We come to love not by finding a perfect person, but by learning to see an imperfect person perfectly - Sam Keen
●○☆☆○●
Flinton's POV
Aku membuka dua kancing jasku yang bertengger di tubuh tegapku saat memasuki club malam yang aku sambangi di malam yang semakin dingin di luar sana.
Aku duduk di sebuah kursi bar yang menghadap langsung ke arah bartender yang tengah meracik cocktail pesananku.
"Flinton?"
Aku menoleh ke arah asal suara, dan aku mendapati teman lamaku yang sudah beberapa waktu tidak bertemu.
"Lucas!" seruku.
"Lama tak bertemu. Ke mana saja kau selama ini?"
Aku mengangkat bahu sejenak. "Ada urusan yang tak dapat kutinggalkan."
"Kalau begitu kau harus banyak bercerita padaku. Kita cari duduk yang nyaman," Lucas merangkul bahuku dan menggiringku ke sebuah meja kosong yang masih tersedia di clubnya yang sangat ramai.
"Jadi, bagaimana kabarmu?" Lucas membuka obrolan, saat kami telah duduk nyaman di sofa empuk clubnya.
"Seperti yang kau lihat. Aku baik."
"Kau sudah memesan?" tawar Lucas.
Aku hanya mengangguk pelan dan tersenyum tipis ke arah sahabat karibku itu.
"Jadi... ke mana saja kau selama ini? Sudah setahunan ini aku tak pernah melihat batang hidungmu dan tiba-tiba aku beruntung mendapatimu di clubku," papar Lucas panjang lebar.
Aku telah membuka bibirku untuk menjawab rasa penasaran Lucas, namun di saat yang bersamaan aku merasakan ada yang aneh pada indera penciumanku yang menangkap aroma yang asing, yang membuat darahku serasa berdesir kuat dan mengurungkan rangkaian kata yang telah aku siapkan untuk menjawab pertanyaan Lucas yang masih menunggu jawabanku.
Aku melarikan pandanganku ke kanan dan ke kiri untuk menemukan sumber aroma yang selama ini tak pernah kurasakan sebelumnya. Dan mungkin yang telah lama aku nanti-nanti selama ini.
Aku mengangkat tubuhku untuk berdiri tegak, sedang mataku masih saja memandang ke segala penjuru club.
"Hei, ada apa?" tanya Lucas bingung.
Aku hanya menjawab dengan isyarat lambaian tanganku tegas yang menyiratkan 'aku tidak apa-apa' dengan mata yang masih saja menyisir ke segala arah.
Aku menurunkan tanganku di sisi tubuhku dan saat yang bersamaan aku juga menangkap bayangan 'dia' yang sedari tadi mengganggu rasa ingin tahuku.
Aku sangat yakin aroma asing ini berasal darinya, wanita yang tengah berjalan lurus di tengah penerangan club yang tengah meredup, hingga menghalangi pandanganku menatap wajah gadis itu.
Yang mengagetkanku, ia berjalan lurus ke arah meja yang aku dan Lucas duduki dengan membawa minuman pesananku di atas nampan di kedua tangannya.
"Satu daiquiri dan satu martini. Selamat menikmati," gadis pelayan itu menyajikan pesanan di tangannya ke atas meja.
Untaian rambut gadis itu menari di udara saat ia berbalik arah. Tanganku terulur ke lengan gadis yang bahkan aku tak tahu siapa namanya. Entah perintah dari mana, jemari tanganku menggenggam lengannya yang seketika menghentikan langkahnya pergi meninggalkan mejaku.
"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" senyuman ramah mengiringi pertanyaannya.
Tatapan kami bertemu dan aku seakan terhipnotis sejenak oleh sorotan mata teduhnya. Namun detik berikutnya, aku seakan tersadar dari lamunanku dan segera melepaskan cekalanku pada lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
FantasyDia, gadis yang pendiam. Hanya itu yang kutahu saat bertemu dengannya. Namun saat kuhirup aroma tubuhnya, i swear, she is my soulmate. Who are you? Pertanyaan itu yang akan sangat sulit untukku jelaskan. Dengan kepedihan masa lalunya pula yang selal...