Chapter 11 END

2K 161 86
                                    


Last 6478 Word
_______________

Ini Chap Terakhir ::::::Gak mau pokoknya VOTE yang banyak Dan COMMENT yang panjang

Happy Reading^^
________________

________________________________________________________________

.

.

.

Mark POV

Aku terbangun oleh alarm dari ponselku. Sudah pukul 10 lewat. Selama beberapa saat aku mengerjap-ngerjapkan mata sambil menggerutu kenapa Bambam tidak membangunkanku langsung. Tidak perlu dengan cara kekanak-kanakan menggunakan alarm.

Dengan malas aku meraba-raba lantai, menggapai celana boxer-ku. Aku tidak melihat sehelaipun pakaian Bambam. Sepertinya sehabis mandi, Bambam memutuskan untuk memakai kembali baju yang ia kenakan semalam.

Aku tidak bisa mencium bau masakan. Tidak terdengar apapun kecuali suara kendaraan di jalan raya. Aku mulai curiga jangan-jangan terjadi sesuatu yang buruk.

Mengabaikan keadaanku yang masih lengket, belum mandi, aku hanya mengambil celana boxer-ku dan memutuskan mengganti sprei nanti setelah melihat keadaan dapur. Di atas meja makan telah terhidang sepiring nasi goreng kimchi yang tertutup plastik. Secarik kertas kecil tergeletak rapi tepat di samping piring itu. Aku membuka plastik penutup piring itu dan mengendus bau nasi goreng kimchi itu. Enak. Selanjutnya aku beralih membaca pesan singkat dari Bambam.

"Kuharap kau menyukainya. Sampai berjumpa lagi nanti." Hanya kalimat singkat yang membuat keningku berkerut. Saat itu aku tidak memiliki firasat apapun bahwa Bambam sebenarnya telah benar-benar pergi dariku. Aku dengan santai mulai mencicipi nasi goreng buatannya yang ternyata sangat enak.

Setelah mandi, aku menatap ranjangku yang masih berantakan. Tanpa sadar senyum mengembang dengan sendirinya seolah ada hologram yang menampilkan kejadian semalam di atas tempat tidur itu. Bukannya langsung melepas sprei, aku malah menghempaskan tubuhku, sekali lagi ingin menghirup aroma Bambam sebelum aku harus mencucui sprei itu.

Beberapa menit berlalu, aku segera mengumpulkan kembali tenagaku dengan pikiran 'jika aku ingin cepat bertemu dengan Bambam, aku harus segera membereskan tempat ini'. Siapa tahu saja Bambam telah menungguku di Eros.

Kusibakkan selimut yang menyelimuti setengah area ranjang dan aku tertegun melihat sebuah bercak kecoklatan seperti darah yang mengering di sprei berwarna krem itu. Menatapnya horor, berbagai pertanyaan mulai muncul dan menghantuiku.( Authornya gak tau, kalo cowok bisa berdarah apa nggak kalo kayak gitu *apasih)

"Apa semalam aku terlalu kasar padanya?" Aku menjawab pertanyaanku sendiri dengan menggeleng.

"Apa Bambam sedang terluka semalam?" Aku kembali menggeleng. Aku ingat betul dia bergerak lincah saat berdansa, bahkan saat ia lari dariku. Ia terlihat baik-baik saja semalam. Lalu bercak apa itu?

Saat sebuah pemikiran muncul di dalam kepalaku, aku menggeleng dengan cepat. "Tidak mungkin. Dia bilang semalam bukan yang pertama baginya."

Satu-satunya cara hanya menanyakan kebenarannya pada Bambam. Karena itu aku tidak melanjutkan kegiatan beres-beresku dan hanya menaruh sprei beserta selimutnya di keranjang pakaian kotor. Dengan pakaian yang tidak kuperhitungkan dengan baik, aku berangkat menuju Eros menggunakan taksi.

Kiss buddyWhere stories live. Discover now