Prolog

3.1K 230 3
                                    

Aku kembali duduk di kursi yang sama, ditengah remang kamar tidurku dan menghadap pintu ganda dari kaca menuju balkon. Tirainya ku singkap dan pintu itu aku buka lebar-lebar. Cahaya bulan purnama yang keperakan menembus masuk bersama desahan dingin angin yang menerbangkan sehelai demi sehelai harapanku. Ku hirup nafasku dalam-dalam dan ku hembuskan cepat.

Pipiku tiba-tiba basah. Wajahku memanas dan tanganku terkepal dipangkuanku. Spontan kugigit bibirku seiring dadaku yang semakin sesak. Tak sanggup menopang tubuhku, aku jatuh berlutut sambil mencengkeram dadaku yang terasa sakit entah kenapa. Aku terisak di keheningan kamar, berbalut rindu dan keputusasaan.

Ini air mata untuk siapa? Yang jatuh dan mengalir di pipiku.

Kulihat jawabnya ada pada arah datangnya sinar bulan purnama sehingga tanganku tanpa sadar terulur, memohon padanya untuk mendekat.

Blood VowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang