04: "Lo lagi ?!"

5.8K 259 1
                                    

Sebelum matahari terbit, Bella sudah sibuk bersiap-siap berangkat ke sekolah. Ia telah menggunakan seragam, menyisir rambut tebalnya dan bercermin merapihkan tampilan.
  
   Ia melirik jam tangannya dan terkejut "Hah ?! udah jam 07:30 !" Bella meraih tas, ponsel dan memakai sepatu ketsnya. Ia bergegas keluar kamar dan menguncinya.
  
   "Bell, kenapa buru-buru ?" tanya Bu Mirna mendekat kearah Bella dengan wajah bingung.

   "Iyah bu. Bella berangkat bareng mobil Dea, jadi harus berangkat sekarang," jelas Bella tanpa jeda.

   "Gak sarapan dulu ? sudah ibu siapkan."

   "Gak usah bu, nanti Bella sarapan di sekolah ya," kata Bella meyakinkan bu Mirna.

   Bu Mirna hanya menarik nafas singkat sebelum mengangguk kecil "Yasudah, hati-hati dijalan."

   "Bella berangkat !" teriak Bella sambil berlari kearah mobil Dea yang sudah menunggu didepan rumah.

*****

Hanya dalam hitungan bulan Bella sudah terbiasa dan nyaman di sekolah barunya itu. Mungkin karena keberadaan Ansell waktu itu, namun sekarang ia merasa kenyamanan sesungguhnya.

   Ansell masih menjadi kelemahannya saat ini. Mendengar namanya saja sudah membuat hati sakit, apa lagi ketika melihatnya. Bella masih belum percaya dengan kenyataan bahwa cinta Ansell palsu padanya. Bella tahu bahwa Ansell merupakan salah satu playboy di sekolahnya, namun Bella tidak percaya bahwa ia akan menjadi salah satu korbannya.

   Ansell selalu pulang paling awal. Ia mengerjakan semua tugasnya dengan cepat sehingga ia diperbolehkan pulang duluan. Tidak ada kesempatan bagi Bella untuk meminta penjelasan pada Ansell. Sudah tidak ada harapan bagi hubungan mereka.

   "Heh ! masih mikirin doi ya ?," tanya Dea sambil meminum teh yang baru ia beli. Kami sedang menghabiskan waktu istirahat di kantin sekolah. Bella tidak memesan makanan ataupun minuman, sedari tadi ia hanya diam dengan tatapan kosong.

   "Iya, dia ngehindar Dee."

   "Ngehindar gimana maksud lo ?"

   "Masa lo gak nyadar ?! " kata Bella sambil mengacak rambutnya frustasi.

   "Kalo dia pulang duluan bukan NGEHINDAR namanya Bella," jawab Dea dengan penekanan ditiap katanya.

  Bella kehilangan kata-katanya. Ia hanya diam dan menarik nafas singkat. Bella pasti benar-benar kehilangan Ansell.

   "Bell, yang sabar. Move on dan cari alasan untuk lo tinggal," Dea menggenggam tangan Bella diatas meja untuk menenangkannya.

   "Makasih buat dukungan lo Dee," bisik Bella tidak sanggup berkata-kata.

   "Anytime buat sahabat gue, udah jangan sedih lagi," kata Dea lagi-lagi mencoba menenangkan hati Bella.
  
   "Dee, gue bisa pulang sama lo kan ?"
  
   "Yaah... Sorry, gue gak bisa Bell. Gue harus anterin mama gue ke supermarket. Lo gak apa-apa ?," jawab Dea dengan ekspresi menyesal.
  
   Ternyata Bella memang benar-benar harus pulang menggunakan bus. Ia paling tidak suka naik bus umum. "Oh ? iya, iya gak apa-apa. Gue pulang naik bus aja."
  
   "Beneran ?"
  
   "Iyah Dea," jawab Bella meski hatinya ragu.

*****

   Bella duduk sendirian menunggu kedatangan bus di sebuah halte yang jaraknya tak jauh dari sekolahnya. Ia memainkan ponselnya dengan malas. Ia membuka dan menutup berbagai aplikasi. Bella merasa sangat bosan menunggu sendiri tanpa ada yang dapat diajak berbicara.
Harusnya hari ini aku bawa mobil, katanya dalam hati. Bella terus meruntuki kebodohannya. Bella menyesal karena tidak membawa mobil. Tadi pagi, Dea datang menjemputnya. Bella sebenarnya sangat malas menyetir hari ini.
  
   Lima menit kemudian, bus yang ditunggu-tunggu datang. Bella naik dan duduk di kursi penumpang paling depan. Ia memasukan ponselnya kedalam tas dan menatap jendela bus sambil merenung.
  
   Hanya memerlukan dua puluh menit untuk sampai di halte dekat kosan Bella. Setelah itu, hanya membutuhkan lima menit untuk sampai, namun itu menggunakan mobil. Saat ini Bella harus berjalan dan waktu yang dibutuhkan adalah sepuluh menit.
  
   Bella turun dan mulai berjalan dengan langkah diseret. Hari ini ia benar-benar malas.
  
   Tiba-tiba ada seseorang dengan suara berat memanggilnya lantang, "Bella !"
  
   Bella menengok dan sadar siapa yang barusan memanggilnya. Ternyata lelaki itu lagi. Lelaki yang paling Bella benci. Ia tidak ingin melihat lelaki itu lagi, namun rupanya Bella berhasil ditemukan olehnya.
  
   Bella mempercepat langkahnya walaupun sadar bahwa hal tersebut tidak berguna. Lelaki itu pasti dengan mudah  menangkapnya. Ia masih dalam ketakutan dan pikiran kalut ketika melihat sebuah mobil sport terparkir beberapa langkah didepannya. Bella mempercepat langkahnya dan membuka mobil tersebut. Ia masuk dengan terengah. Ajaib, mobil tersebut tidak terkunci  dan membuat Bella sedikit tenang.
  
   Ketika Bella menengok kearah kanan, tempat kursi kemudi ia tercengang. "Elo ?!" kata mereka serentak.
  
   Coba kalian tebak siapa yang Bella lihat ? ia melihat Lelaki tampan yang kasar waktu itu. Lelaki itu melihat Bella dengan ekspresi tidak percaya.
  
   "Heh ! ngapain naik mobil orang sembarangan ?!" tanyanya dengan kasar.
  
   Bella tidak menjawab dan menengok sekilas kebelakang dan memekik takut karena melihat lelaki yang mengejarnya semakin dekat. Ia kembali menatap lelaki disampingnya dengan wajah memelas, "please bantuin gue. Kali ini aja, gue gak akan ngerepotin lo lain waktu."
  
   "Gak ! gue gak mau, turun sana !"
   "Please, gue butuh banget bantuan lo. Ayo ! cepet jalan, dia udah deket !" kata Bella panik.
  
   "Iya ! sekali ini aja ya," kata lelaki itu kesal. Ia menyalakan mobilnya dan melaju cepat.
  
   Suasana hening dan mencekam. tidak ada yang berani memulai pembicaraan. Mereka sibuk dengan pikiran masing masing ketika akhirnya Bella memberanikan diri, "btw nama lo siapa ?."
  
   "Tristan Turner, panggil Tristan," jawabnya singkat dan datar.
  
   "Nama gue Bella Lincoln, pangil Bella aja," kata Bella sambil tersenyum senang karena akhirnya ia tahu nama lelaki disebelahnya.
  
   "Siapa yang nanya nama lo ?"
   Bella tidak menyangka dengan jawaban yang diberikan Tristan. Apa apaan ?! gak pernah ada yang nolak kenalan sama gue kecuali dia !, teriak Bella dalam hati. Pada akhirnya Bella hanya dapat diam dan memandang jendela menolak untuk berbicara lagi.
  
   "Kenapa lo diem huh ?," tanya Tristan menengok sekilas kearah Bella yang terlihat murung.
  
   "Percuma kalo gue ngomong, denger jawaban lo bikin sakit hati," jawab Bella masih menolak untuk menengok kearah Tristan.
  
   "Terserah lo, tapi ini lo mau kemana sebenernya ? kita udah keliling-keliling dari tadi," kata Tristan dengan kesal.
  
   "Rumah lo di sekitar ini ?"
  
   "Lo bener-bener bikin kesel ya, gue tanya malah balik tanya. Iyah ! rumah gue disekitar sini, kenapa ?!" Jawab Tristan dengan terpaksa.
  
   "Gak, cuma nanya," jawab Bella sekenanya. Ia melirik Tristan sekilas. Lelaki itu menggunakan seragam sekolah swasta yang letaknya dekat dengan sekolah Bella.
  
   "Ini mau kemana ?!"
Lumayan juga, sampai di rumah tanpa harus berjalan jauh, pikir Bella senang. "Dari sini, belok kanan terus lurus, nanti rumah gue yang ada banyak tanaman."

   Tristan hanya diam dan mengikuti jalan yang ditunjukan oleh Bella. Ketika rumah yang dimaksud sudah ditemukan, Tristan berhenti dan memperhatikan Bella yang sibuk bersiap turun.

   "Gue harap gak ketemu lo lagi," kata Tristan datar.

   Bella yang hendak turun dari mobil seketika berbalik untuk melihat Tristan. "Kalo lo ketemu gue lagi, jangan salahin gue ! mungkin gue takdir lo, btw thanks udah bantuin gue," kata Bella sambil keluar dan menutup pintu mobil kemudian berbalik dan berjalan kearah pintu masuk.

   Tristan masih terkejut dengan kata-kata gadis menyebalkan itu. Jujur Tristan merasa beruntung dapat bertemu dengannya lagi. Namun, bukan pertemuan seperti ini yang ia inginkan.

   Hah ? memang takdir gue buat ketemu dia ? pikir Tristan berulang kali. Apa iya ? semua pertanyaan teus menghantuinya.

   Bukan maksudnya berlaku kasar dihadapan Bella. Tristan hanya takut Bella sama dengan gadis diluar sana. Ya, gadis yang hanya melihat harta dan fisik. Tristan ingin mencari gadis yang dapat mencintainya sepenuh hati tanpa alasan. Tristan merasa kekurangan rasa cinta selama hidupnya, dan untuk itu hanya cinta yang diperlukannya.

   Terlalu banyak gadis palsu yang mengidolakannya. Alasan mereka hanya untuk popularitas, materi atau penampilan.

   Dengan berbagai pikiran dalam benaknya mengenai kata-kaa Bella tersebut akhirnya ia melajukan mobilnya cepat menuju rumahnya yang ternyata tidak jauh dari rumah Bella. Ada perasaan aneh yang membuat Tristan senang mengetahui dimana Bella tinggal. Ini semua masih memusingkan bagi Tristan untuk dipahami.

Vomment ya guys !
Semoga kalian suka :)

22 Januari 2016

The Way I Love You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang