1

126 3 1
                                    

Everything's happen in life.. Sometimes make us down and lost.. but remember, life must go on...

●○☆☆○●

Lea's POV

Di tanah basah ini kubersimpuh di tengah rintik hujan yang mulai memudar. Mataku tak bergeming menatap sebuah nisan yang sedari tadi kuusap dengan tanganku yang bergetar ini.

Di dalam tanah merah pekuburan ini tertanam jasad ibuku yang tepat sehari yang lalu meninggal karena ulah orang tak bertanggung jawab yang lari begitu saja sesaat setelah menabrak tubuh ringkih ibuku.

Dengan kaki lemas aku mencoba 'tuk berdiri dan dengan langkah tertatih aku meninggalkan ibuku sendirian di tempat terakhirnya yang damai.

Kuputar kepalaku saat sampai di gerbang pemakaman yang tinggi dan berdiri kokoh. Kupandangi kembali makam ibuku yang masih basah dari kejauhan dengan menggumamkan pelan bait demi demi bait doa di dalam hati.

♡♡♡♡♡

3 bulan kemudian..

Aku berdiri di depan sebuah club yang cukup tersohor di Oslo, ibukota Norwegia. Di sinilah aku akan berusaha bangun untuk bangkit setelah merasakan terseok-seoknya diriku di masa lalu yang selalu dipermainkan oleh takdir kelamku.

Ya! Aku memilih untuk meninggalkan desa kecil tempat di mana aku dilahirkan. Dari Reine ke ibukota Oslo, aku pikir itu hal yang tepat untuk melepaskan keterpurukanku selama ini, setelah aku kehilangan ibuku untuk selamanya.

Life must go on! Bukan hal yang mudah sebenarnya untuk tinggal di kota besar seperti Oslo. Pertama kali menginjakan kaki di ibukota ini saja, aku telah mendapat tantangan pertamaku, tasku hampir saja di copet oleh segerombolan preman, namun mungkin aku masih beruntung, karena ada seorang pria asing yang menolongku dari pengeroyokan brandalan-berandalan itu yang hampir saja mencoba menjamah tubuhku dengan tangan-tangan kotor mereka, saat aku mempertahankan harta terakhirku yang berusaha preman-preman kejam itu rampas dari tanganku.

Sayangnya sebelum aku bisa mengucapkan beribu terima kasih atau hanya sekedar menanyakan siapa namanya, pria asing itu pergi begitu saja, sesaat setelah mengusir para preman yang belum juga ia hajar sudah berlari terbirit-birit seperti baru saja melihat hantu.

Keberuntungan kedua aku dapatkan dari nyonya Freja, seorang wanita paruh baya yang menjadi tetanggaku di Reine yang sudah aku anggap sebagai ibuku sendiri, karena ia sangat baik dan ramah padaku dan mendiang ibuku.

Nyonya Freja memberikan selembar kartu nama kerabatnya yang berada di Oslo yang kebetulan sedang menyewakan flat ibukota ini. Dan berkat bantuan dari nyonya Freja aku tak perlu repot-repot mencari penginapan atau apartemen untuk tempatku tinggal di Oslo, karena dengan tawaran flat kosong itu, aku mendapatkan sedikit kenyamanan untuk tinggal di kota asing ini.

Keberuntunganku yang ketiga dan kuharap bukan keberuntunganku yang terakhir, aku dimudahkan untuk mencari pekerjaan di ibukota yang terkenal dengan keganasannya.

Aku sengaja mencari pekerjaan di café dan club yang sangat menjamur di Oslo, karena pengalamanku sebelumnya yang pernah menjadi pelayan di sebuah café kecil di desa saat aku masih kuliah dulu yang menurutku dapat mempermudah aku untuk mendapatkan pekerjaan yang tepat di tempat tinggalku yang baru.

Dan dewi fortuna kembali menaungi keberuntunganku. Aku diterima menjadi seorang pelayan di sebuah club yang baru saja membuka lowongan pekerjaan dan membutuhkan pelayan baru untuk karyawannya.

Di sinilah diriku sekarang di Dynamite club. Aku akan membangun masa depanku di Oslo, dimulai dari tempat kerjaku ini.

♡♡♡♡♡

Flinton's POV

Duduk tenang di sudut sebuah café, di tempat inilah tempat ternyamanku di tempat langgananku untuk sekedar menyesap secangkir kopi hangat. Hal ini hampir setiap pagi menjadi kegiatan rutinku. Menikmati aroma khas dan rasa pahit secangkir kopi dengan ditemani sepiring toast bread sandwich, menjadi hal terbaik untuk mengawali hari sebelum beraktivitas di setiap hari.

"Sudah kuduga kau berada di sini," sahut Lars saat mendapatiku di café favoritku.

Aku menatap dirinya sekilas yang masih berdiri mematung di hadapanku.

"Ada apa?"

Lars menaikan sebelah alisnya dan tersenyum miring ke arahku. "Kau pasti tahu apa maksud kedatanganku kemari."

Aku memutar pandanganku jengah dan melarikan tatapanku ke luar jendela. Menatap butiran-butiran salju yang sedang turun, menutup semua objek yang aku lihat menjadi serba putih.

"Ayolah... aku selalu malas membahas tentang wanita."

"Maka dari itu seriuslah mencari pendamping hidupmu, Flint," sergah Lars cepat.

Aku mengacak rambutku asal dengan kekesalan yang tengah memuncak. "Aku sudah mencari wanita yang memang diciptakan untukku ke manapun dan di manapun, dan kau tau itu. Tapi aku belum juga menemukannya, lalu aku harus bagaimana."

Lars menegakan punggungnya, tatapannya lurus memandangku. "Aku hanya bisa mengingatkanmu, Flint. Waktu terus bergulir dan bayangkan jika takdirmu adalah gadis biasa, ia tak akan bisa menunggu sebisa kamu menunggu dia."

Aku mengeram kasar dan beranjak berdiri. "Kau tahu? Kedatanganmu kemari hanya merusak awal hariku hari ini."

Aku melangkah meninggalkan café, tak menghiraukan suara keras Lars yang meneriakan namaku berkali-kali.

♡♡♡♡♡

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang