.

"Miss Helena... Ku kira kau cukup pintar. Ledek Lucy "semua orang punya hak untuk jatuh cinta dan mencintai. Apa salahnya? Itu sudah kodrat alam." cerocos Lucy kemudian.

"Kau lupa? Tapi aku juga punya hak untuk menolak. Kau pikir aku orang bodoh yang mau saja menerima dan melakukan sesuatu yang menentang kata hatiku? Ini murni karena salahnya, mencintai orang yang salah." timpal Helena tak mau kalah.

"Apakah menurutmu mencintai seseorang adalah sebuah kesalahan? Apakah itu adalah sebuah kejahatan? Kalau menurutmu demikian, ternyata kaulah penjahat terbesar didunia." jelas Lucy yang terlihat kalap, Lucy tak kuasa lagi menahan rasa sakitnya selama ini.

Helena mulai mendekati Lucy.
"Apa maksud ucapan mu Lucy?" tatapan mata Helena mulai berkaca-kaca.

"Kau sama seperti Rey, oh tidak... Lucy menggeleng "kau bahkan lebih darinya. Lucy menatap tajam Helena. Tak ada lagi tatapan persahabatan yang terpancar dari sorot mata Lucy.

"Kau bahkan rela mengorbankan kebahagiaan orang lain demi keinginanmu, kau tak pernah mau memperdulikan kesedihan dan jeritan orang-orang disekitarmu. Kau hanya terobsesi dengan Micle, kau melakukan apa saja untuk menarik perhatiannya. Dan itu yang kau anggap hak mu? Sehingga kau tampak bebas berbuat sesuatu tanpa perasaan bersalah? Kau jahat Helena...." teriak Lucy di telinga Helena.

Helena tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut Lucy. Helena bungkam dan terkulai lemah...

"Miss Helena??? What wrong with you? Hah?" bentak Lucy melampiaskan kekesalan

"Apa masalah mu dalam hal ini? Kenapa kau sampai memarahiku hanya karena masalah ini? Kenapa kau tega menyakitiku Lucy? " Helena angkat bicara setelah bungkam beberapa saat.

"Luc...". Ucapannya terhenti saat merasakan sepasang tangan kekar memeluknya. Sosok yang memergoki pembicaraan mereka sejak tadi tanpa sepengetahuan mereka.

"Cukup Helena..... " Rey mencoba menenangkan Helena yang sudah dibanjiri air mata.

Lucy mendengus kesal melihat adegan memuakkan itu terjadi di depan matanya.

☺☺☺☺☺☺☺
Hi readers.. 🙌
Ini adalah chapter terpanjang yang pernah ku buat.💪👏

Ini atas saran dari @lightear_altair

Vote dan commentnya q tunggu loh!

Salam manis Author😘
For all Readers

BILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang