Tristan PoV
Setelah ujian berlalu, semua berjalan seperti biasa. Tidak ada yang berbeda. Sekolah diliburkan dan tinggal menunggu hari kelulusan dan prom night.
Bella masih saja memusingkan banyak hal. Aku tahu ia terlalu khawatir dengan kepergiannya ke London, Inggris. Ia meragukan rencana yang aku rancang. Aku sengaja tidak memberi tahu apa yang sebenarnya aku rencanakan. Hanya sebuah kejutan kecil diakhir semua masalah ini. Aku hanya sedang bermain-main dengan Alex. Lelaki itu perlu mendapatkan pelajaran karena sudah pernah melukai hati gadisku.
Pada dasarnya, Bella hanya perlu sabar dan percaya padaku. Ia harus tahu, aku tidak akan pernah melepaskannya. Aku akan mempertahankan sampai akhir. Ia tidak perlu meragukan perjuangan yang akan aku lakukan deminya.
Selama liburan ini, aku hanya habiskan dengan bolak balik perpustakaan. Kadang aku juga membantu dad dikantornya. Aku ini pewaris tunggalnya. Aku mencoba untuk mengerti situasi tersebut. Dad memohon padaku. Aku membencinya, itu sudah pasti. Tapi, ia akan tetap menjadi ayahku. Ia pernah menjadi satu-satunya pahlawan nyata yang aku miliki. Ia pernah menyayangi mom dengan sepenuh hatinya. Untuk segala hal yang pernah ia lakukan dalam kehidupanku, aku menerima permohonannya. Aku mencoba untuk memaafkan dad dan Renata, ibu keduaku. Kalau memang memaafkan mereka membuat Bella bahagia, aku akan lakukan.
Soal Bella. Ia dilarang Alex pergi kemana-mana. Bella dipaksa membereskan barang-barangnya dari hari pertama liburan. Tentu ia berusaha menolaknya. Tapi, aku yang memaksanya untuk menuruti perkataan Alex. Biar Alex merasa berkuasa dan bahagia dengan keberhasilan sementaranya. Kita lihat siapa yang akhirnya menang dalam permainan ini.
*****
Libur tanpa Bella ternyata memang menyakitkan. Aku rindu senyum dan tawanya. Bahkan aku tidak tahu kabarnya saat ini. Aku rasa, ponselnya sudah disita dan ia masih dilarang kemana-kemana. Aku sudah berusaha menghubungi dan mengirimkan pesan keponselnya, tapi tidak ada jawaban.
Ini libur terakhir sebelum kelulusan. Malam nanti, prom night akan dilaksanakan di aula sekolahku yang cukup megah untuk menampung seribu orang. Tentu aku tidak akan ikut. Aku tidak akan pergi kesana tanpa gadisku. Aku hanya menginginkan Bella untuk menjadi ratuku.
Bella pernah bilang ia rela melepasku bersama gadis lain. Tapi, aku tahu ia tidak akan pernah rela. Ia gadis paling pencemburu yang pernah aku kenal. Tapi aku suka sikap protektif yang ia punya. Aku suka dengan kenyataan bahwa ia takut kehilangan diriku. Ia masih saja takut walau tahu aku tidak sanggup meninggalkannya.
Bahkan aku telah menjadi orang gila saat ini. Duduk didekat jendela kamarku yang tinggi dan dingin karena hujan sedang turun. Aku duduk dan memandang keluar sambil tersenyum sendiri karena mengingat betapa aku merindukan Bella.
Aku sangat menyedihkan. Kalau tidak salah besok adalah hari terakhir Bella, dan aku masih disini. Aku hanya berkomitmen pada janjiku sebelumnya. Aku harus sabar. Sabar sampai waktu yang tepat itu datang. Aku yakin Bella akan menungguku dan memegang janjiku padanya. Bella harus percaya padaku.
*****
Bella PoV
Ini gila. Hari terakhirku libur sebelum kelulusan. Malam ini prom night akan diadakan di sekolahku. Seharusnya aku ikut. Seharusnya malam ini menjadi malam yang menyenangkan dan berkesan. Seharusnya aku sudah berdandan bagaikan ratu dan pergi bersama Tristan. Tapi, mungkin Alex terlalu jahat dan tidak pernah ingin melihatku bahagia. Aku bahkan tidak percaya dengan kenyataan bahwa aku tidak dapat melewati proses kelulusanku sendiri.
Seminggu kebelakang Alex mengekang dan mengandangiku seperti layaknya binatang. Ia melarangku kesana kesini. Ia menyibukkanku dengan banyak hal. Bahkan ketika bersamanya, aku dipegangi dan tidak dilepas untuk kemana-mana.
Ponselku disita dan aku dipaksa untuk membereskan barang-barang kamarku. Disaat-saat seperti itu, aku memohon kepada Tuhan untuk mengirimkan pangeranku. Aku harap Tuhan menyampaikan pesanku kepada Tristan, tapi tidak pernah. Tristan tidak datang satu haripun. Tidak tahukah ia aku membutuhkannya ? aku merindukannya ?
Seperti hari ini. Hari terakhir aku melihat kamar kosanku. Aku duduk menghadap jendela kamarku. Menyentuh jendela dingin karena hujan dan menangis dalam sunyi. Apakah Tristan tidak mendengar kata rindu yang berulang kali aku ucapkan ? dimana ia sebenarnya ? Apa ia tidak mau melihatku untuk terakhir kalinya ?
*****
Pagi-pagi sekali aku bangun dan bersiap. Setelah mandi dan bersih-bersih aku mengenakan baju lengan pendek berwarna hitam dan celana panjang jeans. Aku meraih sepatu kets putih dan juga mengikat rambutku asal.
Aku siap. Aku menarik bafas berat sebelum meraih koper-koper dan tas ranselku. Aku memandang kamarku untuk terakhir kalinya. Aku akan sangat merindukan tempat ini.
"Bella !," panggil Alex dari luar. Dugaanku benar. Ia sudah datang sepagi ini. Kemarin ia memang berjanji untuk datang pagi, karena penerbangan kami siang hari.
"Ya, sebentar," jawabku sekenanya. Setelah cukup aku memandangi sekitar, aku mulai melangkah keluar kamar. Bu Mirna berdiri disana dengan raut wajah sedih dan gelisah. "Ibu ?"
"Bell," sapanya lembut sambil memelukku erat. Aku merasakan ia menangis dan mengusap punggungku dengan sayang. Aku balas memeluknya dan menenangkannya. "Kamu kapan-kapan harus kesini lagi ya ? ini rumah kamu, rumah ini akan selalu terbuka untuk kamu," katanya tulus.
Aku tersenyum sambil mengangguk, "Ya. Ibu jaga kesehatan ya ? doain Bella."
Ia mengangguk, "Kamu hati-hati dijalan," katanya. Ia melepaskan pelukannya dan menangkup kedua pipiku sambil tersenyum.
Setelah perpisahan singkat itu. Bu Mirna mengantarku sampai depan pintu, membantuku membawa koper dan barang lainnya.
Alex sudah berdiri depan pintu terlihat sibuk menerima telepon. Ia disertai satu pengawal dan supir yang dulu pernah aku kerjai. Mungkin, sekarang mereka menyimpan dendam padaku.
Alex tiba-tiba berbalik disertai dengan senyuman miring yang menyebalkan, "Sudah siap sayang ?"
Aku mengangguk tidak nyaman dengan panggilan mengganggu itu. Ia juga mengangguk sambil menyuruh pengawal untuk membawa semua koper dan barang-barangku dengan angkuhnya. Aku merasa ibu Mirna gelisah disampingku. Bagaimanapun ia adalah ibu yang baik. Ia tidak ingin 'anaknya' disakiti. Ya, ia takut aku kenapa-kenapa.
Aku menepuk punggungnya pelan, "bu, Bella berangkat ya. Bella gak bakal kenapa-kenapa. Bella kan pulang ke rumah mom dan dad di London. Ibu gak usah khawatir."
Ibu Mirna mengangguk singkat, "Kamu jaga diri ya, Bell."
Aku tersenyum menanggapi perhatiannya, "Ya bu."
Aku berjalan menuju mobil Alex dengan langkah kecil yang ragu. Aku berbalik dan melambaikan tangan pada Bu Mirna dengan seceria mungkin. Aku ingin menunjukan padanya bahwa aku baik-baik saja.
Alex membukakan pintu untukku, aku masuk dengan ragu dan takut-takut. Astaga. Ini hari terakhirku. Aku tidak akan bertemu lagi dengan Dea, Bu Mirna dan... Tristan.
*****
Bandara penuh lalu-lalang yang padat dan berisik. Orang-orang terlihat bahagia dengan keberangkatan mereka. Ada yang akan berlibur dan bahkan pulang. Seharusnya kau masuk dalam golongan orang yang bahagia karena akan pulang, tapi tidak. Aku tidak masuk golongan orang-orang bahagia itu. Aku duduk diujung ruangan dengan wajah malas dan mata sembab. Alex belum kembali dari... entahlah aku lupa. Tadi, waktu Alex minta izin, jujur aku tidak memperhatikannya.
Apakah Tristan benar-benar tidak berniat menjemputku dari sini ? Jadi ia lebih membiarkan aku pulang ke London, Inggris bersama Alex ? Ternyata Tristan lebih memilih melepaskanku begitu saja. Aku takut kehilangan Tristan. Apa hanya aku yang ketakutan seperti ini ? apa ia tidak ? Mungkin nantinya aku tidak akan pernah lepas dari Alex. Siapa lagi yang mampu melepasku dari manusia jahat itu ? aku hanya yakin Tristan yang mampu. Entahlah, tapi aku tahu ia punya rencana dan aku percaya untuk bergantung sepenuhnya pada Tristan.
"Bell, ayo !," ajak Alex saat ia datang menghampiriku. Ia mengambil barangku dan barangnya. Pesawat kami sudah siap mungkin. Aku belum siap. Tapi Alex menuntutku siap.
Vomment please ?
Ditunggu ya update selanjutnya ;)18 Maret 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Love You [COMPLETED]
Teen FictionCERITA DI PRIVATE sebelum membaca, follow author terlebih dahulu... [Bella Lincoln] Penyesalan itu terus melingkupiku. Tidak ada alasan bagiku untuk tinggal. Dia merupakan laki-laki paling sempurna dan paling aku cintai saat ini. Kenapa datang dan...